GG23| Makan atau Geletakan?

124 21 4
                                    

"Apaan banget deh lo ah! Nggak asik banget! Tega teganya!" Teriak Grey di speaker ponselnya.

Kurang nge-jengkelin apalagi tingkah Dares malam ini? Dari siang nggak pulang, terus udah maghrib kayak gini baru bilang kalau dia pulangnya malam banget? Kenapa sih? Nggak ikhlas banget punya adek!

Hari ini hari minggu sore.

Baru tadi pagi mama dan papa Grey berangkat menuju Jogja. Dares dan Grey sendiri yang mengantar mereka ke bandara. Tapi, belum ada sehari mereka pergi, Grey sudah tidak betah.

Dia sudah menduga ini. Dares selalu pulang malam karena katanya sibuk bimbel sana sini dan dia berakhir sendirian dirumah.

Tep.

Grey tersentak hingga dia tersedak dengan tenggorokannya sendiri.

Semuanya tiba tiba menggelap.

Grey segera menghidupkan flash dari ponselnya dan berlari keluar.

Nafasnya ngos ngosan.

Grey memandang sekeliling, dan semuanya memang gelap.

Suara krasak krusuk dari sekitarnya spontan membuat bulu kuduk Grey berdiri.

"WOI!"

"YA TUHAN!"

Teriakan dari Gery bersambut pekikan dari Grey.

"Rumah lo mati juga?"

"Menurut L?"

"Mati,"

"Yaudah."

Jangan bilang bilang ke Gery, kalau Grey merasa lebih tenang saat ini.

Grey mendudukkan dirinya di bangku terasnya ditemani cahaya dari ponselnya.

"MAMA!"

Grey spontan berteriak saat cahaya ponselnya tiba tiba mati. Dirinya panik luar biasa.

Baterainya habis.

Kesialan jenis apalagi ini?

Suara berisik dari mesin yang berasal dari rumah diseberangnya membuat Grey sedikit tenang. Rumah dihadapannya kini terang benderang, mencolok diantara beberapa deretan disekitarnya.

Dengan langkah pelan, Grey berjalan menuju rumah itu. Baru saja kakinya menginjak teras, sang pemilik rumah telah berdiri dihadapannya dengan kedua tangan yang diletakkan dipinggang serta raut wajah songong kuadrat yang menghias wajahnya.

"Ngapain lo kerumah gue?"

"Nggak."

"Ini lo dirumah gue."

"Nggaak!"

"Dih, jelas jelas lo dirumah gue!"

"NGGAAAAK!"

"DIH NGEGAS! PULANG SONO LO!"

"Nggak." jawab Grey kali ini menurunkan intonasinya.

Gery mengambil napas sebentar, lalu masuk kerumahnya diikuti oleh Grey.

Gery duduk dengan santai di sofanya sambil memandangi Grey yang masih berdiri di sisinya.

"Lo nggak mau duduk?"

"Gue mau pinjem senter."

"Ada tuh, dikamar gue."

"Emangnya gue boleh ke kamar lo?"

"Ya enggak lah."

"Terus?",

"Ck!" Gery berdecak lalu mendirikan badannya dan berjalan ke kamar meninggalkan Grey sendiri diruang tamu.

Gery kembali membawa sebuah senter berwarna kuning yang langsung diberikannya ke Grey. Grey mengambil senter itu dan membawanya kerumahnya.

Grey menutup pintu rumahnya lalu langsung kembali ke rumah Gery.

"Ngapain balik lagi?"

"Nggak."

"Ck. Terserah."

Grey mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya lalu mengedarkan pandangan kesekeliling ruang tamu Gery.

Gery memandang Grey sinis, heran melihat tingkah cewek satu itu. Gery jadi parno. Jangan jangan dia mau maling. Dengan cepat Gery beranjak dari sofa dan berdiri tepat di hadapan Grey.

"Mau maling lo ya?" ucap Gery sarkas. Gelagatnya seperti mengawasi Grey agar tidak bergerak kemana mana.

"Apaan sih. Awas!"

"Nggak! Lo mau maling kan?"

"Apa yang mau gue maling? Nih dirumah gue juga ada semua." Grey menunjuk semua benda yang ada disekeliling mereka. Walaupun tidak semuanya ada. Seperti pigura pigura foto papa Gery dan Gery. Untuk apa dirumah nya? Tidak penting.

"Lo nggak tau ya kalau di kamar bokap gue itu ada brankasnya? Ntar lo ambil kan?!"

"Iya! Ntar gue ambil malem malem pas lo tidur!"

"Sialan lo!"

"Awas lo! Gue mau pinjem charger. Mana?!"

"Lo mau nge-charge di mana?"

"Ya disini lah. Udah tau dirumah gue listriknya mati."

"Disini nggak bisa nge-charge."

"Ah elah. Pelit amat lo! Ini rumah lo terang benderang juga!"

"Nggak bisa. Ntar minyaknya abis. Lo mau gelap gelapan sama gue?"

***

Sekarang sudah jam 9 malam. 2 jam sudah terlewati dalam keremang remangan cahaya dan keheningan malam.

Grey duduk meringkuk didekat meja sementara Gery tiduran di sofa. Ntah karena hening atau memang cacing diperut Grey sudah pening, suara menyeramkan itu muncul dari perut Grey.

Krrrruuuuk.

Tentu saja itu membuat Gery tersntak dan langsung duduk.

"Apaan tuh?"

"Nggak."

"Lo kentut?"

"Nggak."

"Lah. Terus?"

"Dirumah lo ada makanan nggak?"

"Kenapa?"

"Ya gue mau makan lah."

"Dih udah minta ngegas lagi lo!"

"Lah elo. Udah gue kodein nggak peka juga!"

"Gue kan cogan yabg berhati dingin. Jadi susah peka."

"Hati dingin pala lo! Lo kan setan! Panas!"

"Lo jadi makan nggak nih?"

"Jadi-jadi!" Geram Grey.

Gery berjalan menuju dapur diikuti oleh Grey.

"Matiin dulu lampu nya, Cabe!"

Sorak Gery sambil memencet saklar lampu dapur. Grey yang baru saja akan menginjakkan kakinya didapur, terpaksa memutar balik langkanya.

Selepas mematikan lampu ruang tamu, Grey berlari sekencang kencangnya menuju dapur, satu satunya tempat yang bercahaya didalam rumah ini. Sialnya, dapur Gery yang sedikit turun membuat Grey kaget dan akhirnya kecepatannya bertambah tanpa bisa di rem hingga terpaksa menabrak Gery yang sedang membuka bungkus mie instan.

Mie instan berteburan.

Cabe dan kampret pun tergeletak bertindihan.

Tak tau ini akan lanjut makan atau lanjut geletakan.

***

Ngehehehe...

GegenemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang