Usia kandungan (namakamu) telah memasuki bulan ke-sembilan, perutnya sudah membesar, (namakamu) dan Iqbaal sendiri sudah tidak sabar untuk menanti kelahiran anak pertama mereka.
Sedari tadi (namakamu) sudah melakukan olahraga kecil, jalan-jalan kecil agar proses lahirannya bisa dengan mudah, Iqbaal sendiri sudah melarang, Iqbaal terlalu khawatir sekarang mengingat perut istrinya sudah membesar.
"Ssshhhh."
"Yang kamu gapapa? Kita ke dokter yaa?"
"Nanti juga ilang kok baal."
"Nurut sama aku, jangan bikin aku khawatir."
"Iyaaa yaudah."
Iqbaal dengan hati-hati menuntun istrinya, kontraksi itu memang sering (namakamu) alami, tapi kali ini kontraksinya jauh lebih sakit.
"Gimana masih sakit? Kamu tahan bentar yaa."
"Sakit baal."
"Tahan bentar yangg."
Tidak lama mereka sudah sampai di rumah sakit bersalin, Iqbaal langsung menuntun kembali istrinya dengan hati-hati.
"Dokter tolong, suster, suster tolongggg."
Dokter dan suster langsung datang berbondong-bondong dengan membawa hospital bed, (namakamu) langsung Iqbaal taruh di atas hospital bed.
"Pembukaan delapan."
"Belum waktunya dokter?"
"Tunggu sampai pembukaan sepuluh, baru bisa mulai melahirkan, ibu maunya normal bukan?"
"Saya mau melahirkan nomal dokter."
Dokter itu mengangguk lalu tersenyum tipis, membiarkan (namakamu) beristirahat sejenak, sambil menunggu pembukaan sepuluh.
"Kalau begitu saya permisi, kalau kerasa bisa panggil saya."
"Terimakasih dokter."
Dokter mengangguk dan mulai meninggalkan ruangan bersalin, Iqbaal tersenyum tipis, menggenggam erat tangan istrinya, mengusap lembut perut istrinya.
"Kamu pasti bisa sayang."
"Jangan tinggalin aku baal."
"Aku disini sayang, aku selalu di samping kamu, aku akan menemenin kamu berjuang buat anak kita yaa, kamu harus kuat."
Cup.
"Aku engga kuat baal."
"Kamu pasti bisa."
"Baal sakit, perut aku sakit lagi."
Spontan Iqbaal memencet tombol merah di samping kanan hospital bed yang di tempati istrinya, tidak lama dokter kembali datang dengan beberapa suster.
"Pembukaan sepuluh, ketubannya udah pecah, kepala janin sudah memasukki rongga panggul dan mulai terlihat, ibu siap ya bu?"
"Kamu kuat sayang."
"Tarik napas bu, dorong."
"Arghhhhhh."
"Terus buuu, tarik napas dorong."
"Arghhhhhhhh."
"Sekali lagi bu, tarik napas."
(namakamu) mencengkram kuat tangan Iqbaal, Iqbaal sendiri terus menyemangati istrinya, istrinya saat ini tengah memperjuangkan buah hatinya, mempertaruhkan hidup dan matinya.
"Kamu kuat sayang, kamu bisa, ingat keinginan kita."
"Argghhhhhhhhhhhh."
Tangisan bayi mulai terdengar, Iqbaal dan (namakamu) yang mendengar tidak bisa menyembunyikan raut bahagia juga air mata bahagia, Iqbaal mencium lembut kening istrinya dengan penuh haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Iqbaal [3]
FanfictionMenceritakan tentang kehidupan rumah tangga (namakamu) dan Iqbaal, sederhana tapi rumit, lika-liku kehidupan rumah tangga itu tidak mudah, banyak yang harus mereka jalani, lalu bagaimana mereka bisa menghadapi kerasnya kehidupan rumah tangga? Yang s...