"Jadi, kau ingin kuliah dimana?" tanya Ayah di sela makan siang.
Soo Ah terkejut hingga tersedak, ayahnya tiba-tiba menanyakan itu.
"Ah ... itu ... tadinya aku berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah." jawab Soo Ah menunduk.
Suara denting sendok dan garpu langsung tak terdengar, sepertinya lenyap begitu saja. Kini semua mata melihat pada Soo Ah. Mampus aku ... batinnya.
"Kenapa? potensimu sangat besar, Soo Ah ...." ucap Ayah dan melanjutkan makan, "pokoknya kuliah ... diluar sana banyak anak yang gak bisa kuliah karena masalah biaya. Kau harusnya bersyukur dan lebih giat belajar." sambung ayah.
"I-Iya, appa ...." Soo Ah memainkan makanan di piringnya.
"Jin? Bukankah hari ini Sowon harus check up ke dokter?" tanya Ayah sambil menyeruput jus jeruk di depannya. Sowon ikut menatap pada suaminya itu.
"Hari ini aku ada rapat, Soo Ah yang akan menemani." jawab Jin santai tanpa menoleh. Wajah Sowon langsung murung, dia sudah menduga ini.
"Kau harus temani Sowon! Rapat biar Nam Joon yang menggantikanmu." balas ayah tegas. Yang disebut namanya hanya mengangkat alisnya sebelah.
"Nam Joon! Ajak Soo Ah bersamamu ... Biar dia bisa melihat perusahaan kita." ayah menyudahi makan siangnya.
"Kalau bukan karena ada Appa, pasti aku sudah pergi dan makan di luar saja. Pembahasan disini membuatku jadi tak nafsu makan!" celetuk Han Bin sambil mendorong kursinya kasar.
****
"Kau belum mengerjakan PR mu, kan? Jadi sebaiknya kau kerjakan PR mu dulu dan saat aku kembali nanti aku akan bermain PS denganmu, oke?" bujuk Soo Ah. Ia sudah berjanji akan bermain PS yang baru saja dibeli Taehyung. Tapi apa daya, karena perintah Ayah ia harus mengubah janjinya.
"Bener ya?"
"Iya...."
"Yaudah, cepatlah pulang!"
"Jangan cemberut gitu, dong. Nanti gantengnya hilang lho." goda Soo Ah.
"Aish... sudahlah, pergi sana!" Taehyung langsung salah tingkah.Sebelum masuk ke mobil, Soo Ah melambaikan tangannya pada Taehyung. Taehyung membalasnya dengan wajah datar.
****
Siang ini matahari tak begitu terik, masih terasa sejuk. Apalagi sepanjang perjalanan Sowon terus-menerus melihat pohon di pinggir jalan. Ditambah dengan ia bersama Jin sekarang. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir ia mengalami situasi ini.
Jalanan begitu lengang, kendaraan yang lewat begitu jarang. Sepertinya alam tau bahwa Sowon sedang bahagia sekarang. Beda dengan Jin yang hanya fokus pada jalan dan tak melihat ke arah Sowon sekalipun.
Sowon melirik ke arah Jin. Wajah dingin yang sama selama 5 tahun.Mungkin memang Jin tidak memiliki rasa sama sekali padanya. Saat hatinya masih kosong saja sangat sulit. Apalagi sekarang, sudah ada Soo Ah yang mengisinya. Senyum di wajahnya perlahan pudar dan kini Sowon hanya menatap kosong pada jalanan.
Tak lama, ia melihat bangunan yang begitu familiar di matanya. Rumah sakit Seoul, tempat perawatan terbesar, terlengkap, dan elit. Orang bilang kau akan sembuh bila dirawat disini, dokter dan perawatnya sangat profesional dan sudah diakui oleh WHO.
Tapi, Sowon berpikir apa ia juga bisa sembuh? Entahlah, sudah tak ada lagi alasannya bertahan hidup. Dia sudah merepotkan banyak orang. Semua pasti berharap dirinya segera mati.
****
"Apakah dia Hyun Soo Ah?"
"Wah, ternyata cantik."
"Dia terlihat seperti seorang artis,"Bisik-bisik terjadi saat Nam Joon dan Soo Ah melewati para karyawan kantor. Semua memandang dan memberi hormat pada mereka berdua. Soo Ah terbiasa memberikan hormat, ini terlalu baru baginya padahal dia hanya anak yang baru lulus SMA. Tak spesial.
"Pak, semuanya sudah menunggu anda di dalam. Rapatnya segera dimulai." seorang wanita dengan blazer hitam dan tank top putih lengkap dengan rok ketat selutut serta rambut pendek sebahu berwarna kecoklatan memandu Nam Joon ke ruangan rapat. Sepertinya dia sekretaris Nam Joon oppa, pikir Soo Ah.
"Terus aku gimana?" Soo Ah setengah berteriak saat melihat kakaknya mulai memasuki ruangan.
"Kau urus dia," pinta Nam Joon pada sekretarisnya.
"Baik, pak."Sekretaris itu langsung menghampiri Soo Ah dengan tatapan tajam. Ditatap seperti itu refleks Soo Ah mundur hingga jatuh ke sofa di pojok ruangan.
"Kau! ikut aku." Sekretaris itu menarik Soo Ah dan membawanya ke sebuah ruangan.
"Tunggu disini!" titahnya dan meninggalkan Soo Ah didalam ruangan.
Ruangannya terlihat nyaman, seperti ruang keluarga. Perpaduan warna hijau tosca pada dinding dan biru langit lada plafon membuat itu terlihat klasik.
"Apa ini tempat nunggu, eh ada VCD juga." Soo Ah menghampiri TV besar yang menempel di dinding. Disampingnya terdapat tempat remote AC, Soo Ah meraihnya dan menyalakan tombol ON.
"Sedang apa?" terdengar suara. Buru-buru Soo Ah meletakkan benda di tangannya.
Sekretaris itu kembali dengan 2 gelas berisi Kopi Amerikano dengan Full Whipped Cream yang menjulang tinggi.
"Duduk, aku ingin membicarakan sesuatu." wanita itu menaruh kopi di atas meja dan menyuruh Soo Ah duduk di sampingnya. Soo Ah segera mengambil kopi tersebut, ia memang sudah haus.
"Ada hubungan apa kau dengan Nam Joon!" Sekretaris itu memukul meja dan menatap Soo Ah dengan wajah yang berapi-api. Sontak hal itu membuat Soo Ah terkejut.
"Aku? Aku hanya adik angkatnya. Kenapa?" Soo Ah mencoba menyeimbangkan gelas di tangannya yang terus gemetaran.
Sekretaris galak itu segera menegakkan tubuhnya, merapihkan lengan blazer kemudian duduk kembali dengan anggun seolah tak terjadi apa-apa. Bisa gitu ya, batin Soo Ah.
"Perkenalkan, aku Chaeyoung sekretaris Nam Joon," Chaeyoung memasang tangannya untuk berjabat tangan.
'Iyalah, mana mungkin cleaning service berpakaian sepertimu.' ledek Soo Ah dalam hati.
"Ah, aku--" baru ingin membalas, Chaeyoung langsung menarik kembali tangannya.
"Tak usah. Aku sudah tau namamu." ketusnya, ia meminum kopi yang sejak tadi dianggurkan oleh nya.
'Eh kampret nih tante-tante' Soo Ah mencoba sabar.
"Apakah ini ruangan khusus menunggu?" tanya Soo Ah.
Chaeyoung melirik Soo Ah sebentar, "bukan, ini ruang interogasi para karyawan korup." jawabnya santai dan sukses membuat Soo Ah melongo heran.
"Kau percaya? Haha ... bukanlah! Dasar bodoh ...." ledek Chaeyoung mendapati ekspresi yang ditunjukkan Soo Ah.
'Wah, bener-bener minta disantet nih.' Sepertinya kesabaran Soo Ah akan habis.
Baru ingin mengambil sikap, Chaeyoung sudah berdiri dari duduknya.
"Aku banyak pekerjaaan. Sebaiknya aku pergi. Kau! Jangan mencoba mendekati Nam Joon. Karena apa?" Chaeyoung menggantungkan kalimatnya. Soo Ah hanya menatapnya heran, "karena dia adalah kakakmu bodoh. Masa kau suka dengan kakakmu sendiri ...." sambung Caheyoung lalu berlenggak keluar.
"Aneh, gadis seperti itu diangkat menjadi anak. Dia benar-benar hanya sebagai reputasi saja." Chaeyoung tersenyum menang sepanjang langkah kakinya.
Soo Ah duduk menyender. Tambah lagi satu orang dalam daftarnya. Bagaimana kehidupan di kantornya nanti? Sepertinya ia harus mengambil bidang lain. Ya, jangan sampai nanti dia kerja di sini.
Soo Ah melangkah keluar ruangan, ia berkeliling kantor. Saat mencapai belakang gedung, ia ingin berbelok di sebuah lorong tapi kembali lagi. Ia mendapati dua orang di ujung lorong, seperti sedang membicarakan sesuatu.
Salah satu dari mereka melihat Soo Ah dan segera berjalan ke arahnya. Soo Ah segera berbalik berlari menjauhi orang tersebut.
"Kenapa?" tanya salah satu dari mereka.
"Sepertinya aku melihat seseorang disana." salah seorang dari mereka menunjuk tempat Soo Ah berdiri.
"Serius? Yang benar kau! Kalau sampe ada yang tau habis kita." orang itu berdiri cemas.
"Lebih baik kita periksa CCTV."
"Ide bagus! Ayo cepat!"To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My 3 Brothers || KIM
Fanfiction"Aku pernah hidup bahagia sekali, tapi aku juga pernah membunuh orang disaat yang sama. Jadi, bila ku berharap untuk bahagia lagi. Apakah aku orang yang serakah?" - Hyun Soo Ah Hyun Soo Ah (Irene), gadis 19 tahun yang diadopsi pada saat umur 17 oleh...