BAB 38 – YUMO MENGHADANG TANDU UNTUK MELAPORKAN KETIDAKADILAN; DEMI SAHABAT, BAI YUTANG MENGIRIM SURAT BESERTA PEDANG
Ketika Bai menanyakan di manakah tuannya kepada Yumo, kepala penjara Jia langsung menjawab, "Tuan Muda Yan sedang berada di dalam ruangan sini. Kami telah melayaninya dengan baik." "Bagus. Kalian harus melayaninya dengan sebaik-baiknya. Aku akan memberi kalian hadiah." "Baik, baik," kata sang kepala penjara.
Saat ini Yumo telah memberitahukan Yan tentang kedatangan Bai. Ketika masuk ke dalam, Bai melihat penampilan Yan yang berantakan dengan rambut kusut dan wajahnya kotor; walaupun tidak dibelenggu, ia tampak kurus dan pucat. Segera Bai maju ke depan dan memegang tangannya sambil berkata, "Bagaimana kakak bisa mendapatkan tuduhan salah ini?" Suaranya terdengar menyedihkan.
Yan sama sekali tidak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya berkata,"Ah! Kakakmu yang bodoh ini malu untuk bertemu adik. Untuk apa kamu datang kemari?"
Melihat bahwa Yan sama sekali tidak khawatir maupun bersedih dan hanya tampak malu, dalam hati diam-diam ia memahami: "Yan sungguh seorang pahlawan." Lalu ia bertanya, "Bagaimanakah masalah ini bisa terjadi?" "Adik bertanyalah kepada petugas penjara itu." jawab Yan.
"Aku dan kamu adalah sahabat baik dan telah menjadi saudara angkat, bukan sekedar pertemanan biasa. Kakak tidak perlu menyembunyikannya dariku." "Masalah ini semua terjadi karena diriku yang bodoh. Xiuhong memberikanku sepucuk surat. Aku belum membaca isinya. Karena ada orang datang, aku menyelipkan surat itu ke dalam sebuah buku. Siapa sangka surat itu hilang dan pada malam harinya terjadilah kasus ini. Liu Hong pun melaporkanku ke kantor kabupaten. Untungnya kemudian Yumo diam-diam menyelidiki hal ini, barulah aku mengetahui bahwa Nona Liu mengalami kesulitan karena diriku. Aku membenci diriku sendiri karena kehilangan surat itu dan menyebabkan kemalangan ini. Jika aku tidak mengakuinya, ini akan melibatkan Nona Liu dan merusak kehormatannya. Satu-satunya cara hanyalah aku harus mati!"
Mendengar perkataan Yan, Bai merasa itu ada benarnya juga. Namun setelah berpikir sejenak, ia berkata, "Kakak mengetahui kebaikan orang lain dan membalas budi dengan mengorbankan diri sendiri demi orang lain. Ini adalah perbuatan seseorang yang berkarakter. Namun kakak tidakkah memikirkan siapakah yang akan merawat ibumu yang sudah tua di rumah?" Perkataan ini memunculkan duka mendalam dalam hati Yan dan air matanya pun jatuh bercucuran.
Beberapa lama kemudian Yan pun berkata, "Setelah kematianku, aku mohon adik menjaga ibuku. Dengan demikian, aku bisa tenang di akhirat sana." Setelah berkata demikian, ia pun menangis dengan getir tak henti-hentinya. Yumo di sampingnya juga ikut menangis.
"Bagaimana bisa seperti ini?" protes Bai, "Kakak harus berpikir panjang; segalanya harus dipikirkan kembali. Walaupun berkorban demi orang lain, kakak juga harus memikirkan diri sendiri. Aku mendengar bahwa Menteri Bao di Kaifeng memecahkan kasus bagaikan dewa. Kenapa kakak tidak pergi ke sana melaporkan kasus ini?"
"Adik, kamu salah. Kasus ini bukan terjadi karena pengakuan di bawah siksaan pejabat pemerintahan, namun karena aku sendiri yang mengakuinya. Mengapa kita harus melaporkan hal ini kepada Tuan Bao untuk membela diri terhadap tuduhan tersebut?" "Walaupun demikian, aku takutnya jika laporan kasus ini tiba di Kaifeng, Menteri Bao tidak akan menerima pengakuan kakak begitu saja. Saat itu apa yang bisa kakak lakukan?" "Kitab kuno mengatakan: 'Bahkan orang biasa pun tidak dapat dipaksa untuk melepaskan niatnya', apalagi diriku."
Melihat Yan sama sekali tidak mengubah pendiriannya, Bai Yutang memiliki rencana lain. Ia pun menyuruh Yumo untuk memanggil penjaga penjara dan kepala penjara masuk ke dalam. Yumo segera menuju halaman. Tampak kedua penjaga dan kepala penjara itu sedang berbincang-bincang sambil menggerak-gerakkan tangannya. Ketika melihat Yumo datang, keduanya pun menyambutnya sambil berkata, "Saudara Yu, apakah ada hal yang harus kami kerjakan?" "Tuan Bai memanggil kalian berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN
Historical FictionBerikut adalah terjemahan dari novel Tiga Pahlawan dan Lima Ksatria (San Xia Wu Yi, 三俠五義) yang diterbitkan pada tahun 1879 dan kemudian direvisi judulnya menjadi Tujuh Pahlawan dan Lima Ksatria (Qi Xia Wu Yi, 七俠五義). Novel ini mengisahkan tentang Bao...