Kamu berlari dengan cukup kencang. Di bawah sinar rembulan, di atas aspal datar, terlihat jelas bayangan hitam gelam yang terus berlari mendahuluimu. Tatapanmu yang sempat tertuju pada jalanan kemudian kembali menatap jalanan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangaaan..."
Dengan air mata yang sudah tak lagi dapat kau bendung, kau berteriak dengan suara yang gemetaran dan tidak pasti. Menangis sekencang-kencangnya sembari berlari menuju rumah sakit.
"Kumohon, jangan tinggalkan aku untuk selamanya..."
----
Hari ini pun sama, sama seperti hari-hari sebelum dirimu bertemu Karma. Hidupmu terasa hambar, monoton, rasa-rasanya saat ada Karma di sisimu dunia terasa seperti televisi bewarna namun setelah Karma pergi hidupmu terasa seperti televisi hitam putih.
"Aku ingin sesuatu yang menarik..." Tanpa kau sadari, ini sudah ke yang tiga kalinya kau berkata demikian. Namun tetap saja, perasaan bosan yang menggebu-gebu ini melahap hatimu.
Sembari menatap majalah fashion minggu ini, tangan kirimu berusaha untuk meraih ponsel sementara kaki kiri berusaha untuk meraih sepatu dalam rumah yang berbentuk kelinci dan dilapisi bulu-bulu halus.
Setelah berhasil meraih ponsel, kamu segera mengaktifkannya dan mencari kontak seseorang. Berusaha untuk memberanikan diri untuk menghubunginya, ya, siapa lagi kalau bukan Karma?
"Halo? Karma, ini aku..."
----
Selama perjalanan, Karma hanya diam dan memfokuskan diri pada jalanan. Sama seperti saat kamu menghubunginya sewaktu dulu, ia hanya bergumam "Hm" tanpa benar-benar menanggapi ucapanmu. Meski, waktu itu ketika kamu memberitahu kenyataannya ada serangkaian nada yang berubah dalam tanggapannya.
Penasaran, kamu sangat penasara. Apa yang sebenarnya Karma pikirkan mengenai kenyataan masa lalu yang kamu keluhkan dengan dirinya? Tidak ada yang lain selain Karma yang pernah kamu ceritakan karena keinginan kamu sendiri. Hanya dia, hanya Akabane Karma seorang. Sosok yang kamu kira sebagai pengganti yang paling pantas.
Namun disanalah letak kesalahannya, sejak awal kamu tidak berniat untuk membuka lembaran baru dan beranjak dari lambaran lama. Yang kamu lakukan adalah menggenggam erat lembaran lama dan mencari pengganti yang cocok sebelum benar-benar melepasnya.
Ditengah-tengah kegelisahanmu, tanganmu yang sejak tadi bergetar tidak tenang dan kedinginan sontak mendapat sebuah kehangatan dari genggaman Karma. Lantas kamu menatap Karma heran, kamu yakin gelagap tidak tenangmu memberi pertanyaan tersirat sendiri, "Apa? Mengapa? Tolong jelaskan, aku tidak mengerti."
Namun percuma, sampai akhir pun Karma tidak menjawab apa-apa. Hingga kalian sampai ke tempat tujuan, sebuah lokasi yang tentu saja pastinya sudah sepi pada waktu seperti saat ini. Memang, sore hari bukanlah waktu yang tepat untuk mendatangi tempat ini.
Ya, memang siapa yang mau datang ke kuburan pada waktu sore menuju malam?
Bukan, pertanyaan yang harusnya paling masuk akal adalah siapa yang mau menemani orang asing datang ke kuburan pada waktu sore menuju malam?
Kamu sendiri masih tidak yakin, apakah sebenarnya Karma memang peduli atau ia hanya ingin mengakhiri segalanya dengan jawaban yang jelas. Sebuah titik acuan terakhir untuk ia lepas, sebelumnya pergi ke belahan dunia lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Drama (Karma X Reader)
FanfictionMasa lalunya, dan masa laluku. Kami berdua memiliki masa lalu yang bertolak belakang, Bisakah... bisakah kami bersatu? Chara : Reader x Karma Ansatsu Kyohitsu © Yusei Matsui-sensei (Up tyda menentu)