Gadis itu baru saja menyandang status sarjana setelah 4 tahun lamanya menjalani kuliah di Universitas ternama kota Seoul. Di kamar bernuansa ungu itu terpajang foto wisudanya yang diambil satu bulan yang lalu.
Foto dirinya yang mengenakan toga wisuda tanda ia baru saja lulus. Di samping kirinya seorang wanita berusia sekitar 30 tahun dan di samping kanannya seorang lelaki berusia 32 tahun ikut serta mewarnai foto tersebut.
Seperti keluarga lainnya, jika salah satu anggota keluarganya wisuda pasti mengabadikan momen itu dengan berfoto bersama. Tetapi mengapa bukan orang tua dari gadis itu yang ada di foto tersebut? Entahlah, mungkin inilah yang disebut takdir.
Gadis itu kini tengah merapikan barang-barang kesayangannya dan memasukkannya ke dalam kardus. Ada foto-foto masa lalunya, boneka lucu, diary ungu kesayangannya, dress ungu muda yang sangat indah, sepatu heels putih dengan pernak-pernik ungu, dan masih banyak lagi.
Barang-barang itu adalah saksi bisu kehidupannya dulu. Ya, bukankah hidup manusia itu selalu berputar? Seperti itulah yang dialami gadis berusia 22 tahun itu.
"Aku sudah lelah," gumamnya
***
Di dalam sebuah cafe bertuliskan 'Move On' duduk dua gadis cantik dengan ditemani secangkir coklat panas di meja mereka. Keduanya baru saja bertemu setelah sebulan lebih tak jumpa.
"Bagaimana, Rene?" tanya gadis berambut sebahu.
"Apanya?" gadis bermata bulat itu balik bertanya.
"Apa kau sudah mendapat pekerjaan?"
"Kau tau jawabannya, Yeri. Sudahlah, kau tak perlu tanyakan masalah itu lagi," jawab Irene sebal.
"Aku hanya bertanya, jangan marah. Omong-omong kenapa kau tak minta bantuan pada kakak iparmu saja?" tanya Yeri sambil menyendok ice cream miliknya.
"Kakak iparku tak membutuhkan sarjana sastra sepertiku," jawab Irene asal.
"Kau sedang PMS? Sensitif sekali sejak tadi," kata Yeri cemberut.
"Sudahlah Yeri ku sayang, tak perlu cemberut seperti itu. Aku hanya sedang banyak pikiran," kata Irene seraya mengaduk-aduk coklat panasnya.
"Hmm kau masih memikirkan Jongin?" tanya Yeri penuh selidik.
Skak mat. Irene memang masih belum bisa move on dari Jongin, mantan kekasihnya yang meninggalkannya karena dijodohkan oleh orang tuanya dengan gadis lain.
Irene merasa terhianati pasalnya hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun harus kandas di tengah jalan akibat perempuan yang katanya dijodohkan oleh orang tua Jongin.
Rasanya Irene ingin menjambak rambut perempuan yang sudah mengambil kekasihnya itu. Hatinya sangat sakit, apalagi lelaki itu tidak mau memperjuangkan cintanya. Terkadang ia menyesal telah jatuh hati kepada pria itu.
"Sudahlah, Rene. Laki-laki di dunia ini masih banyak, jauh lebih banyak yang lebih baik dari Jongin. Kau tenang saja, ya," kata Yeri menenangkan sahabatnya.
Irene hanya mengangguk. Memang ia akan mencoba melupakan Jongin untuk selama-lamanya dan memulai kehidupan barunya.
Mengingat bukan hanya Jongin saja yang pergi dari kehidupannya tetapi Ayahnya dulu juga meninggalkannya. Ayah yang menceraikan ibunya dan meninggalkan dirinya dan kakaknya.
***
Irene sedang berkutat di depan laptop kesayangannya. Sudah banyak situs loker (lowongan kerja) yang ia kunjungi, tapi tak ada satupun lowongan yang cocok menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live is So Mean | Hunrene ✓
Fanfiction"Hidup itu sangat rumit seperti halnya cinta" Irene tidak tahu sejak ayahnya meninggalkan dirinya, kakak, dan ibunya ia merasa hidup tidak berwarna. Meraih impiannya menjadi seorang penulis tidaklah semudah khayalannya selama ini, dirinya malah terj...