Play Station

11 5 0
                                    

"Ngapain aja noona di kantor?" tanya Taehyung dengan stick PS di tangannya.

"Cuma kenalan sama tembok kantor." Soo Ah menjawabnya malas, matanya masih fokus dengan game di depannya.

Taehyung hanya manggut-manggut. Ia tak terlalu penasaran dengan itu, yang penting Soo Ah bisa menemaninya bermain PS.

Taehyung bangkit, Soo Ah memandangnya dengan heran. Taehyung menunjuk sebuah pintu toilet. Soo Ah membulatkan bibirnya sedikit, ia kembali memainkan PS tersebut.

Drrt ... Drrt ... Drrt ....

Ponsel Taehyung berbunyi, Soo Ah melirik kepada benda kotak tipis berlayar tersebut. Tertera nomor telepon dengan nama "Boncel" yang menunggu diangkat. Soo Ah menahan tawanya, ia tak menyangka Taehyung bisa menamai temannya dengan julukan seperti itu.

"Paling juga minta liat PR." Soo Ah membiarkan ponsel Taehyung terus berbunyi hingga akhirnya mati sendiri.

Sesaat kemudian, Handphone tersebut kembali menyala, suara lantunan lagu milik Ariana Grande seolah meminta agar segera diangkat.

"Halo?" dengan cepat Soo Ah menempelkan ponsel itu di daun telinganya.

Tak ada suara. Tapi terdengar samar bisik-bisik beberapa anak.

"Haloo ...." Soo Ah mengulang kata itu beberapa kali, tapi tetap tak ada jawaban.

Sedetik kemudian sambungan terputus. Terpampang jelas wallpaper gambar Taehyung dan dirinya pada ponsel tersebut. Foto Soo Ah dan Taehyung didepan gerbang taman hiburan yang diambil 2 tahun lalu saat liburan pertamanya sejak diadopsi.

Soo Ah mengukir senyum kecil di wajahnya, baginya Taehyung adik yang baik sejak awal.

Taehyung keluar dari toilet. Ia duduk kembali. Tapi Soo Ah mengatakan kalau ada yang menelpon. Taehyung mengambil ponselnya dan beranjak keluar kamar.

***

"Tae, komputermu masih nyala?" tanya Soo Ah yang melihat Taehyung masuk kamar.

"Mengapa memangnya?" selidik Tae.
"Game dalam PS mu membosankan. Aku ingin bermain PUBG saja." Soo Ah nyengir kuda.

Taehyung menyalakan komputernya. Tak butuh waktu lama, monitornya langsung menunjukkan wallpaper yang sama dengan yang di posel Tae.

"Eyy ... kau ngefans padaku, ya? Ponsel dan komputermu foto aku semua ... hahaha." ledek Soo Ah.

"Aku tidak mengagumimu, tapi aku mencintaimu ...." ucap Tae. Soo Ah kaget dan menoleh ke Tae yang sedang tersenyum lebar.

"Yak! Bercandamu itu garing tau! Kita itu sodara!" bentak Soo Ah sambil menjewer telinga Taehyung.

"Aish, noona mah galak. Pantes belum punya pacar!" Tae mengelus kupingnya yang memerah.

"Padahalkan kalo bukan sodara kandung gak apa-apa." gumamnya.

"Berisik!" jawab Soo Ah. Tangannya masih sibuk membuka akunnya di game PUBG.

Setelah loading yang cukup lama, game itu terbuka menunjukkan open sing yang ikonik sekali.

"Lho lho lho? Kok tiba-tiba noona udah pangkat ACE aja? Perasaan baru kemaren aku ajarin main ini." ujar Tae heran.

"Udah pro dong." Soo Ah menaruh ibu jari dan telunjuknya dibawah dagu.

Taehyung mengobrak-abrik lemarinya. Ia mencari kamera go-pro yang biasa ia pakai untuk acara sekolah. Ia menaruh kamera itu di dekat komputer.

Taehyung melanjutkan kegiatannya dengan menyalakan screen recorder untuk merekam monitor.

"Kau mau merekamku? Untuk apa?" tanya Soo Ah melihat adiknya selesai memasang kamera.

"Ingin ku pamerkan pada teman-temanku. Aku pasti terlihat keren."

"Kenapa? Apa selama ini kau tak terlihat keren? Apa teman-temanmu selalu mengucilkanmu? Apa kau dimusuhi?" Soo Ah membombardir Taehyung dengan segala pertanyaan.

Raut wajah Taehyung langsung berubah. Ia lupa bahwa Soo Ah sangat peka dengan segala hal.

"Orang yang tidak mendukung, selalu merendahkan apalagi memusuhimu itu tidak pantas disebut teman. Mungkin kau tau nama mereka, mereka tau namamu. Tapi kalian hanyalah saling mengenal, bukan teman." ceramahnya. Taehyung hanya mendengarkan.

"Lagian masih ada yang menganggapmu keren, Yerin contohnya."

"Aish, gadis bodoh itu lagi. Kalian masih berteman?"

"Masih, selama dia masih mengejarmu pasti dia tetap akan memanfaatkanku sebagai perantara."

"Kalau memang ini bisa membuatmu terlihat keren. Baiklah! Kita tampar wajah mereka dengan skill peemainanku." Soo Ah meretekkan semua jarinya dan bersiap bermain.

Permainan dimulai dan Soo Ah memulainya dengan turun di Pochinki, main aman. Beberapa musuh terlihat dan ia menembaki mereka dengan sangat mudah. Tak hanya menunjukkan skill menembak yang profesional, Soo Ah juga merubah senjatanya menjadi pisau dan memiliki hasil yang sama.

Tak butuh waktu lama, Soo Ah mendapatkan Chicken Dinner. Mereka berdua bersorak girang. Padahal, Soo Ah sudah Chicken Dinner berkali-kali. Tapi, rasanya berbeda saat kau bermain di warnet sendirian dengan bermain bersama saudara. Lebih menyenangkan.

Mereka bermain sampai larut malam.

****

Pagi-pagi sekali Soo Ah sudah sibuk. Ia terburu-buru memakai seragam sekolahnya. Tadi saat bangun tidur, ia ditelepon Yerin bahwa ini hari terakhir tuk mengambil ijazah.

Masalahnya adalah Soo Ah harus mendapatkan tanda tangan dari kepala sekolah, Choi Siwon. Dan dia hanya datang sekitar sebulan sekali. Kalau tidak dapat, bisa-bisa ia tidak bisa mendaftar kuliah.

Ia segera turun dan menemui ayahnya yang sedang sarapan.

"Ayah, aku berangkat dulu." pamit Soo Ah.

"Kau mau ke sekolahan? Kenapa tidak sarapan dulu?" tanya ayahnya
"Tidak, aku sudah telat." balasnya.
"Bis pasti penuh karena hari sekolah. Sebaiknya kau diantar." usul ayahnya
"Terserah ayah saja." jawab Soo Ah sopan.

"Siapa yang mau mengantar Soo Ah?"

Drrtt ... terdengar suara kursi bergeser.

"Biar aku saja." tawar Seok Jin dan Nam Joon bersamaan yang sudah berdiri dari kursi masing-masing.




To Be Continue

My 3 Brothers || KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang