*PERTH POV*
Aku memang tak salah mengajak Phi Saint ketempat ini. Sebelumya ide ini muncul saat aku melihat sapu tangan pemberiannya kemarin. Disana terdapat gambaran pemandangan langit sore dari atas bukit dan dia pernah bilang itu merupakan sapu tangan kesukaannya. Jadi dapat kupastikan kalau dia akan menyukai tempat-tempat seperti ini. Dan benar saja saat ini, Phi Saint tak dapat berkedip menatap hamparan luas bunga kuning Dandelion di depan sana."Kau suka, Phi?" tanyaku dan segera saja dia menoleh kearahku.
"Nong Perth... Ini sungguh-sungguh indah, aku...aku suka sekali krab!" jawabnya kegirang sambil melompat-lompat kecil di tempatnya. Matanya terlihat memancarkan ketakjupan. Aku pun dibuat terpaku jadinya, tapi bukan pada pemandangan yang ada di depan kami saat ini, melainkan pemandangan yang ada di sampingku saat ini. Kini gantian aku yang tak dapat berkedip memandangnya, apa lagi saat dia memanggilku akrab. Padahal dia biasanya selalu menggunakan bahasa kasar yang tak bersahabat. Dan hari ini dari bibir penuhnya itu, panggilan 'Nong' membuatku begitu bahagia tak terkatakan.
Rasanya seperti ada yang aneh pada diriku, entah kenapa kini jantung ku berdetak kuat seketika. Apa aku sakit? Padahal aku sedang tidak melakukan lari maraton atau mengangkat beban berat di kedua tanganku. Sudahlah, abaikan hal itu dulu Perth!
"Kau tahu Phi, saat waktunya tiba...bunga ini akan berubah menjadi bakal bibik baru, kau akan melihat badai bunga Dandelion yang banyak disini," jelasku dengan suara yang ku buat senetral mungkin. Aku tak ingin Phi Saint menyadari kegugupanku ini.
"Benarkah? Kalau begitu ajak aku kesini lagi Ai'Perth nah nah nah~" pintanya sambil menggoyang-goyangkan tanganku manja. Oh sial, jangan lupakan suaranya yang dibuat selembut mungkin dan lagi dia memanggil ku dengan embel-embel 'Ai'. Membuat kegugupanku bertambah jadinya. Apakah kini Phi Saint mulai menerima keberadaan ku?
"Ah...em, tentu saja Phi, aku janji," jawabku tanpa dapat menutupi kegugupanku lagi darinya. Dan lagi dia begitu antusias membuat janji jari kelingking denganku. Aku yang baru pertama kali ini melihat tingkah manjanya yang begitu kekanakan hanya bisa menatapnya begitu intens. Jari kelingking kami pun sudah saling bertautan tetapi belum ada diantara kami yang mau melepaskannya.
"Phi krab," panggiku dengan suara ku yang terdengar berat kini. Sungguh aku tak bisa menahannya lagi. Aku sudah paham akan perasaan ku tadi. Dan entah dapat keberanian dari mana, kukunci matanya dengan tatapanku. Tak membiarkannya mengalihkan pandangannya dariku.
"Em...krab Perth?" dapat kudengar ada nada kegugupan pada suaranya dan juga ada sedikit semburan merah di kedua pipinya. Akupun langsung mendekat kerahnya yang menatapku tanpa berkedip (lagi). Kutangkup kedua pipi cubinya dengan kedua tanganku. Sedikit berjinjit lalu tersenyum tampan kepadanya, sebelum dengan lancangnya kudaratkan sebuah ciuman panjang pada keningnya yang tak tertutup poni hitam miliknya.
Dapat ku rasakan jantungku berdegup lebih kuat dari yang tadi, bahkan rasanya kini di perutku seakan ada ratusan kupu-kupu yang berterbangan seenaknya. Sedangkan dia kini menatapku dengan kedua matanya yang membela. Namun dapat kurasakan di kedua pipinya yang semakin memanas. Terlampau terasa pada kedua telapak tanganku yang masih tak ingin berpindah dari sana.
"- Phi...Perth mencintaimu krab," ucapku jujur penuh akan ketegasan dengan posisi yang masih mendekatkan wajahku pada wajahnya. Dapat kurasakan nafas hangatnya yang menerpa wajahku kian memburu. Lalu tersentak kaget.
"A- apa yang...yang kau la-lakukan Perth!?" Tanyanya begitu terlambat dengan matanya terlihat semakin membola karena baru memahami atmosfer manis yang ku tebarkan ke arahnya. Lalu jangan lupakan wajahnya yang semakin memerah sehingga dia hanya dapat menunduk karena aku hanya diam dan terus menatapnya memuja. Kulepaskan tanganku yang menangkup wajahnya tadi dan berganti menjadi menggenggam kedua tangannya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.[End] Thank You For Making Me Smile (PerthSaint)
RomancePerth Tanapon bukanlah pemuda yang humoris. Dia hanyalah seorang pemuda biasa dengan keperibadian yang biasa juga. Tapi entah kenapa ia begitu berusaha untuk membuat si dingin Saint Suppapong agar tersenyum kembali. Yang ternyata pada akhirnya, seny...