Keluarga Baru

30 7 0
                                    

"Soo Ah-ya! Jangan tinggalkan aku!"
Aku pura-pura tak mendengarnya. Dasar Kyungsoo sialan! Kau kira kalau tampan bisa berbuat seenaknya?! Mimpi saja kau diatas kasur dengan cabe-cabeanmu itu!

"Chagi ...." panggilnya.

"Apa maksudnya chagi-chagi? Kau bukan siapa-siapa lagi! Kita putus!"

Aku berlari, menjauh ingin melepaskan diri. Yes! Dirinya sudah tidak mengikutiku! Eh tapi kemana dia? Ah tak peduli! Kalau dia hilang, diculik setan atau bahkan jatuh ke jurang justru aku sangat senang.

Aku terus berjalan sambil melihat ke belakang. Siapa tahu, kaki nakal nya itu masih mengikutiku. Tak sudi aku!

"Kyaaaaaa ...." teriakku panjang saat terperosok ke sebuah lubang.

Ah kepalaku sakit. Mata yang indah dengan lipatan mata ganda kubuka. Ada meja, lemari, dan...
Astaga! Hanya mimpi!

"Kayaknya harus pake kasur lantai lagi deh ... udah seminggu jatoh dari kasur mulu ... Aww ...." keluh Soo Ah. Ia berdiri dan memegangi pinggangnya yang sakit.

"Emang tadi aku mimpi apa sih sampe jatuh dari kasur?" tanyanya dan duduk di pinggiran ranjang. Matanya kesana kemari sedang berpikir keras.

"Ah iya! Aku kan sedang jadi Wonder Woman yang sedang mengejar penjahat!"

Dok! Dok! Dok!

Terdengar ketukan pintu. Tanpa basa basi gadis berambut panjang berwarna pirang itu langsung membuka pintu hendak melihat siapa dibaliknya.

"Taehyung-ie? Ada apa?" tanya Soo Ah menatap pemuda yang berdiri dengan seragam SMA lengkap dan kotak kecil yang terdapat di tangannya.

"Enggak. Ini buat Noona." Taehyung menyodorkan kotak kecil itu sambil senyum penuh arti.

"Untukku?" Taehyung mengangguk, "Wah! Baik banget sih ...." Soo ah mengusap kepala Taehyung gemas dan ia hanya tersenyum malu.

"A, A, Aku ke bawah dulu mau sarapan. Noona juga ikut sarapan ya ...." ia berjalan dengan tangan yang terus diayunkan. Girang sepertinya.

***

Selesai sarapan. Semua menjalani rutinitas sehari-hari. Soo Ah berdiri di balkon. Menatap dari atas manusia yang masuk ke dalam mobilnya satu per satu dan melancong pergi entah kemana.

"Sudah 2 tahun ya ...." Soo Ah meminum kopinya. Menghirup udara pagi dan aroma embun yang membasahi tanaman.

"Soo Ah-ya." seseorang berdiri di sampingnya. Ikut bergabung menikmati cahaya matahari pagi.

"Sowon eonni? Kok gak pake kursi roda?" tanya Soo Ah polos. Sowon hanya terkekeh.

"Kursi roda hanya agar aku tidak kelelahan. Jadi sebenarnya aku masih bisa jalan." jelasnya.

"Ah... begitu? Aku hanya khawatir hehe."

"Aku tidak selemah itu, Soo Ah." pungkasnya.

Bohong. Batin Soo Ah.

"Apakah suamiku berlaku baik padamu? " tanya Sowon saat melihat Seok Jin menarik paksa Taehyung ke dalam mobil.

"Jin oppa? Tentu saja. Dia kakak yang sangat baik. Sowon eonni beruntung sekali punya suami seperti dirinya. Dia seperti malaikat." celoteh Soo Ah panjang.

Sowon tersenyum miris. Jin yang tidak beruntung memiliki istri sepertiku, batin Sowon.

Hati Sowon terasa sakit. Ia sangat ingat betul bagaimana sikap suaminya terhadap Soo Ah. Dari pancaran matanya pun Sowon tahu bahwa Seok Jin mencintai Soo Ah.

Apalagi sejak kecelakaan itu. Jika bisa, pasti Seok Jin akan mendonorkan semua darahnya untuk gadis-yang-berstatus-anak-angkat-di-keluarga-ini tersebut.

"Aku sepertinya ingin masuk saja." ucap Sowon lemah.
"Sowon eonni, sini aku bantu kau berjalan ke kamar." tawar Soo Ah. Sowon mengangguk.

Pantas saja Seok Jin mencintaimu Soo Ah, kau baik hati.

***

"Haaah ... aku bosan ...." keluh Soo Ah.

Sudah tengah hari, ia hanya tiduran di kamarnya. Panas terik membuatnya enggan pergi keluar. Soo Ah sudah menyiram tanaman, membantu memasak makan siang dan menyapu seluruh ruangan. Dia tak terbiasa menganggur seperti ini.

"Eh, kado dari Taehyung belum aku buka." Soo Ah menggapai kotak kecil di samping tempat tidurnya.

"Astaga anak ini ... isinya apa ya?" Penasaran, Soo Ah langsung membukanya. Terlihat sebuah gelang mungil dan beberapa ornamen bunga terpasang di sepanjang tali.
Imut! Pikirnya. Tanpa basa basi, ia langsung melingkarkan benda itu ke tangannya.

Tin Tin Tin Tin!

Terdengar bunyi klakson mobil dari luar. Soo Ah memeriksa keluar melalui jendela. Ia melihat mobil para oppa nya sudah masuk ke garasi.

"Akhirnya udah pada pulang ... saatnya makan siang ...." sorak Soo Ah kegirangan. Ia beranjak turun dari tempat tidurnya menuju ke pintu utama.

Soo Ah berjalan dengan terburu-buru. Sudah menjadi kebiasaan, ia akan menyambut saudara-saudaranya serta membawakan tas kerja Ayahnya ke dalam rumah.

Bruk!

Baru sampai ruang tengah, ia menabrak seorang pemuda yang tentu saja merupakan salah satu dari kakak-kakaknya.

Pemuda itu hanya diam, tak meringis atau kesakitan sedikitpun. Berbeda dengan Soo Ah yang mengeluh sakit di sikunya.

"Aish." Soo Ah hendak memegang lukanya. Tapi gelang di tangannya menyangkut di baju si pemuda.

"Nam Joon-oppa! Ini gelangku menyangkut ... tolong lepaskan ...." pinta Soo Ah.

Nam Joon memutar matanya malas. Ia memegang tangan Soo Ah dan melepaskan gelang itu dengan hati-hati. Soo Ah juga terus memperhatikan gelangnya yang begitu sulit dilepaskan.

"Apa tidak bisa kalau kau tidak menyusahkan orang sehari saja?!" gerutu Nam Joon. Soo Ah hanya diam, ini memang salahnya. "Bahkan sejak kau datang kemari hidupku menjadi kacau." gumamnya pelan, tapi gadis itu masih mendengarnya.

"Kalau bisa jangan pernah berpapasan denganku lagi!" bentak Nam Joon lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Soo Ah di ruang tengah sendirian.

Apa benar ia adalah beban. Sudah 2 tahun, tapi sikapnya masih dingin. Apa kehadirannya disini tidak diinginkan? Lalu untuk apa dirinya disini.

"Ah iya ... aku kan hanya disuruh menjaga Sowon-eonni, kalau sudah tak ada alasan lagi untuk aku disini, mungkin aku akan diusir." Soo Ah tersenyum miris. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Tak apa. Kau harus kuat. Setidaknya masih ada yang memperlakukanku seperti manusia walau hanya Sowon-eonni dan Jin-oppa! Hwaiting!" serunya semangat.

"Astaga aku lupa ...! Ayah pasti sudah sampai pintu besar." Soo Ah buru-buru lari.



To Be Continue

My 3 Brothers || KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang