Bagian 4

9.1K 1K 53
                                    

Jaejoong dan Yunho sudah berada disebuah restaurant mewah. Yunho mengatakan ia mendapat voucher ice cream, sebenarnya itu hanyalah karangan saja. Jaejoong memesan ice cream dengan potongan buah-buah segar, bahkan kini ia menyantapnya dengan sangat senang. Sementara Yunho? Yunho hanya memesan Espresso.

Jaejoong menyantap ice cream tersebut dengan lahap, Yunho hanya melihat Jaejoong. Benar-benar seperti anak kecil Jaejoong kini.

"Ahh kau tahu Yun? Aku sudah makan apapun dari tadi dan semuanya keluar, tetapi saat memakan ini rasanya aku ingin lagi dan lagi." Riang Jaejoong.

"Jika kau ingin lagi, kau bisa memesannya."

"Benarkah?! Huahhhhhhh baiknyaa. Kau mau?" Tanya Jaejoong dengan menyodorkan sesendok Ice cream. Yunho menggeleng kepalanya.

"Itu ice cream buah, aku tidak suka." Jaejoong pun mengercutkan bibirnya.

"Pemilih! Makan apapun Yun, kau tidak akan mati dengan memakan ini." Yunho hanya diam mendengarnya dan memilih meminum secanglir espresso yang ia pesan.

Beberapa orang menatap mereka iri, entahlah iri karena apa. Mungkin mereka iri karena keberuntungan Yunho atau Jaejoong. Mereka sama-sama beruntung memiliki satu sama lain. Yunho yang sangat tampan mendapatkan Jaejoong yang begitu cantik, yah walau jarang sekali Jaejoong mengakui dirinya cantik. Mereka iri pula karena Yunho mendapatkan pelayanan khusus dimana pun, siapa yang tak mengenal pengusaha terkaya tersebut? Aku rasa tidak ada.

Jaejoong menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku. Ia mengusap perutnya karena kenyang. Jelas saja kenyang, sudah 5 porsi besar ice cream ia habiskan.

"Aku kenyang sekali, tapi ingin lagi." Ujar Jaejoong. Yunho hanya menatap tidak percaya Jaejoong.

"Kau ini rakus atau lapar? Jelas kenyang, 5 porsi besar kau makan sendiri." Jaejoong hanya mengercutkan bibirnya mendengar ucapan Yunho. Wajah Yunho pun memerah melihatnya, dengan cepat Yunho meminum kembali espresso yang masih ada.

"Ya! Kau ini, aku kan bukan makan untuk sendiri. Di dalam sini ada dua malaikat yang kelaparan juga." Jaejoong tersenyum mengusap lembut perutnya. Yunho tersenyum kecil melihat Jaejoong senang, tetapi saat Jaejoong kembali melihatnya Yunho menghapus kembali senyuman tersebut.

"Setelah ini kita jalan-jalan yuk. Aku bosan sebenarnya di rumah selalu." Ujar Jaejoong. Yunho pun melihat jam ditangannya.

"Mau kemana? Kau memang tidak mengantuk?" Tanya Yunho. Jaejoong pun menggelengkan kepalanya. Akhirnya Yunho menuruti keinginan Jaejoong. Mereka pun pergi meninggalkan restaurant tersebut setelah Yunho membayar semuanya.

...

...

Keuangan Yoo jin dan keluarganya pun semakin berkurang, jelas saja, berapapun uang yang Yunho berikan pasti akan habis karena mereka menghambur-hamburkan uang tersebut dengan tidak guna.

"Sayang, bagaimana kita meminta uang kepada keponakanmu itu? Aku yakin dia akan memberinya." Ujar nyonya Kim, sang suami pun hanya menatap istrinya.

"Bagaimana mungkin, kita sudah menjualnya, dan kita meminta uang kepada Jaejoong?"

"Ya! Bagaimana pun anggap saja bayaran karena kita membesarkannya dan lagi Yoo jin sedang berusaha mendekati Yunho, anak kita itu sangat cantik, aku yakin Yunho pasti meliriknya." Ujarnya begitu yakin. Di otak wanita itu hanya uang saat ini. Bahkan saat seseorang datang untuk membayar Jaejoong berapapun yang mereka minta, wanita inilah yang paling bersemangat.

...

Jaejoong dan Yunho berjalan menelusuri pinggir sungai Han. Mereka berjalan santai menikmati sejuknya malam. Yunho hanya melirik Jaejoong yang tepat disampingnya, terlihat beberapa kali Jaejoong mengusap tangannya karena dingin. Yunho segera melepas jas miliknya dan menyerahkan ke Jaejoong tanpa bicara apapun membuat Jaejoong menghentikan langkah dan menatap Yunho.

Sarang✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang