Aresha tengah duduk termenung di tempat duduknya, sekelebat kenangan buruknya kembali melintas di pikirannya. Membuat Aresha menjadi semakin gelisah.
Terutama karena fakta utama yang membuat Aresha semakin gelisah adalah, Lia mengetahui semuanya. Dan itu berarti situasinya semakin kacau, dan ia tidak tahu harus kemana lagi.
"Sha." Panggil Dehaan.
Aresha menoleh menatap Dehaan, sementara pikirannya sedang kemana-mana. Dia masih memikirkan semuanya, dan tidak bisa tenang.
"Apa maksud Lia bilang elo itu kriminal?" tanya Dehaan.
Aresha tersentak dari lamunannya, menatap tidak suka pada Dehaan. "Maksud lo apa?, lo yakin gue itu kriminal?"
"Nggak lah, cuma tadi kayaknya dia kelihatan serius sama omongannya." kata Dehaan.
"Lo harus tau ini, Dehaan. Kalau lo bicara dengan nada itu sama orang kriminal, yang maksud lo adalah gue. Hiduplo gak bakalan lama lagi tau!, lo kan percaya sama dia. Yaudah anggap aja gue emang hampir ngebunuh orang." kata Aresha dengan nada tidak suka.
"Sha!, lo ngomong apa sih. Gue cuma nanya, dan respon lo diluar dugaan gue." kata Dehaan meraih tangan Aresha.
"Trus, gue harus respon gimana biar lo percaya sama gue?" tanya Aresha.
"Gue percaya sama lo."
Aresha sedikit terkejut mendengar itu, Dehaan mempercayainya?, bagaimana bisa?. Bahkan keluarganya sendiri nyaris merelakan dirinya membusuk di penjara.
"Kenapa?" tanya Aresha.
"Karena," Dehaan mengalihkan tatapannya, lalu mendengus. "gue gak tau."
Aresha baru saja hendak bertanya lagi, tiba-tiba Gita datang ke arahnya dengan wajah khawatir. "Lo gak apa kan Aresha?." Tanya Gita.
"Ah?!, Ya. Gue gak pa-pa kok." jawab Aresha.
"Ikut gue sebentar, deh." kata Gita.
Aresha segera melepaskan genggaman Dehaan padanya, lalu ikut bersama Gita.
"Gue rasa lo harus ngejauhin Dehaan, Sha."
"Kenapa?" tanya Aresha.
"Lo gak ngerasa kalau Lia semakin menjadi-jadi aja?, dia bahkan ngefitnah lo, padahal dia gak tau apa-apa." jawab Gita.
Jika saja Aresha bisa mengatakan pada Gita, Lia tau semuanya, dan Aresha tengah dalam ketakutan sekarang.
Aresha hanya menunjukan senyumannya, ia menggeleng pelan. "Dia cuma asal ngomong aja kok, dia itu cuma marah, jadi dia bilang semua itu untuk melampiasin amarahnya, itu aja." kata Aresha.
Gita mendengus, baginya Aresha itu orang yang baik, dan kasihan sekali Aresha harus punya banyak masalah bahkan semenjak hari pertama sekolahnya. Dan itu semua karena Dehaan.
--
Aresha tengah menyandar di punggung kasur sembari tangannya menggenggam sebuah ponsel, ia menekan deretan nomor lalu menempelkan ponselnya di telinganya.
"Halo?, Aresha. Akhirnya lo nelfon gue, gimana kabar lo?, semua baik-baik aja kan di sana?"
"Parah, semuanya makin parah." kata Aresha panik, tubuhnya berkeringat dingin karena ketakutan.
"Maksud lo?"
"Dia punya seseorang yang bersekolah di sekolah yang sama dengan gue sekarang. Dan gawatnya dia tau semuanya."
"Lo harus jaga diri lo baik-baik, kami di sini juga sedang memantau situasi. Dia baik-baik aja, tapi masih koma. Tapi dia 100% masih hidup." ucap teman Aresha itu di seberang telpon.
Aresha menghela nafas lega mendengar kabar itu, "Gimana soal ayahnya?"
"Gue denger, dia masih mau lanjutin semuanya. Ga peduli kalau lo itu masih di bawah 17 tahun."
"Kaila, apa bedanya semua itu?"tanya Aresha.
"Kalau lo masih di bawah umur, lo gak bakalan dipidana."
"Lo!, Gue sama sekali gak salah, gue berani sumpah kalau bukan gue yang dorong dia--"
"Gue tau!, gue percaya sama lo, Sha. Jangan pikirin semua itu. Selama dia belum sadar, ga ada yang akan terjadi sama lo, percaya sama gue."
Aresha hanya menggumamkan 'iya', sementara jantungnya masih berdetak tak terkendali.
"Jangan panik gitu lah!, lo tau ini bukan masalah pertama kita." ucap Kaila santai.
"Gue tau itu, La. Tapi ini yang paling parah." ucap Aresha.
"Selagi lo masih dibawah umur, dan dia belum sadar. Lo bakalan baik-baik aja, tau!"
Aresha memaksakan senyum kecil di bibirnya, dan memaksakan tawanya. "Hahah, bener!. Makasih, Kaila." kata Aresha.
"Ga ada kata terimakasih dalam persahabatan, Sha!, urusan lo juga urusan gue." kata Kaila.
Aresha bersyukur ia punya teman yang baik seperti Kaila. Tunggu?,Baik?. Mereka tidak bisa disebut begitu, dengan terbaringnya cewek sialan itu di rumah sakit, itu menjadi bukti nyata bahwa mereka sepenuhnya orang yang baik.
Dan sepertinya dia tengah dihukum dengan harus tinggal bersama cowok bernama Dehaan, sekarang.
"Oke, pokoknya lo harus selalu kabarin gue. Dan, gimana orangtua gue?, mereka baik-baik aja kan?"
"Iya, mereka baik-baik aja. Lo cuma perlu hati-hati di sana. Kalau yang di sini itu urusan gue."
Aresha menghela nafas panjang, tak ada percakapan untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Aresha kembali berbicara.
"Kaila, lo bilang selama dia masih gak sadar, kita bakalan baik-baik aja. Gue bakalan baik-baik aja 'kan?" tanya Aresha.
"Iya."
"Mungkinkah kalau dia gak sadar aja untuk selamanya?. Demi kebaikan semua orang?. Boleh gak dia tewas aja?, harusnya dia tewas aja waktu itu, jadi kita gak perlu dalam kegelisahan dan kepanikan--"
Belum selesai Aresha berbicara, tiba-tiba Dehaan merebut paksa ponselnya. Menatap penuh tanya pada Aresha. Sementara Aresha hanya bisa diam, dan bertanya-tanya apa yang akan terlontar dari bibir cowok itu. Dan semoga itu bukan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
"Siapa yang harus tewas itu, Sha?!" tanya Dehaan.
Sial!, sekarang kebohongan apa lagi yang harus ia katakan sebagai jawaban?.
-
Don't forget to vote and comment!🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With A BadBoy✔️[sudah terbit]
Fiksi Remaja[sudah diterbitkan oleh Momentous Publisher tanggal 15 Januari 2020] [Beberapa part sudah dihapus] Penulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, it...