Maaf, diri ini tak sengaja membatalkan publikasi cerita. Padahal hanya pengen chapter ini aja yg ingin dibatalkan karena masih ada yg pengen dicek. Jadi karena kesalahan, yg seharusnya saya upload beberapa jam lalu, saya tunda dan malah baru saya rilis ulang sekarang. Maaf ya~ 😂
⚪⚫⚪⚫⚪
Disclaimer © Banana Fish by Yoshida Akimi
🌸🌺🌼
Beberapa bulan telah terlewat setelah pertemuan antara para mafia di dunia.
Sepulangnya dari Amerika, Ibe terus memarahi Eiji karena telah memberikan pedang pendeknya pada orang asing begitu saja. Padahal pedang itu adalah satu-satunya peninggalan almarhum Ibunya, bahkan sampai sekarang Ibe sendiri tidak percaya Eiji melakukan hal itu. Setelah diyakinkan berkali-kali oleh Eiji, Ibe pun berhenti menasehatinya.
"Ibu meninggalkan pedang itu padaku untuk menitipkan jiwanya, jadi aku memberikan pedang itu untuk menitipkan jiwaku pada Ash. Sekalipun jiwaku tidak bisa mendampinginya, jiwa Ibuku akan tetap bersamanya. Kumohon jangan mati, Ash."
Berkat pertemuan tersebut, Eiji menjadi lebih tegar. Meskipun dia disuruh untuk membunuh seseorang sebagai bukti bahwa dia adalah penerus yang sesungguhnya, tapi Eiji tidak gentar meski tidak melakukannya. Dia memang selalu membawa pistol Ash bersamanya, tapi ketika ingin menarik pelatuk, tangannya bergetar dan menjadi kaku. Setelah itu dia akan menyimpan kembali pistol tersebut di dalam kimononya dan memukul targetnya dengan sisi tumpul pedangnya.
"Kalau kau tidak ingin mati, bersumpah setialah padaku. Aku akan menjadikanmu mata-mataku, bergeraklah untuk kepentingan Jepang. Selain itu, kau bebas melakukan apapun."
Itulah yang selalu dilakukan dan dikatakan Eiji setiap kali diberi tugas untuk membunuh orang. Anehnya mereka jadi patuh, mereka masih bisa hidup normal dengan memberikan informasi tentang yang terjadi pada Jepang. Apakah ini yang dinamakan kharisma seorang pemimpin? Ibe merasa takhluk.
Untuk menutupi kegagalan misinya dari sang Ayah, Eiji mengatakan telah membuang mayatnya di Aokigahara agar terlihat seperti bunuh diri biasa. Beruntungnya Ayahnya percaya, mungkin untuk saat ini saja.
Eiji ingat perkatakaan Ash, jika dia tidak ingin jadi penerus, dia harus merebut singgasana Ayahnya. Karena jika dirinya sudah berada di atas, Eiji berhak melakukan apapun pada grupnya dan para anak buahnya. Termasuk membubarkan organisasi ini bukan? Tapi untuk saat ini Eiji tidak ingin berpikir sampai ke situ dulu, karena mereka masih berguna untuk masa depan Jepang nantinya.
Jadi yang dipikirkan Eiji sekarang memiliki tujuan yang sama dengan Ayah yaitu untuk kepentingan Jepang, tapi Eiji tidak akan menggunakan cara kekerasan seperti Ayahnya. Tidak ada gunanya mengharapkan Jepang damai tapi dalam tekanan seseorang bukan?
"Sekarang aku tahu apa maksud Ash memberikanku pistol setelah dia berbicara seperti itu padaku, Ibe-san."
Ibe mengerut bingung, bingung apa yang Eiji maksud dengan pembicaraan Ash tersebut. Karena setelah itu, Eiji bahkan tak memberitahu apapun pada Ibe. "Apa yang dia katakan, Eiji-sama?"
Eiji menghela. "Panggil saja aku Eiji, Ibe-san." Eiji memberikan tatapannya pada pistol hitam yang sedang dipegangnya. "Dia ingin aku kabur, tapi dia memberikanku pistol. Itu lucu bukan?" Eiji tertawa kecil. "Tapi setelah aku tahu apa maksudnya, aku begitu senang. Dia tidak berbohong, dia benar-benar ingin aku meninggalkan dunia kegelapan ini."
Dengan duduk di atas lantai tatami ini, Ibe dapat melihat senyuman Eiji yang begitu tulus. Meskipun dia selalu terkurung di kamar tradisional seperti ini, Eiji masih memiliki harapan di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetheart
CasualeBanana Fish fanfiction Yg nantinya bakalan jadi kumpulan fiction tidak jelas dan berantahkan. Cara menulis agak sedikit berbeda karena malas, bukan ciri khas saya banget. Tapi jika kalian mencari tantangan berbeda, fict ini mungkin akan jadi angin s...