Dengan kondisi rambut masih basah dan handuk yang masih menggantung di leher. Geri duduk di ranjang kamarnya. Dua jam lalu dia sudah mengantarkan Dinda pulang dan kini telah pulang, disambut teriakan Iren karena melihatnya ke rumah dengan kondisi basah kuyub. Cowok itu menatap ke arah poster Muhammad Ali yang dipajang di tembok sambil mengacungkan tinju, meskipun pandangannya ke sana, tapi arah pikirannya berkelana ke tempat lain.
Teringat detik-detik Dinda menyentuh bibirnya. Geri mengacak rambutnya, berusaha mengusir pikiran itu dibenaknyaa. Dia lantas berusaha mendistraksi pikiran dengan bermain PES di PS. Cara yang ampuh, karena pikirannya langsung terpusat pada permainan bola di layar sedangkan jemarinya mulai menggerakkan konsol. Dia terus bermain sampai tidak sadar jarum pendek jam di tembok sudah menunjuk pukul dua pagi.
Matanya mulai terasa berat, dia akhirnya memutuskan untuk mematikan seluruh peralatan dan naik ke ranjang. Baru saja dia berniat memejamkan matanya, ponselnya berdering. Dari Dinda. Geri mengernyit bingung dan menekan tombol hijau. "Lo ... masih ... bangun?" tanya Dinda, napasnya terdengar patah-patah, seperti habis berlari berpuluh putaran.
"Kenapa?"
"Gue barusan mimpi buruk, ketemu kuntilanak sama pocong."
"Cuma mimpi, kan?'
"Tapi takut." Suara Dinda terdengar lirih.
Geri mengesah. "Iya udah sekarang pejamin mata lo," katanya menuntun.
"Teleponnya jangan ditutup sampai gue tidur."
"Hm."
Hening.
"Ger?"
"Iya."
"Jangan tidur dulu."
"Gue nggak tidur, Dinda."
Sesuai dengan janjinya, dia meletakkan ponsel di samping telinga sambil mengaktifkan loudspeaker. "Gue boleh nanya sesuatu?" bukannya tidur, Dinda justru melemparkan pertanyaan.
"Tanya aja."
"Apa yang bikin lo suka sama Raini?"
"Semuanya."
"Berarti gue harus kayak Raini dulu, ya, biar bisa bikin lo suka?"
"Menurut lo gimana?"
"Lo tahu lagu Risalah Hati punya Dewa 19, nggak? Liriknya gini ... beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa," katanya sambil bersenandung fals. Geri tersenyum tipis. Lantas percakapan terhenti. Geri mendengar napas Dinda berubah tenang dan rileks, diikuti dengkuran halus. "Din?" panggilnya, tidak ada suara. "Udah tidur?" tanyanya sekali lagi dan tetap tidak ada sahutan apa-apa. Geri mengambil ponselnya, membisikkan sesuatu. "Lo nggak perlu jadi Raini buat bikin orang lain suka, cukup jadi diri lo sendiri. Itu udah cukup."
Sambungan terputus.
Dinda masih belum sepenuhnya tertidur, dia masih menangkap suara Geri dengan jelas. Cewek itu lantas membenamkan wajahnya di bantal. Mendadak merasa bodoh karena telah terjebak dengan permainannya sendiri. Hari itu dia menyadari untuk kali pertamanya, secara sadar meyakini bahwa dirinya telah jatuh cinta.
----
A/N:
Yak sekian part yang akan diposting, selanjutnya, silakan beli novel Kisah untuk Geri yang sebentar lagi akan terbit. Sekarang udah open PO. Silakan cek IG saya buat tahu tobuk online yang open PO.
Versi novelnya lebih banyak edisi bikin baper
Kalau kalian ikut PO, bisa mendapatkan ttd saya daaaan juga dapat pulpen matahari
Versi novel juga ada ilustrasinya!
Silakan follow juga kisahuntukgeri
https://www.instagram.com/p/BuYoI0MHs3L/
bisa kebuka nggak link di atas? Kalau mau dengar suara Geri.
Oke see you! sampai jumpa di versi novelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH UNTUK GERI
Teen Fiction(Telah Terbit dan Di-Serieskan) Dinda memiliki semua yang diidamkan remaja dalam kehidupannya; tajir, cantik, populer dan dipuja oleh banyak cowok di sekolah hingga akhirnya dia kehilangan semua yang dia miliki dalam waktu secepat kedipan mata. Dind...