part 3

73 6 0
                                    

Setelah 2 tahun aku Ta'aruf dengan indra , aku merasakan kadang aku ini merasa protektif kedia , kadang aku merasa dia berubah padahal aku sendiri yang berubah , kadang juga aku merasa selalu ingin berada disampingnya di setiap hari harinya , ya.. mungkin aku terlalu egois .

2 bulan ini hampir setiap hari aku bertengkar hanya karna hal sepele , tidak tau kenapa dia selalu mengalah , selalu mengerti ketika aku marah sekalipun ,dia pasti hanya diam kalo gak gitu cuma bilang "iya,iya maaf , maaf in aku ya sayang aku yang salah" , gitu aja terus dia gapernah sampek bentak aku sama sekali gak pernah .

Aku kadang berfikir .
Sudahkah aku bersyukur bisa jadi pendamping dia sekarang ? dia yang penyabar , dia yang pengalah , dia yang pengertian.

Pada suatu hari
Akupun marah besar dengannya karena dia menyuruhku untuk pulang kerumah .

"sayang.. Kamu gak punya keinginan untuk pulang.. ? Untuk ngasih kabar kepada keluargamu , bahwa kamu sudah lebih baik dari sebelumnya dan kamu sudah memiliki alur tujuan hidup yang jelas , aku anter deh gapapa aku juga pengen tau keluargamu kalo kamu gamau jelasin semuanya , aku saja yang memperjelas semuanya , gimana kamu mau kan ?" ujar indra untuk meyakinkan ku pulang

"aku belum siap ndra , aku masih takut , aku juga masih ragu , entah kenapa rasanya untuk pulang pun kakiku berat untuk melangkah , aku merasa ragu. Kalaupun nanti aku pulang jika kedatanganku tidak di hargai dan aku di asingkan seperti halnya orang lain seperti dulu gimana? Sudah 4 tahun aku tinggal disini tanpa di cari oleh mereka , sudahlah aku tidak ingin pulang , buat apa pulang ! daripada usahamu sia-sia nantinya ". Kataku untuk menolaknya mengajakku pulang

"aku hanya ingin mereka tau kamu tidak seperti dulu , kamu punya aku untuk kamu jadikan alasan perubahanmu , maulah ya sayang.. Di terima atau tidaknya kamu di sana itu tidak usah di fikirkan masih ada aku yang selalu menganggapmu ada , yang selalu menemanimu , yang terpenting kamu mau untuk memberi tau keluargamu tentang bagaimana kami sekarang , maulah ya.." ujar indra untuk membujukku

"Tidak.. Aku tidak mau pulang.. Biarlah aku disini memperbaiki diriku sendiri tanpa sepengetahuan keluargaku , biarlah aku hidup dengan tenang tanpa sebuah cacian mereka buat apa susah susah pulang jika pulangku tak di harapkan oleh mereka bukan karna tidak mungkin memang itu faktanya biarlah masamuda serta menuaku hidup bahagia disini".
Kataku yang meluapkan amarah dan kekecewaanku pada keluargaku kepada indra

"jika itu keputusanmu ya sudah aku tidak memaksamu untuk kembali pulang , turunkan egomu , lebihlah untuk dewasa . Karna sejujurnya orang yang bisa menurunkan ego serta bisa mengendalikan sikap itu yang di sebut dengan dewasa dan satu hal lagi ketika kita berani melangkah walaupun kamu dianggap atau tidaknya oleh mereka itulah yang di sebut Tekad." ujar indra kepadaku sambil menenangkanku, tapi fikiranku tertutup dengan semua amarah dan kekecewaanku itu mungkin yang di sebut Ego

Setelah itu indra menelfonku terus menerus tidak pernah aku angkat , spam chat aku pun tidak pernah aku baca . Entahlah apa yang sedang ada di fikiranku saat itu , aku bingung untuk mengungkapkannya ..

Pergi Tanpa Pamit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang