Aku percaya bahwa cara kita bahagia itu berbeda beda
Setelah pertemuan mengejutkan tadi, mereka akhirnya terduduk diam dibelakang rumah keluarga Ryujin.
"kondisinya lagi ramai. Kamu duduk di disini dulu ya"
"iya om makasih"Begitu banyak pertanyaan di kepala Hyunjin. Tapi lidahnya kelu seakan menolak tau fakta tersembunyi calon ayah tirinya.
Biarkan semua berlalu seperti air, ia hanya akan mengikuti takdir kali ini.
"emm -om, Ryujin di rumah?" tanyanya mengingat tujuan awalnya mendatangi rumah keluarga Shin.
Ayah Ryujin menoleh menatap Hyunjin dengan wajah lelah miliknya.
"engga, sehabis pemakaman dia engga pulang" sembari memfokuskan netranya pada benda persegi panjang miliknya, tampak sangat sibuk.Hyunjin jadi tau banyak hal, Ryujin tidak pernah menceritakan ayahnya karena mereka tidak dekat.
"om pergi ke kantor dulu ya. Bentar lagi Ryujin juga pulang" jelasnya kemudian berdiri.
Ayah Ryujin memang terlihat mengenakan kemeja dengan jas rapi, nampak seperti pengusaha sukses dengan keluarga bahagia.
Melihat Hyunjin yang tak kunjung menjawab, ia lantas menurunkan sedikit kaca matanya. Menatap wajah tampan Hyunjin, calon putranya.
"om tau banyak yang mau kamu tanyain. Nanti om mampir ke rumah" kemudian Hyunjin ditinggal pergi.
"semoga kamu baik baik aja Ryu"
Dibalas sahutan petir penanda hujan segera datang.
.
.
.
.
.
"astaga Ryujin! Lo ngapain hujan hujanan? Ayo masuk!"Bibir bergetar sebabkan deretan gigi beradu. Wajah yang biasanya ceria sekarang menjadi pucat pasi.
Segera ditarik Ryujin menuju rumah, tanpa banyak tanya langsung memeluknya.
Somi tau Ryujin sedang tidak baik baik saja. Dia tau Ryujin sudah sangat hancur.
Ia hanya berharap semoga Ryujin tidak berubah kedepannya.
.
.
.
.
"udah selesai mandinya Jin?"
Menoleh ke arah Somi, Ryujin balas mengangguk. Kemudian mereka sama sama diam.Untung mamanya sedang tidak ada dirumah, bisa bisa ia dimarahi melihat kondisi Ryujin di depan rumah seperti itu.
'temen macam apa kamu? Seharusnya kamu temenin dia. Mau mama coret dari kartu keluarga?'
Yah walaupun dengan nada bercanda, mamanya tidak pernah berbohong dengan kata katanya.
Hubungan mamanya dengan ibu Ryujon sangat dekat sama seperti dirinya saat ini.
"gue pengen main hujan" mendengar Ryujin mengeluarkan suara setelah satu jam lebih, malah membuat Somi mendelik bingung.
Ryujin tidak suka hujan, apalagi ia baru saja selesai mandi.
"maksudnya lo ma--"
"gue lari kesini"
"apaan--"
"engga sempet rasain airnya"
"lo kena--"
"please bantuin gue"Ryujin menatap penuh harap pada Somi.
Menghela nafas Somi akhirnya mengangguk. Mereka lantas menuju ke belakang rumah Somi, taman indah dengan bunga bunga yg dirawat penuh kasih oleh mamanya.
Somi sih malas jika disangkut pautkan dengan berbagai macam tanaman yang mamanya cintai itu.
Tapi kali ini ia bersyukur, setidaknya yang disukai mamanya membantu pemandangan matanya kembali segar.
Melihat Ryujin melangkah maju mencari tetesan air, Somi menyentuh ringan bahunya.
"lo hanya perlu marah Jin. Gausah munafik kalo lo sekarang benci sama Hyunjin"
Ryujin tersenyum, menengadahkan kepalanya ke atas guna menikmati tetesan air hujan dengan volume kecil.
" gue bahkan gapunya hak buat benci ataupun marah sama dia Som" serunya seakan siap melepas semua beban ringan yang memeluknya.
Petir sudah tak terdengar, sore itu tampak lebih indah ketika Ryujin tersenyum tanpa beban.
Dia lupa bahwa masih ada Somi dan temannya yang lain. Ia hampir lupa kalau mereka masih menyayanginya.
"kok gue tetep gasuka hujan ya?" masih dalam posisi yang sama Ryujin dengan guyuran hujan dan Somi bagian menatapnya dari jauh.
Somi juga tidak suka hujan, ia lebih memilih menonton drama dengan konflik yang jauh lebih menarik.
"karena lo lebih suka tidur pake selimut tebel ketimbang kena air. Mandi aja masih males, sosoan main hujan" balasnya dengan nada malas.
"heheheheh"
"Apa?! Gausah nyengir gitu, sini cepet. Entar sakit gue tendang lu dari rumah gue"Ryujin memajukan bibirnya, khas orang pura pura ngambek. somi semakin kesal saja melihatnya.
"Cepet entar gue buatin mie instan"
"AAAA MAKIN SAYANG SOMII HUHUHY"
"JANGAN PELUK GUE RYUJENN BASAHH"
..
.
.
.
.
.
"Apa?!"
"katanya mie instan?"
"ga ada. Buat sendiri"
" gabisa jalan tau, dingin" jawab Ryujin sembari merapatkan selimutnya.Kamar Somi tempat terbaik setelah kamar miliknya, aroma vanila. Ryujin suka.
"yaudah tunggu"
.
.
.
.
"emang ya mie instan pas ujan ujan paling enakkkk!! Suka bangettt"Kini mereka berdua duduk diruang tamu rumah Somi, dengan dua mangkuk mie instan.
Somi tidak bertanya, ia hanya menunggu agar Ryujin berkata jujur padanya.
Melihat tatapan Somi, Ryujin akhirnya bersuara.
"papa mau nikah lagi"
Oh itu Somi sudah tau.
"sama cewek"
APA IA PIKIR SOMI BODOH?! TENTU SAJA DENGAN WANITA!
"dan itu ibunya Hyunjin"
" lah bokap lo sama nyokapnya Hyunjin???"
Anggukan kepala didapat, dengan penuh kasih sayang Somi memeluk Ryujin.
"Kasian kesayangan gue. Lo ga marah sama bokap lo?"
"marah banget"
.
.
.
.
.
"Ryujin dari mana aja?"Setelah mendengar suara ayahnya, Ryujin menoleh.
"dari rumah Somi pa"
" ikut papa ya. Ganti baju cepet"
Kemudian ia berjalan meninggalkan Ryujin di depan ruang tamu.
.
.
.
.
.
.
.
Ayahnya tampak sangat senang ketika seorang wanita menyambutnya dan segera memeluknya.Tersenyum sampai bibirnya mungkin robek jika dipaksakan melengkung keatas lagi.
"ini....Ryujin?"
Ayahnya tampak mengangguk, melihat ibunya Hyunjin yang tersenyum manis padanya. Ryujin jadi merasa jahat.Niat awalnya membatalkan semuanya, mengatakan bahwa dia muak.
Tapi...
"malem sayang, kamu beneran secantik ini ya""iya tante makasih"
-rencananya batal, ia malah terseyum manis. Walau ada Hyunjin di meja makan, walau ia makan berhadapan dengan Hyunjin.
Karena ia tau, semua orang bahagia dengan caranya.
Ayahnya bahagia bersama calon ibu barunya.
Hyunjin bahagia bersama Nakyung.
Dan mungkin Ryujin nanti, ia hanya perlu bersabar bukan?
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You♡ ShinRyujin
Teen Fiction'Kita' Bagian kecil dari ribuan cerita di dunia ini. Memulai dengan seutas karsa berakhirpun dengan segenap rasa. Ryujin merasa bodoh.