BAB TIGA BELAS

889 49 2
                                    

"Kebanyakan orang menyembunyikan setiap luka yang ia rasakan dengan secarik senyuman yang ia tebarkan. Tapi tidak banyak orang yang perasa terhadap lara seseorang di balik tameng tawanya."

-secarik luka-

"Kemana?" Tanya Vanya dengan raut wajah mengintrogasi.

Madistra tersenyum, lalu mengacak puncak kepala gadisnya. "Kemana aja, asal sama Anya."

"Serius madis, kita mau kemana?"

"Kejutan dong, nanti juga lo tau." Jawabnya masih fokus dengan aktivitas mengemudi nya.

"Kasih tau, biar aku gak kepo," Pinta Vanya dengan memasang wajah puppy eyes nya. Membuat Madistra gemas dibuatnya.

Cowok itu mencubit pelan pipi Vanya. "Kalo dikasih tau, bukan kejutan dong namanya sayang,"

"Hmm, yaudahlah. Terserah kamu aja."

"Nah, tuh pinter pacar Madistra"


∆∆∆

Disini, dengan semilir angin menenangkan, suasana hijau pada pandangan, dan kesejukan yang dirasakan. Sepasang kekasih itu menatap lurus pandangannya pada sebuah pohon besar, dengan rumah pohon diatasnya. Terlihat dari bawah sana, permukaan rumah pohon berbentuk hati, dengan hiasan untaian bunga berwarna-warni disetiap sisi pagar pembatas yang berada di balkon rumah pohon tersebut. Dan ya, ini menambah kesan... Romantis.

"Jadi kamu ngajak aku kesini?" Mata Vanya berbinar melihat tempat yang menurutnya sangat indah ini.

Madistra mengangguk. "Ya, indah ya?"

"Banget! Aku suka!"

Cowok itu menggandeng tangannya. "Naik ke rumah pohon itu yuk! Pemandangannya lebih bagus loh disana!"

Vanya tersentak. Matanya membulat. "Benarkah? Kira-kira ada apa aja ya diatas sana?"

"Ada..." Ucap Madistra menggantung. "Bidadari diatas sana." Lanjutnya.

"Hah iya? Masak sih? Aku mau kesana! Mau liat bidadari! Ya Tuhan aku mau liat!" Ucap gadis itu Toa, ia sangat bersemangat untuk ini.

Madistra terkekeh dan mengulas senyum melihat tingkah polos pacarnya itu. "Hmm, iya ayok."

Keduanya menginjakkan kaki diatas anak tangga rumah pohon tersebut secara berantai. Sesampainya diatas, pemandangan hijau terbentang luas dan menyambut mereka. Mata Vanya kembali berbinar, senyum merekah tercetak dibibir Madistra. Cowok itu sangat bahagia melihat gadisnya bahagia seperti ini.

Vanya menerawang ke seantero rumah pohon. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mana Bidadari nya? Jangan-jangan Madis bohongin aku- batin Vanya.

"Dis?"

"Ya?"

"Mana bidadari nya? Katanya ada bidadari di atas sini?"

Secarik Luka [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang