BAB ENAM PULUH DUA

419 21 6
                                    

"Aku sakit."

"APA?!"

Madistra tersentak begitu mendengar dua kata yang dilontarkan kekasihnya. Dugaannya selama ini berarti benar, bahwa Vanya didiagnosis penyakit yang lumayan... Serius?

"Kamu nggak bercanda kan?"

"Apa ekspresi aku sekarang masih bisa nyimpulin kalau aku ini lagi bercanda?"

Madistra menangkup kedua pipi Vanya. "Ka-kamu... Sakit apa? Kata Mami kamu waktu itu, kamu sakit asma. Apa itu benar?"

Vanya mengangguk. "Awalnya, aku memang cuma sakit asma. Tapi lama-kelamaan, Pneumonia menyerang tubuh aku."

Madistra kembali tersentak. "Pneumonia?"

"Ya, Pneumonia Mycoplasma. Mayoritas penderitanya adalah anak-anak yang beranjak remaja, atau dewasa muda. Termasuk... Aku." Vanya menunduk. Air matanya terus-menerus membasahi kelopak matanya. Napasnya yang sudah sesak, membuat Madistra tidak kuasa melihat gadis itu terus menangis.

Madistra mendekap gadisnya. "Kamu bisa sembuh, aku yakin."

Vanya melepas pelukannya. Ia mengusap wajah frustasi. Ia membalikkan badan. Enggan menatap wajah pria disampingnya lebih lama. Air mata itu perlahan jatuh di pipinya, lagi, lagi, dan lagi.

"Jujur, kamu pasti nggak suka kan punya pacar penyakitan kayak aku? Putusin aku aja sekarang, Dis. Daripada aku buat kamu malu." ucapan gadis itu terdengar sangat pasrah.

Madistra menggeleng mantap. "Kamu ngomong apaan sih? Sampai kapanpun, aku nggak bakalan mutusin kamu."

"Tapi aku ini penyakitan. Laki-laki sempurna kayak kamu, cocoknya ya sama perempuan yang sempurna juga."

Madistra menuntun dagu Vanya untuk menoleh dan menatapnya. Gadis itu menurut, dengan mata yang memerah.

"Buat aku, kamu perempuan paling sempurna dari berjuta-juta perempuan di luar sana. Nggak ada yang bisa gantiin."

"Aku tau kamu boh–"

"Ssstt..."

Mulutnya terbungkam dengan jari telunjuk Madistra yang ditempelkan di bibirnya. Vanya mengerjap ketika napas Madistra sangat terasa di wajahnya.

Madistra tersenyum kecil. "Kamu ragu sama kepercayaan aku? Kalau iya, coba pikir lagi. Nggak mungkin aku bohongin perasaan sendiri selama satu tahun ini."

Kepalanya menengadah. Alis gadis itu bertautan. "Kamu serius?"

"Duarius, seratusrius, seriburius, atau berjuta-jutarius."

"Rasa sayangnya nggak hilang, kan?"

Madistra terkekeh seraya mengacak pelan puncak kepala gadis itu. "Nggak. Kok kamu yang jadi lebay gini, sih? Biasanya kan aku yang lebay."

"Habisnya aku takut."

"Takut kenapa?"

"Ya... takut. Takut kalo kamu beneran mutusin aku."

Kedua tangannya mengulur begitu tangan Madistra menggenggamnya. Jantung Vanya memompa hebat. Tatapan tenang Madistra begitu menghangatkan. Siapapun gadis yang diperlakukan seperti ini, pasti akan mencair ditempat. Sangat manis.

Senyum cowok itu menjulang sebelum beberapa kata yang dilontarkannya yang pastinya membuat Vanya susah tidur nanti malam.

Madistra bersuara, "Calm, dear. Maybe for others you're not perfect. But for me
you're more perfect than anything.
You will always be mine. I promise..."

Secarik Luka [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang