"Balik yuk. Udah mau gelap ini." Ucap Tania yang baru saja mendapat pesan dari seseorang. Yang katanya orang itu telah menunggunya di luar.
Mereka pun melangkah keluar lokasi pemakaman.
"Lo pulangnya naik apa, Vi?"
"Taksi kayaknya."
"Mending bareng sama gue aja." ajak Tania.
"Eh gak usah, Tan. Lagian gue mau ke kantor nyokap gue dulu." Tolak Vio.
"Gak apa apa. Nanti gue anterin kesana sekalian. Kasian kan kalo lo sendirian. Nanti dijahatin sama orang gimana."
"Aduh Tan, beneran gak usah. Gue gak apa apa kok sendirian. Gue bisa jaga diri."
"Yaudah deh terserah lo."
Saat mereka sampai diluar. Ada sebuah mobil sedan berwarna hitam yang terparkir disana.
"Kalo gitu gue duluan yah." Setelah berpamitan pada Vio. Tania langsung masuk ke dalam mobil itu. Sedangkan Vio tetap berdiri disana menunggu taksi. Vio sama sekali tidak ingin merepotkan Tania.
"Udah lama nunggu?" Tanya Tania pada seseorang yang duduk disebelahnya saat dirinya sudah berada didalam mobil.
"Sekitaran 1 jam kalo gak salah."
"Oh, belum lama ternyata." jawab Tania enteng. Membuat orang yang berada disebelahnya langsung menghadap ke arahnya.
"Apa? 1 jam itu lo bilang gak lama? Wah, parah. Lo gak bisa liat jam apa gimana sih?"
"Biasa aja kali, Al. Gak usah lebay gitu.Emangnya siapa juga yang nyuruh lo jemput gue, ha?"
Mungkin Alva memang harus memiliki kesabaran ekstra untuk mengahadapi sikap Tania. Karena setiap kali mereka bertemu. Mereka akan selalu bertengkar.
Tania tidak akan pernah mau mengalah pada Alva saat mereka beradu argumen. Meskipun Tania lebih tua darinya, itu tetap tidak bisa menjadi alasan Tania akan mengalah pada nya. Begitu juga dengan Alva. Tidak ada kata akur di antara mereka berdua.
"Kalo aja tadi lo bilang sama mama lo mau kemana. Pasti mama gak bakal nyuruh gue buat susah-susah nyariin lo." seru Alva kesal.
Tania langsung teringat jika dia tadi memang lupa untuk berpamitan pada orang rumah karena terlalu terburu-buru.
"Yaampun sorry, Al. Gue lupa. Sorry banget. Soalnya gue buru-buru tadi. Lagian gue juga udah gede gak usah juga kali nyariin gue. Kayak anak kecil aja." Ujar Tania sedikit menyesal.
"Ya lo tau sendirikan sifatnya mama gimana."
"Iya iya sorry. Lain kali gue bakal bilang dulu kalo gue mau kemana. Supaya gue gak-nge-re-po-tin-lo-la-gi," Ujar Tania yang menekan pada akhir katanya.
Alva memilih untuk tidak meladeni perkataan Tania lagi. Dia menyalakan mesin dan mulai menjalakan mobilnya.
"Oh iya Al," Ujar Tania yang memecahkan keheningan yang terjadi hanya beberapa menit itu. "Kenapa tadi lo gak masuk aja ke dalam? Kenapa malah nunggu diluar?"
Seketika Alva langsung membeku. Lalu kemudian memandang Tania yang juga sedang memandangnya. Dia tidak perlu fokus menyetir sekarang karena mereka sedang berada di lampu merah.
Alva menarik nafas dan kemudian menjawab."Males aja." Jawab Alva singkat dan langsung menghadap kembali ke depan.
"Al, lo gak bisa terus-terusan kayak gini. Cepat atau lambat lo harus nerima kenyataan."
"Apaan sih, Tan. Gue gak ngerti apa maksud lo."
"Alva, meskipun lo gak pernah bilang secara langsung, Kalo lo belum bisa nerima kenyataan ini. Tapi ekspresi lo itu menjelaskan semuanya. Lo gak bisa bohong."

KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER
Romance> Cewek cantik yang tidak suka banyak bicara, tidak terlalu suka dengan keramaian, yang selalu memegang peringkat pertama dikelasnya, yang masih memiliki sifat baik dalam dirinya. Dia pernah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya yang m...