Setelah 3 hari tanpa kabar kak Winda yang membuatku bingung dan gelisah. Kapan yah bisa mendaki lagi, bisa merasakan angin pegunungan. Meski penuh perjuangan untuk bisa sampai ke puncak.
Aku sedang duduk di membaca buku di kursi panjang yang disediakan dikampus, serius membaca. Membuyarkan ku karena dering handphoneku. Tertulis nama di sana kak Winda Hafsari, aku segera menggeser gambar telfon berwarna hijau dilayar.
"Halo. Assalamu alaikum kak winda"dengar suara antusias
"Halo. Assalamu alaikum Adinda. Kamu dimana?"
"Aku lagi di kampus kak. Kenapa emangnya?"rasa penasaran dalam hatiku. Mungkinkah pendakian akan terjadi.
"Gini, hari sabtu kita bakalan mendaki lagi. Kamu siap-siap yah, siapin keperluan, fisik dan juga hati. Siapa tahu nemu jodoh di gunung"ledek kak Winda tergelak di seberang sana.
"Hahahaha. Apaan sih kak, jodoh tuh udah di atur sama Allah. Kenapa sih mikirin nemu jodoh di gunung? Biar gampang yah minta izin keluar mendaki karena udah sama-sama hobi. Yah kan? Kakak aja tuh pengen nemu jodoh"kini aku yang tergelak balik meledek kak Winda.
Aku selalu tahu cara membuat kak winda cemberut dan kesal sedangkan aku hanya tertawa.
"Ih apaan sih, kalau nemu jodoh sih. Aku mana nolak, yeeayy kalau kakak ketemu jodoh cakep. Kamu jangan ikutan yah"seloroh kak Winda di ujung sana yang sudah pasti menghayalkan yang aneh-aneh.
"Iya deh, ngak kok. Buat kak Winda aja"aku tergelak
"Kalau gitu. Udah dulu yah Adinda, kakak masih harus kabarin anak-anak yang lain. Eiittss jangan lupa pesan kakak. Assalamu alaikum"ucap kak Winda mematikan telfon tanpa membiarkan aku bicara terlebih dahulu. Kebiasaan kak Winda seperti itu jika sedang bahagia.
"Walaikum salam kak"ucapku setelah mendengar ocehan panjang lebar kak winda.Aku tersenyum, segera bangkit berdiri dan berjalan menuju parkiran dimana motorku terparkir dan segera pulang untuk menyiapkan segala keperluan yang akan aku bawa mendaki kembali.
Tepat hari sabtu jam 11 siang. Aku sudah berada di perjalanan menuju gunung yang akan aku daki bersama tim kami, meski seperti biasanya aku kembali absen di perkuliahan untuk ke sekian kalinya, aku tidak memusingkan hal itu. Rasanya sangat senang bisa kembali mereganggan otot yang kaku.
Terbayang bagaimana rasanya medan yang akan kami hadapi nantinya dengan ketinggian 1353 MPDL. Aku terus mengira-ngira bagaimana medan yang kami hadapi nanti apakah menantang adrenaline atau hanya sekedar satu dua hambatan yang akan kami lalui nantinya.
Aku mengendikkan bahu sambil berkata dalam hati. I don't care, toh bagaimana pun kondisinya tetap akan kami lalui.Perjalanan yang akan kami tempuh untuk sampai ke sana sekitar 7 jam perjalanan mobil dan setelah itu kami mendaki selama 12 jam untuk bisa sampai ke puncaknya.
Selama perjalanan aku habiskan untuk memerhatikan apa yang dilalui kendaraan dan akhirnya tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mountain Love Story
ПриключенияApa pun hobimu, apa pun yang kamu suka. Selama itu tidak menganggu atau menyakiti orang lain maka teruslah melakukan. Karena itu bagian dari perjalan hidupmu