Prolog

28 2 0
                                    

Jika menyebutkan kata perempuan pasti akan muncul di pikiran adalah sosok lemah lembut, penyayang, makhluk Tuhan yang memiliki hati & perasaan yang dalam. Dalam perubahan zaman yang semakin modern, perempuan identik dengan make up, jalan-jalan ke mall, hangout bersama teman di cafe atau mungkin taman? Ah.. terserahlah anggapan setiap orang berbeda.
Aku Ayu Adinda Safitri hanya seorang gadis biasa yang hanyalah mahasiswa di sebuah kampus swasta di kota kecilku. Kota Sengkang yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti yang ku katakan tadi. Aku hanyalah gadis biasa tapi yang tak biasa dari anggapan orang yaitu hobiku pergi mendaki gunung bersama teman-temannku, feminim? Oh tidak, tapi tomboy. Bagiku mendaki sama halnya menyatukan diri bersama alam. Menyatukan denyut nadi dan deru nafas di antara semilir angin di puncak gunung di temani tetes embun pagi di antara kabut gunung, menghindari hiruk pikuk dunia penuh sandiwara diantara topeng kehidupan. Begitulah filosfi sebuah mendaki bagiku, aku yang hanya tahu cara menyatukan diri dengan alam tanpa tahu bahwa ada ketukan denyut dari dinding lain di hatiku. Terketuk tanpa aku sadari, berhembus bagai angin yang terasa tanpa terlihat.

Mountain Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang