Sudah hampir satu bulan lamanya Perth dan Saint menjadi sepasang kekasih. Keduanya masih tak percaya akan hal ini, tetapi itulah yang terjadi. Selama itu juga, tak banyak hal yang mereka lalui layaknya seperti pasangan di luar sana. Mereka hanya akan menghabiskan waktu dan kencan mereka di rumah sakit tempat Saint dirawat. Perth tidak masalah akan hal itu tapi tidak dengan Saint. Sehingga sering sekali terjadi perdebatan diantara keduanya.
"Perth na, ayo kita kencan~"
"Ini kita sedang kencan, Phi krab." Saint langsung mengdengus kesal mendengar jawaban Perth barusan. Bagaimana mungkin hanya duduk bersebelahan dengan tangan yang saling bertautan di atas ranjang disebut dengan kencan?.
"Aku mau kita kencannya ke luar Nong Perth~, ke taman bermain contohnya." Saint mulai meluncurkan aksi merengeknya dengan tatapan penuh harap.
"Mai ao. Itu tidah baik untuk tubuh dan kesehatan mu, Phi sayang!" jawab Perth tegas, membuat Saint langsung mempoutkan bibir tebalnya ke depan. Ya, Perth kini seperti membentengi diri kalau sudah berkaitan dengan kesehatan kekasihnya. Dia akan selalu berusaha untuk tidak mudah goyah akan segala rengekan Saint untuk kedepannya.
"Hiks... Padahal, hiks padahal aku juga ingin merasakan kencan seperti hiks...pasangan lainnya na khab...hiks..." Oh, jangan tolong jangan jurus yang itu. Perth benar-benar tak sanggup kalau Saint sudah menangis seperti ini.
"Tapi Phi Sai-"
''Huaaaaa aku mau na na na~"
"Krab krab krab...kau menang," pada akhirnya Perth hanya bisa memilih untuk mengalah saja. Karena kebahagian Saint adalah prioritasnya juga. Tanpa Perth tahu Saint diam-diam menyeringai sebagai tanda kemenangan.
Jadi disinilah mereka, sebuah taman bermain yang tak begitu ramai pengunjung. Bukan dikarenakan hari biasa melainkan karena itu salah satu syarat dari Perth, agar memudahkannya memantau Saint-nya. Keduanya melangkah beriringan menelusuri taman bermain tanpa ada tautan tangan karena Saint bilang dia merasa panas dan gerah hari ini. Alasan -_-
"Wah~ lihat pemuda tan yang pakai jaket kulit itu, benar-benar tampan dan seksi ogh~" Saint langsung melirik sinis dua gadis yang memekik kagum ke arah kekasihnya. Sedangkan yang dipuji malah menunjukkan wajah datarnya. Memang sih diakuinya kalau Perth benar-benar tampan saat memakain pakaian bebas seperti ini. Padahal hanya kaos hitam yang dilapisi jaket kulit dan celana jins biru dengan sobekan di lutut. Entah kenapa terlihat mempesona. Tapi tak perlu pamer pesona seperti itu juga bukan? Apa-apaan wajah sok dinginnya itu? Intinya Saint sedikit kesal sekarang.
"Ughhh kau benar sekali Phi~ tingginya cocok sekali dengan kita lagi," balas yang satunya. Saint yang mendengarnya kini malah ingin memaki mata kedua gadis itu. Tinggi? Perth kekasihnya tinggi? Dia lebih tinggi dan kenapa dua gadis itu seakan-akan tak melihatnya. Apa dia tidak juga tampan saat ini? Ck!
"Tapi siapa yang disampinya itu? Phi-nya? Tapi dia terlihat kurus, kecil dan terlihat cukup manis juga... Tapi kok dia menatap kita seperti itu ya? Menyeramkan ihh," keduanya merasa terancam dengan aura yang dikeluarkan oleh Saint. Dia bilangan kecil dan manis? Di sekolahnya dia tak pernah dipanggil seperti itu. Selalu banyak memujinya tampan. Apalagi saat dia sedang bermain basket di sekolah. Semua perempuan akan datang menontonnya dan bersorak untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.[End] Thank You For Making Me Smile (PerthSaint)
RomancePerth Tanapon bukanlah pemuda yang humoris. Dia hanyalah seorang pemuda biasa dengan keperibadian yang biasa juga. Tapi entah kenapa ia begitu berusaha untuk membuat si dingin Saint Suppapong agar tersenyum kembali. Yang ternyata pada akhirnya, seny...