Epilog

1.6K 136 166
                                    

Play music

Tak ada yang tahu akan perasaan seseorang di kemudian hari. Kata mempertahankan adalah kata yang harganya sangatlah mahal, karena tidak semua orang dapat melakukannya. Dari pada terpuruk dalam kesedihan, banyak orang lebih memilih mencari kisah baru yang lebih menjanjikan. Namun diantara beribu orang itu, ada satu lagi orang bodoh yang memegang teguh kata mempertahankan tersebut. Dia adalah Perth Tanapon.

Sudah lima tahun berlalu, sejak sang terkasih meninggalkannya untuk selamannya. Sebenarnya Perth benci kata selamannya karena dia percaya sosok itu pasti akan dipertemukan dengannya kembali. Nanti. Entah itu kapan tapi Perth akan terus berusaha untuk percaya.

Jadi di sini lah Perth berada, bukit surga kisah cintanya. Ya, lama terasa Perth tak pernah lagi datang ke mari. Tentu saja karena hatinya masih belum sanggup untuk mengenang semuannya kembali di sini. Tetapi hari ini, tepatnya tanggal 20 April, sang pujaan hatinya berulangtahun. Tak banyak yang dapat Perth lakukan dan satu hal yang terlintas dalam pikirannya hanyalah berada di tempat ini. Seorang diri dengan  menghabiskan waktunya mengenang sosok itu sampai malam tiba di bukit tersebut. Dia berjanji untuk tak bersedih kembali nanti di sini. Ya semoga saja.

Langkah demi langkah membawa Perth hampir mencapai ke bukit.

Deg! Deg! Deg!

Beberapa langkah lagi dan jantungnya sudah mulai memompa begitu cepat. Bukan karena lelah, namun karena kenangan masa lalu mulai menghampirinya. Menyeruak dalam kepalanya. Terasa menyesakkan.

Namun dia tidak mampu untuk melangkah menjauh dari tempat ini. Kakinya seakan menariknya untuk semakin naik dan terus naik.

"Huff..." dihembuskannya nafas berat setelah menyentuh batang pohon satu-satunya yang masih saja kokoh di atas bukit tersebut. Mengelus sesaat batang pohon itu dan beralih menatap sebuah ayunan yang dibuat olehnya beberapa tahun yang lalu pada salah satu dahan pohon ini. Sebuah ayunan yang dulu pernah sosok itu pinta dan baru dapat Perth buat sebelum sosok itu sempat naik untuk memainkannya. Akhirnya Perth memilih untuk duduk menyandar pada batang pohon tersebut.

 Akhirnya Perth memilih untuk duduk menyandar pada batang pohon tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Perth POV*
Phi krab~...lama tak berjumpa tapi percayalah dihatiku masih tetap namamu yang terukir indah. Maaf, tak sering mengunjungimu ke tempat ini, Phi. Kau tahu sudah lima tahun berlalu tapi aku masih belum bisa menerima semua ini dengan mudahnya. Bagaimana dengan mu di sana? Apa kau tidur dengan bahagia? Apa kau tak merindukanku? Apa pertannyaanku ini terdengar bodoh untuk mu?

Phi, sekarang aku bukan lagi bocah menyebalkan yang sering kau ejek terus dulunya. Kini aku sudah menjadi sosok yang lebih tampan dan tentu saja ketampanan ku ini hanya untuk mu Phi. Kau harus percaya itu. Dan sekarang aku sudah menjadi seorang Dokter dan sudah hampir setahun lebih aku bekerja di sebuah rumah sakit di Bangkok. Jangan kaget na, karena asal kau tahu saja Phi aku ini punya IQ tinggi dan juga semangat yang besar darimu. Agar aku nantinya bisa menyembuhkan banyak orang yang merasakan sakit yang sama sepertimu. Agar setidaknya mereka memiliki waktu yang lebih banyak dari yang kumiliki bersamamu dengan orang-orang tercintanya.

1.[End] Thank You For Making Me Smile (PerthSaint)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang