Oh Sehun menatap seorang lelaki yang duduk di meja makan rumahnya. Dirinya tak percaya dengan apa yang ia lihat, sosok yang selama ini dirindukannya kini berada di depan mata. Dengan segera ia menghampiri lelaki itu.
"Hyung," ucapnya.
Lelaki berambut coklat itu menoleh mendapati adik yang selama hampir satu tahun tak ditemuinya sedang menatapnya penuh haru.
"Oh Sehun," panggilnya.
"Hyung," Sehun segera menghampiri dan memeluk hyungnya yang masih terduduk.
"Kenapa tidak pernah pulang? Aku sangat merindukanmu," ucap Sehun setelah melepas pelukannya.
Lelaki berambut hitam itu duduk di samping kakanya.
Chanyeol, lelaki tadi meneguk air yang ada di depannya sebelum menjawab pertanyaan adiknya.
"Aku cukup sibuk dengan pekerjaanku di rumah sakit" jawabnya.
"Bahkan kau tidak datang di peresmian kemarin,"
Yang dimaksud Sehun adalah peresmian dirinya sebagai direktur dari Oh Corp. Ya, memang saat itu Chnayeol tidak datang karena memang ada operasi yang harus dilakukannya.
"Maafkan aku, Sehun," katanya menyesal.
"Ara, ara," balas Sehun.
"Kau akan tinggal di sini lagi?" tanya Sehun kemudian.
Chanyeol tersenyum lalu menggeleng pelan. Selama ini lelaki itu tinggal di apartemen pribadinya yang ia beli dengan hasil kerjanya sendiri. Chanyeol adalah orang yang sangat tertarik dengan dunia kedokteran. Sedari kecil cita-citanya menjadi dokter terlebih karena eomma yang dulu pernah sakit-sakitan membuatnya termotivasi menjadi seorang dokter.
Sang ayah mengizinkan walau sedikit berat hati. Putra keduanya memiliki darah bisnis yang diturunkannya jadilah lelaki itu menjadi penerus Oh Corp.
"Kau harus menemaniku ke kantor, Hyung. Sudah lama kan kau tak ke sana?" kata Sehun sembari meminum susu di atas meja.
"Apa aku harus ke sana? Aku seorang dokter bukan direktur perusahaan sepertimu, Sehun-ah," balas Chanyeol diiringi kekehannya.
Sehun tertawa mendegarnya.
"Sudah pokoknya kau harus ikut. Akan kutunjukkan pada karyawanku bahwa kau adalah hyungku," kata Sehun lalu keduanya tertawa bersama.
***
Irene tiba di kantor setelah lima belas menit menempuh perjalanan dari rumahnya, ralat rumah kakaknya. Gadis itu selalu tampil cantik di manapun ia berada, seperti saat ini midi skirt warna putih menghiasi kakinya hingga bawah lutut tak lupa dengan blouse floral navy semi formal yang membuatnya terlihat makin manis.
Tas abu-abu kesayangannya ia kalungkan di pundak kirinya, rambut hitamnya ia kucir setengah membuatnya tampak manis dilihat.
Oh jangan lupakan sepatu cream berhak lima cm nya. Make up nya pun sangat natural karena wajahnya memang sudah putih.
Siapapun yang melihat Irene pasti akan berpendapat bahwa gadis itu sangatlah cantik dan menawan. Gadis itu berjalan menuju lift saat matanya tak sengaja menatap pemandangan di depannya.
Seseorang, ralat dua orang yang dikenalnya tengah berjalan beriringan sembari bercakap-cakap. Orang-orang di sekelilingpun melihat mereka terkhusus para karyawan wanita karena memang dua orang itu memiliki wajah yang sama-sama tampan. Bedanya rambut keduanya, yang satu berambut hitam yang satu berambut kecoklatan.
Oh ya dan lelaki yang berambut coklat itu lebih tinggi beberapa cm ketimbang yang berambut hitam. Irene menatap mereka sambil bertanya-tanya.
Enggan memikirkannya gadis itu segera berjalan menuju lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live is So Mean | Hunrene ✓
Fanfiction"Hidup itu sangat rumit seperti halnya cinta" Irene tidak tahu sejak ayahnya meninggalkan dirinya, kakak, dan ibunya ia merasa hidup tidak berwarna. Meraih impiannya menjadi seorang penulis tidaklah semudah khayalannya selama ini, dirinya malah terj...