(KK 3) Not only me

2.7K 725 83
                                    

Langkah Embun terasa berat hari ini karena melihat kehadiran Ravindra di stasiun tadi pagi. Tandanya pria itu sudah kembali ke Jakarta. Entah mengapa ia tidak menggukan motornya seperti biasa. Embun merutuk kenapa jarak kantor mereka terlampau dekat sehingga menghadirkan banyak kemungkinan untuk bertemu. Untungnya pria itu tidak menyadari kehadiran Embun.

Bukannya Embun masih menaruh hati dan menggantungkan harapan. Embun sadar Ravindra kini telah memiliki istri. Namun saaat melihat Ravindra, bayangan kedua orangtuanya melintas dengan begitu lekat, seolah memeluk luka Embun hingga dadanya terasa jauh lebih sesak.

Embun Humaira

Gi, Ravindra udah di sini

Argi Satya

Dia memang cari nafkah di sini. Kalau istrinya nggak ikut ke sini, jangan sekali-kali mau diajak ketemu dia May. Karena pasti pihak perempuan yang disalahkan, sebrengsek apa pun laki-laki itu. Dan gue juga yakin kalau istrinya nggak tau soal kebrengsekan Vindra.

Embun Humaira

Tau dari mana lo?

Argi Satya

Simpel aja sih, kalau istrinya tau Vindra brengsek, pasti dia nggak akan mau dinikahin.

Embun Humaira

Suka bener jadi orang

Argi Satya

Karena dia udah di sini, menurut gue lebih baik lo cepet bilang ke ortu. Nggak mau kan ketemu di jalan terus ortu lo nyapa Vindra dan Vindranya langsung bilang kalau dia udah nikah?

Embun menghela napas. Cepat atau lambat ia memang harus memberitahu orangtuanya mengenai hal ini. Jika mereka harus menelan pil pahit akan kenyataannya, lebih baik hal itu disampaikan oleh Embun bukan?

***

Embun memilih untuk tidak lembur hari ini, dan pulang di saat jam padat. Ia juga memilih untuk mengunakan ojek online agar tidak harus berpapasan lagi dengan Ravindra. Dirinya belum benar-benar pulih sejak terakhir melihat sosok lelaki itu di pelaminan.

Bun, kalau kamu penginnya nikah di gedung atau di rumah?

Mungkin di rumah akan lebih dapet kesan sakralnya, dan juga jadi ada kenangan tersendiri di rumah. Tapi di gedung simple, nggak perlu ribetin hal macam yang cuci piring, tukang parkir, gonta-ganti baju, rumah kotor. Rata-rata kalau di gedung cuma pakai baju akad dan resepsi aja.

Ah, gitu ya...

Sebenernya nikah di gedung atau pun rumah itu nggak ada bedanya, tergantung presepsi dan isi kantong si yang punya hajat. Yang terpenting dari itu semua kan sah-nya dan siapa pasangannya.

Aku setuju Bun, yang terpenting memang itu.

Embun menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak boleh mengingat-ingat kembali kenangan itu. Ia harus mengubur dan menekan dalam-dalam segalanya.

"Mbak, sudah sampai,"

"Ah, terima kasih Pak."

Embun membuka pintu, disambut dengan sang ibu yang sedang tersenyum merekah. "Udah pulang? Tumben," ucapnya seraya memijati bahu Embun.

Embun mengangguk. "Iya Bu, kebetulan lagi nggak banyak kerjaan di kantor. Ayah mana?"

"Lagi cukur rambut, tumben nanyain Ayah, ada apa?"

"Gapapa, nanti makan malem bareng ya Bu," balas Embun.

Embun sudah membulatkan tekad untuk memberitahu orangtuanya mengenai hal ini. Karena menurutnya jika ditunda-tunda lagi, semuanya akan menjadi semakin sulit, baginya maupun orangtuanya.

Kacamata KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang