XXX

2.5K 269 30
                                    


🐇🐇🐇

Yuki sedang duduk menyendiri di sofa apartemen miliknya. Ia sedang mengulang kembali tentang keributan yang Al ciptakan di taman rumah sakit tadi siang. Lalu, gadis manis itu menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tertawa mengingat semua itu.

Ting nung.....

Tiba-tiba bell apartemen berbunyi, siapakah gerangan seseorang yang memencet bell miliknya itu?, Jefri? Mana mungkin laki-laki itu datang dengan sopannya memencet bell dan lagi pula laki-laki itu baru keluar dari apartemennya satu jam yang lalu.

Tanpa melihat monitor yang ada di samping pintu apartemennya, Yuki langsung membuka pintu.

"Al...." Yuki membulatkan matanya, melihat sekarang Al berada di hadapannya dan yang lebih mengejutkan lagi adalah, laki-laki itu masih menggunakan pakaian yang sama ketika ia berkelahi tadi siang dan satu lagi dengan wajah yang masih sama (yaiyalah masa wajahnya mau berubah jadi Zayn Malik), yaitu lebam biru dimana-mana.

Brukk.... (tiba-tiba Al langsung memeluk Yuki dengan eratnya)

"Al, kamu ini apa-apaan sih, luka kamu bukannya diobati dulu." Yuki berusaha melepaskan pelukan. "Sini duduk disini" Yuki berucap lagi sembari memapah Al agar duduk di sofa. "Tetap disini, jangan kemana-mana," sambung Yuki lalu bergegas pergi menuju dalam apartemennya.

Selang beberapa menit Yuki kembali dengan membawa baskom yang berisi air hangat dan juga sapu tangan untuk mengompres.

"Kamu itu, bukannya diobatin dulu lukanya," bawel Yuki sembari mengompes wajah tampan sahabat laki-lakinya. "Ngomong, jangan diem aja," sambung Yuki galak, macam emak-emak kosan.

"Maafin aku," suara Al pelan.

"Minta maaf sama Jefri, jangan sama aku," dinginYuki.

"Ia, kapan-kapan minta maafnya," nurut Al seperti anak kecil.

"Sebenernya apa sih yang ada di otak kamu itu?" tanya Yuki dan Al hanya diam. "Mbok ya di fikir dulu kalo mau ngelakuin sesuatu," sambung Yuki seperti seorang ibu sedang menasihati anaknya.

"Kamu yang buat aku kayak gini," ucap Al singkat.

"Lah kok aku?" tanya Yuki heran.

"Kamu tau engga Ki, aku merasa jadi laki-laki bodoh tau engga. Ketika ngeliat ada undangan datang dan tertera nama laki-laki itu di dalam undangannya, aku itu emosi Yuki!!!, kamu udah buat aku frustasi dengan menghilang selama tiga tahun, terus mau menikah, gimana aku engga mau emosi coba." Al sudah mengeluarkan unek-uneknya.

"Lah, harusnya kamu lihat dulu dong isi dalam undangannya, jangan main tonjok aja," ucap Yuki tidak mau kalah.

"Aku engga sanggup lihatnya, aku terlalu takut, nama kamu di situ yang tertera bersama laki-laki itu," jawab Al mulai melemah sembari menunduk dan Yuki hanya tersenyum.

"Harusnya kamu lihat dulu," suara lembut Yuki masih dengan aktivitasnya yaitu mengompres lebam yang ada diwajah Al.

"Apakah kamu udah puas nyiksa aku ki?" tanya Al.

"Aku engga pernah nyiksa kamu" jawab Yuki singkat.

"Dengan kejadian semua ini, kamu pergi gitu aja tiga tahun, terus dengan tragedi undangan, apa itu yang namanya bukan menyiksa?" tanya Al emosinya kembali meluap.

"Kamu kenapa sih Al" tanya Yuki lembut.

"Aku cinta sama kamu, aku engga mau kehilangan kamu lagi, aku takut kehilangan kamu," tulus Al sembari menatap Yuki.

Yuki tersenyum manis "Kamu yakin cinta sama aku?" tanya Yuki.

"Beri aku cara supaya kamu yakin bahwa aku ini beneran cinta sama kamu," ucap Al tak serius.

"Engga ada caranya cukup kamu tanya hati kamu sendiri," jawab Yuki.

"Setelah ini, apa rencana kamu buat aku menggila seperti tadi?" Yuki tersenyum melihat tingkah frustasi laki-laki di hadapannya.

"Kamu terlalu parno Al" Yuki berucap sembari tertawa.

"Aku suka sama kamu Ki," tulus Al, seketika Yuki menghentikan tawanya. "Aku sadar, aku telah mengecewakanmu terlalu dalam, aku sadar aku engga bisa hidup tanpa kamu, itu terbukti ketika kamu pergi dan menghilang selama tiga tahu, aku gila tanpa kamu, aku tanpa arah dan itu semua menyadarkanku, bahwa kamu sangat berarti untukku," Al berucap panjang lebar meyakini Yuki sembari menggenggam tangan Yuki, perlahan air mata itu turun dengan sendirinya di pelupuk Yuki, ia terharu akan ucapan yang Al keluarkan. Inilah yang ia tunggu-tunggu, momen inilah yang ia inginkan.

"Aku mohon sama kamu tetaplah di sisiku, jangan lari dan pergi kemana-mana," mohon Al masih dengan menggenggam tangan Yuki dan satu tangannya terangkat untuk menghapus air mata yang keluar dari mata hazel Yuki. "Aku cinta sama kamu, kamu mau jadi pendamping hidupku" sambung Al menyatakan cinta sekali lagi dan Yuki hanya bisa menganggukkan kepalanya sembari meneteskan air mata.

Al bahagia dengan jawaban yang Yuki berikan, tanpa aba-aba laki-laki itu langsung menghambur kepelukan gadis yang ia rindukan selama ini, memeluknya erat mengisyaratkan agar gadis itu tidak boleh pergi kemana-mana.

"Terima kasih." Ucap Al bahagia dengan senyum di wajahnya setelah ia melepaskan pelukannya. Memandang Yuki intens dengan perlahan mencium kening Yuki lama dengan penuh kasih sayang.

"Udah ahh, lanjutin lagi ngobatinnya." Yuki menghilangkan kegugupannya, sebenarnya Al sangat tahu sekali bahwa gadis beberapa menit yang lelu menjadi kekasihnya itu sedang di landa kegugupan.

"Sehhhh, pelan-pelan dong sayanggg." Keluh Al merasakan perihan yang di timbulkan dari lebam diwajahnya.

"Lagian sok jagoan banget sih, pake berantem-berantem segala lagi." Jutek Yuki.

"Aku emosi sayang kamu tahu itu, aku fikir kamu yang nikah sama laki-laki itu."

"Engga mungkin aku nikah sama saudara aku sendiri," jawab Yuki anteng.

Al membulatkan matanya mendengar ucapan Yuki, "Saudara?, maksud kamu?." Al meminta penjelasan.

"Papah aku dengan mamahnya Jefri itu adik kakak, lebih tepatnya papah itu adiknya mamah Jefri." Jelas Yuki.

"Kamu tahu hal itu udah lama?" tanya Al lagi.

"Aku baru tahu tiga tahun yang lalu, tepatnya pas pertama kali aku memutuskan untuk pergi ke Paris, disitu aku ketemu lagi sama Jefri secara tidak sengaja dan Jefri mengajak aku ke rumahnya dan di situlah aku tahu bahwa aku sama Jefri itu saudara. Karena permasalahan keluarga sehingga membuat keluarga Jefri pergi dan keluar dari keluarga besar Hermawan, meninggalkan nama besar Hermawan di belakang namanya, dan di pertemukan kembali dengan aku dan jJefri, papah sangat senang karena sang kaka yang selama ini ia cari telah ketemu dan kembali lagi dekat dengannya, karena dari saudara-saudara papah, papah lebih dekat dengan mamah Jefri." Jelas Yuki panjang lebar dan Al memeluknya kembali.

"Berarti dia bukan saingan aku dong" Al menghela nafasnya lega.

"Jadi, selama ini kamu anggap Jefri itu saingan kamu?" tanya yuki dan mendapat jawaban berupa anggukan yang Al berikan. "Engga salah sih kamu anggap begitu, secara Jefri juga ganteng," Yuki berniat menggoda Al.

"Awww,.." teriak Yuki sebab pundaknya di gigit oleh Al karena memang posisinya Al masih memeluk Yuki. "Kok kamu gigit aku sih?" protes Yuki.

"Sekali lagi kamu ngomongin cowo lain di depan aku, aku bukan cuma gigit pundak kamu nanti." Ancam Al.

"Idihhh, suka-suka aku dong." Cuek Yuki.

"Awww,.." untuk yang kedua kalinya pundak Yuki di gigit.

"Berani?" tanya Al menantang.

"Ia.. ia engga berani" ngalah Yuki dari pada pundaknya habis di gigiti oleh sang kekasih.








!!!Typo berterbangan!!!



March.5,19.

Rev.
Jan.15,20.

Adakah Aku Disisimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang