C7

37 9 1
                                    

Kamu tau aku selalu ada dibelakang mu. Jika kamu lelah berbaliklah, datanglah, pintunya akan selalu terbuka untukmu.

Tok..tok..tok

Nakyung tersentak kaget, menoleh ke arah jendela kamarnya yang seakan tengah di ketuk ringan dari luar.

Karena rasa penasarannya ia akhirnya melangkah meninggalkan meja belajarnya.

Membuka tirai merah muda jendelanya sedikit demi sedikit, setidaknya mengantisipasi ketakutan yang ada dipikirannya.

Srekk..
Mata Nakyung melotot dan bibir yang ternganga lebar walau tidak sebesar bibir Chaeyoung jika terkejut. Okey lupakan.

Sekarang dihadapannya ada Hyunjin, dengan kaus putih polos dan celana pendek hitam. Tampak lebih segar ketimbang kejadian sore tadi di sekolah.

Rambut hitam legamnya yang berantakan tetapi tetap terlihat tampan dengannya.

Benar benar tampan.

Mendengar kekehan Hyunjin, Nakyung akhirnya sadar.

Menatap bingung ke arah Hyunjin seakan menyampaikan pertanyaan 'kenapa dia ada disini? Selarut ini?'

"aku merindukanmu" Hyunjin memandang wajah Nakyung. Dia bahkan lupa kapan terakhir kali menatap lamat lamat wajah gadisnya.

Melihat keterdiaman Nakyung, Hyunjin meraih dan menggenggam tangan Nakyung.

Menghantarkan rasa hangat, bukan hanya di tangan namun terhantar baik ke seluruh pembuluh darahnya.

"aku udah ga bisa boong lagi Na. Cuma ada kamu selama ini. Sekeras apapun kamu bilang engga ada perasaan sama aku"

Hyunjin siap jika harus menerima penolakan untuk yang kedua kalinya.

"tempat kamu selalu disini" Hyunjin membawa tangan Nakyung menuju letak jantungnya. Merasakan detak jantung Hyunjin yang memang sedang berpacu cepat, entah karena gugup, malu atau pun takut.

"cuma kamu, engga ada yang lain"

Kemudian Hyunjin memeluk Nakyung, erat sembari menunggu jawaban.

" Jin, aku...



Aku...





aku juga" jawab Nakyung tegas kemudian.

Dia tidak akan melepaskan Hyunjin. Dia tidak akan melakukan itu. Nakyung tidak mau melakukan kesalahan lagi.

Cukup sekali, tidak akan pernah lagi.

Dan sekarang Hyunjin menetapkan pada dirinya bahwa ia telah kembali pada rumahnya. Lee Nakyung, adalah rumah miliknya.

Hyunjin mempererat pelukan mereka,walaupun  ada sedikit kekosongan dihatinya ketika mengingat Ryujin.

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini ia tidak memberi perhatian seperti kekasih pada umumnya.

Hanya sekedar formalitas di depan umum. Hanya ada perhatian di depan orang banyak tanpa tau itu malah semakin membuat Ryujin jatuh.

Jatuh kedalam pesona
Hwang brengsek Hyunjin

.
.
.
.
.
.
.
Ryujin kesal, bagaimana bisa ada orang yg mengganggu tidurnya di pagi buta begini. Dia bahkan baru tidur jam 1 pagi tadi.

Ini efek patah hati terberat yang pernah Ryujin rasakan.

Setelah memilih tombol hijau ia mengangkat teleponnya mendekati telinganya.
Tanpa tau siapa nama penelepon pengganggunya.

"Jin lo putus sama kak Hyunjin?"
Ryujin mulai bangun dari dunia mimpinya, mengingat kenyataan pahit bahwa hubungan ia dan Hyunjin merenggang.

Mendudukan diri, menarik nafas untuk mempersiapkan penjelasan panjang agar Somi tidak terpancing dan malah melabrak Hyunjin.

Bar bar memang.

"engga.... Belom mungkin?" katanya ragu.
"suara lo serek. Gue otw"

Lalu terdengar suara 'PIP' tanda telepon telah dimatikan.

Ryujin menatap jam pada ponselnya,
11.30 ternyata sudah siang.

Ahh Ryujin lelah, segera dia bangkit dan menuju ke kamar mandi. Setidaknya dia harus tampak lebih baik didepan orang orang.
.
.
.
.
.
.
"sialan jadi selama ini cuma pelampiasan?! Awas aja si memble, kalo ketemu gue tendang" kata Somi berapi api.

Mereka berempat kini terduduk di kamar Ryujin sembari menikmati cemilan yang ada.

Ryujin tertawa mencibir,
"emang tega? Dirilik aja udah terpesona"
"iya sih kasian muka gantengnya kalo gue tendang"
"trus kapan bakal putus? Putusin aja udah" seru Yuna tampak kesal.

Ryujin hanya terkekeh tidak tau harus menjawab apa.

"tapi sumpah ya gue engga nyangka. Hubungan kalian keliatan baik baik aja loh" ujar Yuna sembari memakan cemilan milik Ryujin.

"engga semua yang terlihat baik emang beneran baik Yun. Karena semua orang selalu pengen jadi yang terbaik, tanpa tau kalo baik ga akan ada kalo ga ada buruk." kata Minju yang sedari tadi mengusap usap pundak Ryujin.

Sedangkan tokoh utamanya hanya dapat membenarkan dalam hati.

"jalan yuk, gue traktir deh"
Minju, Somi, dan Yuna menoleh, memandang aneh Ryujin.

Untuk pertama kalinya kata kata sakral itu keluar dari dua belah bibir manisnya.

"ayoo buruuuuann"
.
.
.
.
" Ryu kok malah lo yg bengong sih, kan lo yg ngajakin. Lo baik baik aja kan?"

Yuna memukul ringan lengan Ryujin, pasalnya sedari tadi dia hanya tampak melamun.

Dengan senyuman Ryujin meyakinkan bahwa dia baik baik saja.

Dirasa ponselnya bergetar, Ryujin segera menjauh dari kekacauan di bilik karaoke mereka.

"iya pa kenapa?"
"..."
"pa?"
"ma-ma meninggal sayang"

Dunia Ryujin runtuh seketika
.
.
.
.
.
.

Only You♡ ShinRyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang