BAB 36 – SEORANG PELAYAN WANITA KEHILANGAN NYAWA DALAM TAMAN, SEORANG PELAYAN JAHAT BERUSAHA MERAMPOK JENAZAH
Ketika tiba di taman itu, Feng Junheng melihat seorang wanita datang. Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata wanita itu adalah Xiuhong. Dalam hati ia merasa curiga sehingga bertanya kepada pelayan itu, "Apakah yang kamu lakukan di taman ini?" "Nona menyuruhku memetik bunga," jawab sang pelayan.
"Di manakah bunga yang telah engkau petik?" "Saya melihat bunga di sebelah sana belum mekar. Oleh sebab itu saya kembali dengan tangan kosong. Untuk apa kamu bertanya kepadaku? Ini adalah taman keluarga Liu, bukan taman keluarga Feng kalian. Kamu terlalu banyak mencampuri urusan orang lain! Ini sangat tidak beralasan!" kata Xiuhong yang kemudian langsung melangkah pergi. Feng yang marah menatap kepergian pelayan wanita itu dengan sepasang mata yang licik. Karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, ia semakin curiga dan segera bergegas menuju ruang baca yang terpencil.
Ternyata di dalam Yumo sedang menghangatkan teh. Tampak Yan sedang memegang sepucuk surat yang baru saja akan ia buka untuk dibaca. Ketika mendongakkan kepalanya, Yan melihat Feng datang dan segera mempersilakannya duduk sambil menyelipkan surat itu ke dalam sebuah buku. Mereka pun berbincang-bincang bersama.
"Apakah Kakak Yan memiliki sebuah buku syair sederhana yang dapat kupinjam untuk dibaca?" tanya Feng. Karena Feng ingin meminjam buku, Yan pun bangkit dari tempat duduknya dan menuju rak buku untuk mencarikannya sebuah buku. Feng dengan seksama memperhatikan bahwa ujung kertas surat yang diselipkan ke dalam buku itu tampak mencuat keluar. Ia pun dengan pelan-pelan mengambil surat itu dan memasukkannya ke dalam lengan bajunya. Ketika Yan telah menemukan buku yang diinginkan, Feng segera mengambil buku itu, mengangkat tangannya untuk berpamitan, lalu kembali ke ruang baca utama.
Ketika tiba di ruang baca utama, ia meletakkan buku tersebut dan mengeluarkan surat itu dari lengan bajunya untuk membaca isinya. Betapa terkejutnya ia ketika membacanya hingga berseru, "Berani-beraninya kamu! Hampir saja ini menyebabkan masalah besar." Surat ini sesungguhnya rencana Tian sang inang yang membujuk Nona Liu menulisnya agar dapat bertemu Yan pada waktu jaga kedua malam ini di pintu samping untuk secara diam-diam memberikannya uang. Namun surat tersebut justru dicuri oleh Feng.
"Jika malam ini mereka bertemu, Nona Liu pasti jatuh ke tangan Yan dan takdir jodohku akan terbang melayang! Ini tidak bagus," pikir Feng. Tiba-tiba terpikirkan olehnya: "Tidak masalah, tidak masalah. Sekarang surat ini telah jatuh ke tanganku. Yan kemungkinan takut hal ini ketahuan olehku; ia sama sekali tidak akan berani pergi. Bagaimana jika aku berpura-pura menjadi Yan dan pergi ke sana pada waktu jaga kedua malam ini? Jika aku dapat memiliki Nona Liu, bukankah ini artinya pernikahan yang ditakdirkan? Bahkan jika rencanaku terungkap dan Nona Liu menolakku, aku akan menggunakan surat ini sebagai bukti. Jika Paman Liu mengetahuinya, berarti ia membiarkan pintu terbuka untuk mengundang pencuri, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa terhadapku."
Semakin ia memikirkan hal ini semakin rencana tersebut tampak mengagumkan dan ia pun sangat bergembira. Ia tidak tahan lagi untuk menunggu waktu jaga kedua tiba.
Memang benar Nona Liu yang menyuruh Xiuhong mengirimkan surat itu kepada Yan. Ia juga diam-diam mempersiapkan uang dari simpanannya sendiri dan pakaian untuk diberikan kepada Yan. Namun ketika waktunya akan tiba, ia justru mengutus Xiuhong membawa bungkusan berisi pakaian dan uang ke tempat Yan. Tian mendesaknya, "Kenapa tidak nona sendiri yang pergi?" "Masalah ini sudah melanggar norma kesopanan. Jika aku sendiri yang pergi, aku akan semakin kehilangan kehormatanku sebagai seorang wanita. Aku sama sekali tidak akan pergi," kata Nona Liu.
Tiada pilihan bagi Xiuhong selain pergi ke sana dengan membawa bungkusan pakaian dan uang itu. Ketika tiba di luar pintu samping, ia melihat seseorang yang membungkuk datang. Ketika diperhatikan dengan seksama, penampilan orang itu tidak seperti Yan. "Siapakah kamu?" tanya Xiuhong. "Aku adalah Yan," jawab orang itu. Jika didengar dengan seksama, suara orang itu tidak sama dengan suara Yan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN
Historical FictionBerikut adalah terjemahan dari novel Tiga Pahlawan dan Lima Ksatria (San Xia Wu Yi, 三俠五義) yang diterbitkan pada tahun 1879 dan kemudian direvisi judulnya menjadi Tujuh Pahlawan dan Lima Ksatria (Qi Xia Wu Yi, 七俠五義). Novel ini mengisahkan tentang Bao...