Tiga bulan kemudian...
Irene duduk di bangku putih taman kota, matanya menatap ke bawah di mana kedua kaki mungilnya mengenakan sneakers putih kesayangannya. Ia bukan sedang mengagumi sepatu itu tetapi sedang memikirkan sesuatu sehingga tatapannya hanya tertuju pada satu titik.
Suara kendaraan ataupun orang-orang yang berlalu lalang tidak membuatnya terusik saat ini. Matahari bersinar tidak begitu cerah sehingga tidak membuatnya merasa kepanasan seperti saat dulu pertama kali ia duduk di tempat ini.
Perlahan sepasang langkah kaki berjalan menghampirinya. Sebuah tangan menyodorkan minuman kesukaannya yaitu vanilla latte. Irene tersadar lalu mendongak menatap orang yang berdiri di hadapannya. Senyumnya tersungging lalu mengambil minuman itu dari tangan besar yang menyodorkannya tadi.
"Gomawo," ucapnya.
Sosok itu tersenyum mengangguk lalu duduk di samping kirinya. Lalu Irene segera menyeruput minuman favoritnya itu. Gadis itu lalu menoleh menatap lelaki di sampingnya.
Irene tersenyum sebelum berkata, "Kau pasti lelah,"
Lelaki yang tengah meminum capucinonya segera menghentikan aktivitasnya lalu beralih membalas tatapan Irene.
"Tidak," katanya.
"Kantung matamu sudah hampir seperti panda," canda Irene.
Lelaki itu terkekeh mendengar kepolosan gadis di sampingnya. Sungguh menggemaskan, pikirnya.
"Saat kau sudah mencintai pekerjaanmu apapun akan kau lakukan, termasuk merenggut waktu tidurmu," kata lelaki itu menerawang.
Irene sedikit tidak setuju dengan perkataan lelaki di sampingnya. Gadis itu menggeleng pelan.
"Tapi dokter, aku mencintai pekerjaanku sekarang namun aku tidak melupakan waktu tidurku," ucapnya.
Chanyeol tertawa pelan.
"Itu artinya kau belum mencintainya, hanya menyukainya,"
Irene mengerucutkan bibirnya mendegar candaan dari dokter tampan itu.
Chanyeol kembali meminum capucinonya dengan perlahan menikmati rasa dari minuman favoritnya sejak kecil. Irene memandangnya lalu tersenyum, dokter itu pasti sangat lelah karena pekerjaannya di rumah sakit yang sangat menumpuk ditambah dirinya yang menangani Choi Hani.
Sekarang Irene tidak akan percaya ataupun tidak percaya lagi soal kesembuhan Hani. Pasalnya setelah melewati beberapa kali kemoterapi anak kecil itu sudah mengalami efeknya. Rambut hitam Hani sudah mulai rontok dan dia sering muntah-munta membuat Irene sendiri tidak kuasa melihatnya.
Bukan dokter yang bisa menolong Hani sekarang, hanya Tuhan yang bisa menolong gadis kecil itu saat ini. Karena tidak kuat melihat putrinya yang tersiksa dengan efek kemoterapi Taeyeon dan Siwon menghentikannya. Mereka sudah pasrah dengan apapun yang terjadi nantinya. Irene tersenyum getir mengingat keadaan Hani saat ini.
"Irene-ah," panggil Chanyeol.
"Ya?"
"Bagaimana hubunganmu dengan Sehun?" tanya Chanyeol tiba-tiba.
Sehun, lelaki itu entah bagaimana hubungan mereka dirinya juga tidak tahu. Mereka hanya banyak menghabiskan waktu bersama untuk sekedar makan atau berangkat kerja bersama.
Sehun tidak pernah lagi membahas perasaannya akhir-akhir ini, hal itu membuat Irene yakin bahwa ia dan Sehun mungkin akan menjadi sepasang sahabat saja.
"Baik-baik saja," balas Irene.
"Kau tahu kan Sehun sangat mencintaimu?"
Irene mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live is So Mean | Hunrene ✓
Fanfiction"Hidup itu sangat rumit seperti halnya cinta" Irene tidak tahu sejak ayahnya meninggalkan dirinya, kakak, dan ibunya ia merasa hidup tidak berwarna. Meraih impiannya menjadi seorang penulis tidaklah semudah khayalannya selama ini, dirinya malah terj...