Bab 31

169 5 0
                                    

BAB 31 – ZHAN XIONGFEI MENJALIN PERNIKAHAN MELALUI ADU PEDANG; TIKUS PENGGEREK LANGIT MEMINTA MAAF ATAS PENCURIAN IKAN

Ding Kedua berjalan menuju halaman. Tampak seorang pelayan wanita memegang vas bunga, mengganti airnya dan memasukkan bunga ke dalamnya. Melihat kedatangan Ding Kedua, pelayan wanita itu berseru, "Tuan Kedua telah tiba." Dari dalam Yuehua menjawab, "Silakan Kakak Kedua masuk." Ding Kedua mengangkat tirai yang bersulam dan masuk ke dalam kamar. Nona Ding sedang duduk di atas tempat tidur batu bata sambil menjahit dan menyulam sesuatu.

"Adik, apakah yang sedang kamu kerjakan?" tanya Ding Kedua. "Menjahit lubang di pinggiran penutup cermin ini. Kakak kedua, di depan ada tamu, kenapa kakak datang kemari?" balas sang nona. Ding Kedua berpura-pura bertanya, "Bagaimana kamu mengetahui di depan ada tamu?" "Baru saja pelayan mengambil pedang dengan mengatakan ada tamu hendak mencobanya. Oleh sebab itu, aku mengetahuinya."

"Kami baru saja selesai membicarakan tentang pedang. Orang ini adalah Zhan Zhao yang berasal dari desa Yujie, kabupaten Wujin, prefektur Changzhou; semua orang mengenalnya sebagai Pendekar Selatan dan sekarang ia menjabat sebagai pengawal kerajaan tingkat empat. Aku mengetahui orang ini, tetapi belum pernah bertemu. Hari ini kami bertemu; sungguh seorang yang berpembawaan baik, berpenampilan menarik, berbakat, dan berkemampuan silat yang bagus. Namun berkemampuan dan berilmu tinggi membuatnya tinggi hati; ia meremehkan pedang Zhanlu milik keluarga kita secara tidak pantas. Aku mengatakan bahwa pedang ini milik orang lain; ia bertanya siapakah pemiliknya dan aku memberitahukannya itu milik kamu. Ia langsung tertawa sambil berkata, 'Bagaimana mungkin seorang wanita yang lemah lembut memiliki kemampuan berpedang!'"

Mendengar hal ini, muka Yuehua memerah dan alis matanya mengerut. Ia langsung meletakkan sulamannya. Ding Kedua berpikir, "Berhasil, aku akan membuatnya lebih marah lagi," lalu berkata, "Aku pun mengatakan, 'Dalam keluarga kami tentu saja terdapat wanita berbakat.' Ia menjawab, 'Walaupun demikian, tidak mungkin ia benar-benar memiliki kemampuan seperti itu.' Adik, kamu tak kenal takut pada siapa pun, kenapa tidak menantangnya beradu kemampuan? Jika kamu takut, maka tiada pilihan selain membenarkan kata-katanya. Saat ini ibu sedang berada di ruang tamu. Oleh sebab itu, aku datang memberitahukan kamu hal ini."

Dengan wajah mengerut, Nona Ding berkata, "Kalau begitu, kakak pergilah dulu, aku akan segera menyusul."

Ketika melihat ekspresi Nona Ding, Ding Kedua segera menuju ruang tamu kemudian berbisik kepada ibunya, "Adik ingin beradu kemampuan silat dengan kakak Zhan." Baru saja Ding Kedua memberitahukan hal ini, seorang pelayan wanita melaporkan, "Nona Ding tiba." Ibu Ding pun menyuruh nona tersebut memberi salam ramah tamah kepada Zhan. Zhan bangkit memberi salam dengan mengangkat tangannya. Nona Ding pun membalas dengan melakukan wanfu*.

Zhan melihat bahwa walaupun Nona Ding bersikap tenang dan anggun, namun wajahnya menyiratkan kemarahan. Ding Kedua berbalik ke arah Zhan dan diam-diam berkata, "Kakak, ini semua karena kakak merendahkan pedang keluarga kami. Sekarang adikku keluar dan tidak bisa menerimanya." "Kenapa bisa seperti ini?" tanya Zhan. "Apanya yang tidak seperti ini. Wanita berbakat keluarga kami sama sekali tidak takut berurusan dengan orang."

Mendengar hal ini, Zhan merasa tidak senang. Ding Kedua berbalik ke belakang Nona Ding dan dengan pelan-pelan berkata, "Adik, kakak Zhan ingin bertanding dengan kamu." Nona Ding menganggukkan kepala menyetujui. Kemudian Ding Kedua berbalik ke belakang Zhan dan berkata, "Adikku ingin meminta petunjuk dari kakak dalam hal ilmu silat." Saat ini Zhan tidak sabar lagi dan langsung berkata, "Jika demikian, aku menerima tantangan nona."

Siapa mengira Nona Ding seketika melepas jubah luarnya, hanya memakai jubah pendek merah tua yang bersulam, mengenakan rok polos dengan banyak lipatan, dan memakai ikat rambut dari kain sutra yang berwarna-warni, yang membuatnya tampak lebih cantik dan menawan. Ding Kedua telah memberitahu ibunya, "Ini hanyalah pertandingan pura-pura. Silakan ibu melihatnya dari beranda." Setelah memindahkan kursi bersandaran bulat, Ibu Ding duduk di sana.

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang