Semilir angin sejuk sama sekali tak menggiurkan bagi Namjoon. Ia tak bergeming dari tempatnya berdiri menatap saudara-saudarinya yang tengah asik menaiki perahu.
Sesekali pria itu menatap orang di sekitar. Terutama, ketika matanya menatap sedih pada Ibu dan anak yang tampak bahagia bermain di sekitar situ. Namjoon menghela napas, entah sampai kapan. Entah sampai kapan ia tak bisa melupakan kejadian setahun lalu.
Teriririring!
Dering ponsel milik Namjoon terdengar bahkan dari radius 10 meter. Ia buru-buru mengangkat telepon mengingat dirinya yang memang orang sibuk.
"Song Debyu-nim? Ada ap---"
[Situs dan file kita diretas, pak! Banyak data penting yang terhapus permanen dan kena format!]
"Mwo? Apa? Coba bicara yang jelas! Aku tak mengerti!" bentak Namjoon yang berhasil membuatnya dilihat oleh semua orang.
Namjoon balik menatap sinis orang di sekitarnya, "Tunggu sebentar, aku akan mencari tempat yang lebih tenang."
"Disini lebih baik. Jadi tadi kau mau bilang apa?" Namjoon menyender pada dinding depan coffe bugs.
[Situs perusahaan diretas, pak. Diberi virus jenis bom waktu. Sebelum jam makan siang tak ada yang aneh. Tapi, para intern mulai kocar-kacir saat masuk kerja lagi setelah makan siang.]
Namjoon terdiam dan masih mencoba mencerna apa yang ia dengar barusan.
"Lalu?" responnya yang begitu santai.
[Pak? Ini masalah serius. Semua data valid yang di backup hilang begitu saja. Dan lagi, data yang hilang kebetulan adalah data keuangan keseluruhan. Mulai dari pemasukkan, pengeluaran, sponsor, netto bruto dan lain-lain.]
Namjoon menggaruk kepalanya kasar, "Begini saja. Kau sudah beritahu ayah, belum?"
[Belum, pak.]
Namjoon menjauhkan ponsel dari bibirnya lalu menggertakkan gigi gemas.
"Beritahu ayah dulu baru kau telpon aku lagi!" Namjoon mematikan ponsel sepihak.
"Tapi, Pak! Ayah anda-- halo? Halo, Pak!"
Song Debyu-nim meremas telepon di tangannya. Ia memukulkan jari telunjuk di atas meja sambil terus berpikir. Jika dirinya memberi tahu ini pada Kim Gwanjang-nim, sama saja ia mencoba membunuhnya.
"Dasar Namjoon gila, lebih baik ku telepon Seokjin saja." gumam Song Debyu-nim. Jari jemarinya menekan-nekan kasar tombol telepon.
Namjoon menghirup napas santai. Ia membeli beberapa makanan kecil yang dijual di sekitar sungai. Telponnya kembali berbunyi, sebelah tangannya memegang makanan jadi ia menggunakan tangan kiri tuk mengangkat telpon.
"Aga abwa hagi? (Ada apa lagi?)" suara Namjoon terdengar aneh karena sedang mengunyah makanan.
"Bodoh! Masih sempat kau makan?! Kakak iparmu dan adikmu jatuh ke sungai!" Song Debyu-nim mengumpat dan berteriak.
Namjoon yang sedang makan tersedak, "Apa?"
Kaki panjang Namjoon berlari ke arah sungai. Kerumunan orang memenuhi area pinggir sungai diiringi teriakan heboh dari beberapa orang.
"Ya ampun! Yang satunya seperti sudah kehabisan tenaga!"
"Kenapa bisa jatuh di dua sisi yang berbeda?"
"Itu yang akan terjadi kalau kau mencoba narsis di tempat yang salah, nak! Ayo kita pulang!"
Namjoon berusaha semaksimal mungkin agar bisa menelesap masuk untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My 3 Brothers || KIM
Fanfiction"Aku pernah hidup bahagia sekali, tapi aku juga pernah membunuh orang disaat yang sama. Jadi, bila ku berharap untuk bahagia lagi. Apakah aku orang yang serakah?" - Hyun Soo Ah Hyun Soo Ah (Irene), gadis 19 tahun yang diadopsi pada saat umur 17 oleh...