Only You♡ ShinRyujin

C13

Sekarang dengan dunia yang berbeda.

Setelah Ryujin turun dari motor Hyunjin, Ryujin berdiri menunggu Hyunjin lalu segera meletakkan helm mereka.

Disampingnya sudah berdiri Nakyung menanti mereka, okey maksudnya hanya Hyunjin.

Nakyung tampak cerah, senyumnya tidak menghilang sejak tadi.

Dengan berat hati Ryujin kemudian meninggalkan mereka terlebih dulu, ia tau mereka pasti sudah meluruskan semua masalah yang terjadi.

Sedangkan Hyunjin, hanya mampu menatap Ryujin sedih.
.
.
.
.
.

.
"HEH!"
Ryujin menoleh dengan wajah datar, ia tau pasti siapa pelakunya.

"hehehe natapnya jangan gitu juga donggg. Gimana keluarga barunya? Asik dong punya ibu lagi" katanya sembari tersenyum berakibat jeritan siswi siswi disekitarnya. Tipikal anak famous.

"lo tau apa tentang gue"
Kata Ryujin judes, ia lelah pagi ini, membalas candaan Mingyu membuat moodnya semakin buruk.

Melihat mood gadis didepannya yang buruk, bukannya membuatnya diam malah semakin menjadi.

Tangan Ryujin kini sudah ditarik paksa, entah menuju kemana, kepala Ryujin bahkan sudah pusing.

Kantin....
Mingyu membawanya ke kantin, yang dapat Ryujin lakukan hanya menghela nafas.

APA MINGYU SEBODOH ITU?! KENAPA IA HARUS KEKANTIN PAGI PAGI BEGINI?!

Ryujin menatap Mingyu aneh kemudian berusaha melepas genggaman tangan Mingyu di pergelangan tangannya.

Bukannya jinak Mingyu malah menarik Ryujin untuk duduk di salah satu kursi disana.

"jangan kemana mana. Gue beliin eskrim deh" setelahnya Mingyu berlari menjauh.

"pagi pagi kok makan eskrim" gerutu Ryujin sembari memainkan jari jarinya tidak lupa senyum aneh diwajahnya.
.
.
.
..
..
.
.
.
"udah mendingan gak? Eksrim kan manis" jelas Mingyu tiba tiba.
"iyaiyaaa"
"heheeheh"
"kenapa sih"
"hehehehe"
"dasar aneh"
Pagi yang aneh untuk Ryujin.
.
.
.
.
.
.
.
.
"gimana keluarga barunya Jin?" tanya Nakyung pada Hyunjin.

Hyunjin menoleh kemudian tersenyum, merangkul bahu Nakyung sembari berjalan lurus.

"baik kok, aku sama papa kan emang deket daridulu"
"trus sama Ryujin?" Nakyung penasaran, dia termasuk tipe orang yang cukup blak blakan.

Hyunjin tak menjawab, ia tidak tau apa yang harus dikatakan untuk menjelaskan hubungannya dengan Ryujin saat ini.

Apa mereka sekarang dekat layaknya kakak dan adik?

Apa Ryujin tidak membencinya?
Ia takut jika bertanya lebih pada Ryujin, takut masalah mereka yg dulu terungkit kembali.

Padahal sudah seminggu sejak pernikahan ibunya dan ayah Ryujin berlangsung, tapi keduanya tetap saja menjaga jarak.

Dulu Hyunjin sangat ingin punya adik perempuan, ingin mengikat rambut panjang, mendandaninya pakaian bak model. Dan menyuruhnya menari seperti perempuan perempuan di video yang ibunya tonton.

Karena hal itulah Hyunjin bertemu Nakyung. Di taman bermain sore itu, bumi berputar, matahari mulai menghilang dan langit semakin cantik.

Ketidak sengajaan ketika Hyunjin malah mendorong Nakyung ketika Nakyung yang tidak sengaja merebut antrian eskrimnya.

Hyunjin kecil mendorong terlalu kuat sampai Nakyung jatuh terduduk. Sudah dipastikan Nakyung menangis keras, bahkan sangat keras tipe anak gadis. Semua orang sampai menatap mereka heran.

Mereka masih kecil waktu itu, tentu saja dihadapi masalah seperti itu sudah kalang kabut. Dan berakhir Hyunjin ikut menangis, dia tidak tau apa yang harus dilakukannya dia hanya anak laki laki dengan umur 7 tahun.
.
.
.
.
Hyunjin tertawa setelah kejadian itu, mereka dekat. Entahlah, mungkin karena mereka bertetangga dan Hyunjin berhasil mewujudkan mimpinya.

Adik perempuan, Hyunjin sangat ingin punya adik perempuan bukan?
.
.
.
.
"Jin" tegur Nakyung, Hyunjinnya mulai berbeda akhir akhir ini.

Tampak sedang memikirkan sesuatu, biasanya Hyunjin akan menceritakan semua masalahnya dan akan menghadapinya bersama sama.

Nakyung selalu berfikir positif mungkin ini pengaruh pendidikan Hyunjin saat ini.

"udahlah gausah dipikirin pertanyaan yang tadi"

"aku bakal kuliah di Jerman, Na"

Hyunjin mulai lagi.
Nakyung kesal, tidak maukah Hyunjin berda di dekatnya? Kenapa harus berpisah lagi sementara mereka baru saja berbaikan.

Nakyung lelah ingin berhenti tapi terlalu sulit.

Apa yang harus Nakyung lakukan?
.
.
.
.
.
.
.