Bab 14 (Friendzone #2)

658 49 0
                                    

Selamat membaca Akkadis
Semoga kalian menyukainya ❤

Memang hanya kepada Allah saja manusia itu harus menumpukan harapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang hanya kepada Allah saja manusia itu harus menumpukan harapan

-Akkadis
By: Chusnul L P

☘☘☘

Fatih sudah siap dengan kemeja motif kotak-kotak berwarna hitam dan merah. Ia memperbaiki kembali penampilannya yang dirasa kurang. Ah, seperti akan ke acara formal saja harus tampil perfect. Begitu pikirnya. Tetapi, tak salah bukan jika dirinya ingin tampil lebih keren dari biasanya. Entahlah karena alasan apa, yang jelas Fatih ingin terlihat lebih keren dari biasanya.

Fatih mematut diri di depan cermin. "Kerah bajunya kenapa miring sebelah gini sih," gumamnya kesal.
Ia pun memperbaiki posisi kerah bajunya yang menurutnya belum tepat itu.

"Nah, sip," katanya ketika ia sudah puas dengan penampilannya.

Hari ini ia akan ke kampus guna memberikan bukti terkait tuduhan yang menimpa dirinya tempo hari. Batas waktu yang diberikan oleh Pak Indra sudah semakin dekat. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi. Namanya harus bersih dari tuduhan yang ada dalam video viral itu.

Sebelum berangkat, tak lupa ia berpamitan dan mencium tangan Ibunya. Sejurus kemudian, ia sudah meluncur di jalan raya dengan sepeda motornya.

______________

Fatih melepaskan helm yang ia kenakan. Ia berjalan menuju ke pintu ruang depan sebuah rumah bercat peach berukuran lumayan besar. Rumah tersebut adalah rumah Shofi. Sesuai rencana kemarin malam, hari ini ia akan mengajak Shofi ke kampus untuk menemaninya menemui Pak Indra.

Ting ... Tung ....

Suara bel berbunyi nyaring ketika Fatih menekan bel. Tak lama kemudian ia mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam." Terdengar suara orang menjawab salamnya dari dalam, tetapi pemilik rumah ini belum juga menampakkan diri.

Klutak-klutak ... Ngeekkk ....

Suara kunci diputar-putar dan pintu dibuka mengalihkan lamunan Fatih. Ia baru sadar jika pintu rumah Shofi tadi dikunci. Mungkin itulah sebabnya, gadis berwajah teduh ini agak lama membukakan pintu untuk dirinya.

"Eh, Fatih. Udah lama datengnya?" tanya Shofi sembari cepat-cepat keluar dari rumah kemudian menutup pintu dan menguncinya kembali.

"Nggak, kok. Barusan," jawab Fatih seadanya. Fatih terlihat bingung melihat Shofi. Tidak biasanya gadis itu mengunci pintu rumah ketika pergi.

Behind The Post [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang