Bab 2

253 39 5
                                    

Ally masih berdiri di depan cermin, bingung akan ditata seperti apa rambut panjangnya.
Make up tipis terpoles sempurna meski tanpa riasan pun Ally sudah terlihat cantik bak puteri kerajaan. Hari ini berbeda dari biasanya. Seseorang tengah menunggu di depan sana untuk mengajaknya berangkat sekolah bersama.

"Dia bilang aku lebih cantik kalo rambutku dibiarin terurai gini. Tapi, kan nanti naik motor. Kalo pas turun rambutku jadi kusut gimana? " Ally sibuk bicara sendiri, galau akan membiarkan rambutnya terurai atau dikucir saja.

"Duh,,, Bego. Udah siang lagi. Nanti kalo telat gara-gara kelamaan nunggu aku, Andra jadi kapok gimana?".

Baiklah, Ally harus berpikir cepat. Ally tidak mau mengambil resiko, akhirnya dia mengambil sebuah kunciran warna hitam di atas meja riasnya lalu dengan secepat yang dia bisa meraih rambutnya dan dia ikat menjadi satu. Perfect.
Ally memang menarik.

Andra yang sudah menunggu di depan rumah berulang kali melirik jam pada pergelangan tangannya merasa waktu semakin cepat berputar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andra yang sudah menunggu di depan rumah berulang kali melirik jam pada pergelangan tangannya merasa waktu semakin cepat berputar. Andra ingat sekali jam berapa dia berangkat dari rumah, tapi saat ini setidaknya dia sudah menghabiskan waktu lebih kurang dua puluh lima menit.

"Hei, maaf lama! " sapa Ally.
Akhirnya yang ditunggu tiba. Wangi khas parfume yang Alison pakai menyeruak masuk ke hidung dan memaksa Andra untuk menilai jika aroma itu memang harum dan nyaman dalam indera penciumannya.

"Udah siap? " tanya Andra. Ally mengangguk bersamaan dengan senyuman khasnya. Manis.
Andra berjalan menuju motornya lalu mengambil helm dan memasangnya di kepala disusul dengan sebuah helm yang dia berikan pada Ally.

❄❄❄❄❄

Sebuah rumah kontrakan  layak huni menjadi tempat tinggal baru Aiko. Uang yang jadi bekal utama perjalanan merantaunya telah berkurang akibat membayar sewa dalam satu bulan ke depan. Setidaknya, Aiko punya tempat istirahat.
Dia tidak lagi terlunta-lunta jika merasa lelah.

Aiko masih mengingat perdebatannya sebelum ke kota besar ini. Bagaimana reaksi sang ayah yang benar-benar tidak menyetujui dia pergi dari rumah. Ayah Aiko takut, anak sulungnya itu pergi jauh tanpa ditemani siapapun terlebih Aiko adalah seorang perempuan yang minim pengalaman.

"Aku harus pergi, Yah. Gimana pun aku punya kewajiban untuk keluarga ini. Lili masih sekolah, aku gak mungkin biarin Lili berhenti sekolah karena biaya. Aku mohon, Yah. Izinin aku pergi. Aku janji akan jaga diri sebaik mungkin. "

Itulah yang Aiko janjikan pada ayahnya sebelum berangkat.
Namun, sekarang dia bingung mau bekerja di mana. Satu-satunya yang dia andalkan adalah ijazah SMA-nya.
Bagus bagus kalau ada yang mau menerimanya dengan yang hanya lulusan SMA, kalau tidak?
Ah ya, Aiko hanya berjanji akan mencari uang bukan berjanji untuk mendapat pekerjaan yang bagus. Asal hasilnya halal, keluarganya pasti tidak akan keberatan.
Aiko ingat kemarin saat dia beristirahat akibat lelah, dia dikira tukang parkir hanya karena penampilannya.
Rambut panjang yang dikucir lalu ditutupi topi, kaus berlapis kemeja kotak-kotak , celana jeans panjang serta sepatu sneakers.
Aiko sempat berpikir, apa memang ada tukang parkir perempuan di kota ini. Pasalnya, di kampung, Aiko hanya mendapati tukang parkir identik dengan gender laki-laki.

Sebuah cermin ukuran sedikit lebih besar dari wajahnya yang sudah ada sebelum dia tinggal, menampakkan wajah fresh khas orang baru selesai mandi. Pagi ini, Aiko akan mulai mencari pekerjaan. Terserah yang penting halal dan menghasilkan.

Bekal yang seadanya memaksa Aiko untuk tampil sederhana. Dia ingat dulu ketika masih di kampungnya, teman-temannya bercerita jika ingin melamar pekerjaan , penampilan rapi menjadi salah satu faktor yang menentukan, bukan dengan pakaian merek brand ternama.

Kemeja putih dan rok hitam sudah terpasang sempurna. Tinggal memoleskan sedikit bedak dan lipstik tipis. Sesederhana itu.

Untuk info saja, Aiko memang terlahir sebagai anak yang tomboy. Tapi, tidak mengubah paras cantik yang diturunkan mendiang ibunya. Kulit putihnya, hidung mancungnya, bibir seksinya serta mata yang bulat. Sayang, Aiko belum pernah merasakan pacaran. Membayangkan cinta saja rasanya terlalu pusing menurut Aiko. Apalagi berpacaran. Dia justru lebih memilih menghabiskan waktu membantu sang ayah mencari nafkah.
Aiko memang anak yang berbakti pada orangtua.

❄❄❄❄❄

Alex duduk dengan wajah yang memerah. Matanya menunjukkan kemarahan luar biasa. Pagi ini dia dikejutkan dengan berita yang lagi lagi mengusik ketenangan hidupnya.

Semalam, tepatnya pukul sebelas lebih, Lisa datang ke apartemennya sambil menangis.
Alex yang khawatir langsung membawanya masuk. Tidak peduli akan ada berita apa lagi, toh ini ruangan tertutup. Tidak akan ada yang tahu.
Namun, salah . Semua bocor tak terkendali.
Alex bukan mengkhawatirkan dirinya, melainkan Lisa.

Lisa ada di posisi yang amat sangat merugikan dirinya sendiri kala dituduh sebagai perempuan murahan. Datang ke apartemen laki-laki di tengah malam dengan status sebagai tukang selingkuh yang menyebabkannya putus dari sang pacar.
Dan berita itu kembali didapat dari sebuah akun gosip yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut.

Sial. Itu sungguh menjengkelkan. Bagaimana bisa? Alex yakin ada orang yang sengaja memata-matainya selama ini. Tapi, siapa? Hingga dia sadar jika pelaku paling berpotensi adalah sopir pribadinya, Angga.

Dan kali ini semua terbukti. Angga memang biang atas semuanya.

"Silakan ambil gaji lo plus pesangonnya. Gue gak mau liat muka lo lagi ada di hadapan gue. "

"Maaf, bos . Saya bisa jelaskan semunya. Semua ini terpaksa saya lakukan. Saya butuh uang. "

"Uang? " Alex menatap lawan bicaranya dengan wajah tak percaya.
Beberapa saat kemudian, Alex mencengkeram kuat kerah baju Angga sampai wajah mereka berhadapan.

"Simpan alasan lo. Gue gak butuh. Pergi sekarang atau gue akan melakukan sesuatu yang gak pernah lo bayangin. "

Alex melepaskan Angga lalu berdiri. Sedang Angga tergeletak di lantai dengan penuh penyesalan.

"Rumi, cariin gue sopir baru"
Titah Alex di teleponnya.

Tbc

Big thanks for my sista, Kak Gisma, yg udah bantuin. 😘😘

Am I Normal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang