(KK 7) Apart

2.4K 620 31
                                    

Embun mencoba menikmati waktunya. Agung bilang yang Embun butuhkan saat ini adalah waktu untuk memahami dan menyenangkan dirinya sendiri. Ya, akhir minggu banyak Embun habiskan di luar rumah untuk menonton film atau pun memanjakan diri ke salon karena tidak enak hati jika melihat ayah ibunya sedang membahas undangan pernikahan anak rekanan mereka atau tetangga yang banyak diadakan di akhir pekan.

Menonton dan jalan sendiri tidaklah lagi menjadi satu hal yang tabu bagi Embun. Dulu Embun paling anti yang namanya keluar rumah sendiri tanpa arah dan tujuan. Kalau pun sampai terpaksa, kaki Embun hanya akan tertuju pada tempat tujuan tanpa melipir ke mana-mana. Namun saat ini Embun menikmati rasa sepi saat berjalan di tengah keramaian.

Agung pernah menyarankannya untuk memasang aplikasi chat untuk para pencari jodoh agar terlepas dari bayang-bayang Ravindra yang tentunya ditolak Embun mentah-mentah. Untuk saat ini Embun ingin fokus membahagiakan dirinya, tanpa khawatir untuk patah hati.

Hari Minggu pagi ini Embun dikejutkan dengan pesan singkat dari Ilana yang menyatakan bahwa hubungannya dengan Agung kandas. Tanpa basa-basi Embun mengajak Ilana untuk bertemu guna menghibur gadis itu. Embun mengerti pasti sulit bagi Ilana yang sudah terbiasa dengan kehadiran Agung di sisinya selama kurang lebih delapan tahun.

Embun mengusulkan untuk pergi ke salah satu kafe tempat Dela bekerja. Temannya saat SMP itu bekerja di kafe dengan suasana yang begitu nyaman, yang lebih penting dari itu terdapat ruang yang cukup privat di lantai dua kafenya. Embun yakin air mata Ilana akan tumpah saat menceritakan perihal hubungannya dengan Agung.

Firasat Embun terbukti saat melihat Ilana yang datang ke kafe tempat mereka janjian dengan mata sembab, sepertinya tangisannya tidak reda sedikit pun sejak semalam. Embun merasa prihatin sekaligus miris. Ia bagai berkaca dengan kondisinya saat patah hati waktu ditinggal oleh Ravindra.

"Embun..."

Ilana menghambur ke pelukan Embun, yang ia sambut dengan tangan lapang. Tangan Embun terulur untuk mengelus punggung Ilana. Embun tak mengeluarkan kata, karena ia sangat mengerti untaian kalimat yang hadir dari bibirnya tak akan mampu menghapus luka yang diakibatkan oleh sebuah perpisahan.

"Agung ngomong apa?" Embun bertanya, mencoba menggali lebih dalam yang terjadi di antara keduanya.

"Ayahku ingin aku cepat menikah Bun, lalu Ayah minta aku untuk nanya sama Agung mengenai kelanjutan hubungan kami. Karena Ayah pun sudah menyiapkan calon lain kalau sekiranya Agung mundur."

Embun masih menaruh atensi penuh ke Ilana yang terisak, Ilana mencoba mengontrol suaranya yang parau hingga ia harus menajamkan indera pendengaran agar tidak melewatkan satu kata pun yang keluar dari mulut Ilana.

"Dengan terpaksa aku mendesak Agung, dan saat aku mengutarakan semuanya sama Agung, dia cuma minta maaf."

Tangisan Ilana menjadi jauh lebih kencang dari sebelumnya. Embun mengerti permintaan maaf Agung adalah akhir dari hubungan keduanya.

"Agung masih ingin berkarir dan mengejar impiannya Bun, dan dia nggak mau menikah dalam waktu dekat."

"Meski kamu bilang bahwa ayahmu sudah menyiapkan calon lain?" tanya Embun memastikan.

Ilana mengangguk. Kepedihan tergambar begitu jelas di wajahnya. Embun hanya bisa menahan napas. Tidak ada yang bisa disalahkan di sini. Agung dengan impian besarnya memang sulit untuk diubah pemikirannya, dan juga orangtua Ilana yang tidak ingin bersabar lebih lama. Hal itu hanya membuat dua hati yang saling mencinta harus terluka.

"Dia nggak mau berjuang buat aku," ucap Ilana frustasi.

Embun meraih tangan Ilana dan mengenggamnya dengan erat. Ingin menunjukkan bahwa ia ada di sana, mendengar seluruh keluh kesah dan beban hati Ilana.

Kisah Embun Ravindra dan juga Agung Ilana berakhir sama dengan konteks yang berbeda. Dua hati yang saling mendamba tidak bisa dipersatukan karena keadaan.

"Tuhan mempertemukan setiap insan dengan maksud dan tujuan Lan, aku yakin akan ada hikmah dari semua ini."

Ilana mengangguk. Ini semua di luar kuasanya. Apa yang ia harapkan tidak seperti kenyataan. "Bulan depan aku akan tunangan Bun, tiga bulan berikutnya aku akan menikah."

"Agung udah tau?" tanya Embun spontan.

Ilana mengangguk. "Ayah sudah menentukan tanggal sebelum aku ketemu Agung untuk meminta kejelasan. Jika Agung mundur, aku nggak punya pilihan lain karena itu kesempatan terakhir yang Ayah berikan buat Agung. Tapi Agung memilih mundur setelah menjelaskan impian dan jenjang karir yang harus dilaluinya, Bun."

Sebagai sahabat Agung, Embun sedikit banyak cukup berbangga hati karena ia menepati janjinya untuk menjelaskan alasannya kepada Ilana agar Ilana tidak merasakan nasib sepertinya yang ditinggal tanpa kabar dan alasan. Dan ia juga mengambil keputusan terbaik untuk melepaskan Ilana, meski Embun yakin jika saat ini Agung pasti sedang menangis mengurung diri di kamarnya. Setidaknya mereka tahu dengan pasti kapan kisah mereka dimulai dan berakhir.

"Aku pun ingin ngeliat Agung sukses dalam karirnya, tapi aku juga nggak ingin mengorbankan hubungan kami yang sudah delapan tahun ini. Tapi aku gagal dalam meyakinkan orangtuaku, Bun."

Embun bisa merasakan kegetiran dalam suara Ilana. Betapa pahitnya akhir kisah mereka yang digadang sebagai most romantic couple di angkatan kami. Yang tentunya diharapkan untuk bersatu di jenjang pernikahan. Namun kenyataan yang terjadi sangat jauh dari ekspektasi.

Ponsel Embun bergetar, menandakan sebuah pesan masuk.

Argi Satya

Agung nggak bisa dihubungi. Padahal mau main hari ini. Lo tau dia di mana?

Embun Humaira

Kostannya. Lagi mungkin lagi berduka karena Ilana mau nikah dalam waktu dekat.

Argi Satya

Nasib temen gue kenapa mengenaskan semua sih?

Embun Humaira

Gue tunggu di kostan Agung jam dua siang ya

Hal yang dapat Embun pelajari dengan kejadian yang menimpa diri dan orang terdekatnya adalah menikah tak hanya butuh cinta. Terkadang ada beberapa kausal yang menyertai hingga membuat dua hati yang saling mendamba tak bisa bersatu.

Semesta mempunyai jutaan cara untuk memisahkan dan mempersatukan dua hati ke dalam sebuah ikatan sakral. Ada yang dengan cara yang indah, dan ada juga yang melalui cara yang menyakitkan seperti yang Ilana dan dirinya alami. Tuhan menyimpan seknario terbaik untuk setiap makhluk, dan Embuh hanya bisa berdoa dan berharap dalam sujudnya. 

Kacamata KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang