Live With A Bad Boy | 11

89.2K 4.3K 83
                                    

Aresha menatap Dehaan yang sedari tadi masih berada di kamar yang sama dengannya. Cowok itu terlihat mencari sesuatu.

"Dehaan, kapan lo mau bersihin kamar lo yang di sebelah sih?. Gue mau punya kamar sendiri." kata Aresha.

Dehaan mengambil topi berwarna hitam itu, lalu menoleh ke arah Aresha sekilas.

"Kenapa gak lo aja yang bersihin sendiri?" tanya Dehaan.

"Kalau gue yang bersihin, semua barang lo di sana bakalan raib karena gue buang." 

Dehaan melangkah mendekati Aresha yang sedang berbaring di kasur, lalu mengambil bantal dan melempar wajah cewek itu. Membuat Aresha berteriak kesal.

"Apaan sih lo Dehaan?!"

Dehaan hanya tertawa kecil lalu mengambil sebuah bungkusan rokok dan korek api dari dalam laci di dekat ranjang, Aresha bahkan tidak tahu itu ada di sana.

"Lo ngerokok?" tanya Aresha dan menatap Dehaan dengan pandangan tidak suka.

"Iya." jawab Dehaan seadanya lalu keluar kamar, dan menutup pintu.

Aresha mendengus, apakah semua laki-laki itu suka merokok?. Tapi sebelum-sebelumnya Aresha tidak pernah melihat Dehaan merokok.

Cewek itu memilih keluar kamar, dan berjalan menuju dapur, untuk mengambil air. Kemudian ia menoleh ke balkon, Dehaan ada di sana, menumpukan tangan kirinya di tepian balkon, sementara tangan kanannya mengapit rokok di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Aresha segera meminum air hingga habis, lalu melangkah ke luar untuk menemui Dehaan.

"Dehaan." panggil Aresha.

Dehaan segera menoleh dan tersenyum membalas sapaan Aresha, cewek itu ikut berdiri di sampingnya.

"Dehaan, lo pernah gak sih tinggal sama cewek sebelumnya?" tanya Aresha.

"Belum, lo yang pertama." jawab Dehaan.

"Temen lo ga pernah nginap di sini atau gimana?"

"Lo gila, ga mungkin gue bawa cewek ke apartemen gue 'kan?" kata Dehaan tak terima.

"Nah itu!, kenapa lo mau aja kalau gue yang tinggal di apartemen lo?" tanya Aresha lagi, masih belum puas dengan jawaban Dehaan tadi di sekolah.

"Iya karena itu elo. Itu aja." 

Jawaban yang tidak masuk akal, dan Aresha sudah mulai bosan mendengarnya.

"Masa cuma karena itu?. Jawab dong, kalau lo nolak pasti gue bakalan tinggal di kos-an atau di apartemen sendirian." ucap Aresha.

Dehaan kembali menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asap dari bibirnya. Ia menatap Aresha.

"Karena itu elo, lo nggak tau apa-apa tentang gue, gak kayak cewek lain. Jadi lo nggak akan pikirin hal yang gak baik dan bicarain hal itu setiap saat, dan bikin gue berlaku kasar." jawab Dehaan.

"Emangnya elo kenapa?"

Dehaan hanya diam dan kembali sibuk dengan rokoknya, sementara Aresha hanya mematung sembari berikir.

"Gue tanya sama Gita aja deh, kalau lo nggak mau jawab." ancam Aresha.

Dehaan segera menahan Aresha begitu cewek itu hendak mengambil ponsel dari sakunya, dan berencana menelfon Gita.

"Jangan percaya sama cewek-cewek di sekolah, kalau mereka ngomongin hal tentang gue itu ga akan seratus persen benar sebelum gue sendiri yang ngasih tau ke elo." kata Dehaan.

"Habisnya elo tinggal jawab aja apa susahnya sih?, lo yakin mau gue tinggal sama lo hah?. Kalau gue pindah aja gimana?" tanya Aresha.

"Di sini aja, orangtua lo taunya elo di sini, Sha." kata Dehaan.

"Ya, gue gak mau terus berhubungan sama lo. Ih, terutama gara-gara mantan lo itu." Aresha cemberut mengingat tentang Lia.

Dehaan mencubit pipi Aresha, sembari tertawa kecil. Sementara Aresha meringis kesakitan.

"Ih!, sakit tau. Pokoknya secepatnya gue bakalan pindah." kata Aresha.

"Apasih?, kita itu satu sekolah, satu kelas, satu bangku. Jadi percuma kalau lo pindah, lo juga bakalan ketemu sama gue dan Lia." kata Dehaan.

"Emangnya kenapa sih si Lia itu masih deketin lo sedangkan dia udah pacaran sama si Devan?." tanya Aresha bingung.

"Dia udah putus sama Devan, tepat di hari gue mutusin dia." 

Aresha melotot tak percaya, "Pelik banget hubungan kalian, tapi emangnya apa yang bagus sih dari lo sampai si Lia kejar-kejar lo terus?" 

Dehaan tersenyum miring, "Banyak, pertama gue itu ganteng, ke dua badan gue bagus, ke tiga gue punya cukup banyak uang untuk traktir cewek gue, ke empat suara gue seksi, kayak badan gue. Lo bohong kalau lo bilang ga tau sama poin pertama dan keempat." 

Aresha membuat gerakan seolah-olah akan muntah. "Maksudnyaa?, suara lo itu kayak suara laki-laki kebanyakan tau, itu biasa aja. Dan, lo emang ganteng sih, tapi ga usah lebay gitu dong. Lo masih gak seganteng Justin Bieber atau Sehun."

Dehaan tertawa, "Terserah, yang penting gue itu ganteng. Dan elo udah ngakuin itu, dan lo pasti juga udah tau poin ke tiga, gue udah bayarin makanan yang lo beli malem kemarin." kata Dehaan.

"Iya iya!, lagipun lo minta setengahnya sebagai hutang kan?. Gue gak lupa." kata Aresha.

Dehaan melangkah ke meja di dekat balkon, lalu menekan puntung rokoknya ke asbak yang ada di meja.

"Iya, lo gak boleh lupa. Dan gue tau lo penasaran sama poin ke dua 'kan?" goda Dehaan.

"Enggak!" kata Aresha.

"Halah bohong lo!, lo bakal kecanduan buat liat badan gue kalau elo udah liat sekali." kata Dehaan yang dibalas pukulan bertubi-tubi dari Aresha.

"Diem lo! Emangnya lo punya abs kayak Justin Bieber, Sehun atau Oppa-oppa lainnya hah?" tanya Aresha tak percaya.

"Gue gak pernah liat punya mereka, tapi gue yakin punya gue lebih bagus." kata Dehaan sombong.

Aresha memutar bola matanya, mengambil ponselnya menunjukan foto Sehun dengan otot perut yang sempurnya. Aresha tersenyum lebar.

"Nah kalau kayak gini, baru deh gue kecanduan liatnya. Palingan lo punya one pack doang!" 

Dehaan tertawa, "Bener-bener ya, Lo. Jangan-jangan elo yang mesum nih, nyimpen-nyimpen foto kayak begitu." 

Wajah Aresha memerah padam, ia memukul Dehaan bertubi-tubi, lalu Dehaan menahan tangan cewek itu dan balas mencubit pipi Aresha. Hingga Aresha kembali marah dan mencubit Dehaan.

Kemudian mereka terdiam begitu mendengar suara seseorang dari dalam apartemen.

"Dehaan! i am coming!!" ucap Jefri dan diikuti suara cowok-cowok lain.

Aresha melotot menatap Dehaan, "Lo kasih tau pin apartemen lo ke orang lain?" tanya Aresha tak percaya."

"Sial."

--

Don't forget to vote and comment!🖤

Live With A BadBoy✔️[sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang