Bab 20 (Kebimbangan #1)

567 39 0
                                    

  اللّهمّ صلّ على سيّدنا محمّد و على ال سيّدنا محمّد

Updated 20 Maret 2020

Selamat membaca Akkadis.
Semoga suka. 🌷

 🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab 20 (Kebimbangan#1)

Haruskah aku kembali untuk sebuah cinta di masa lalu, ataukah aku harus membangun perasaan pada seseorang yang selalu ada

~Akkadis
By: Chusnul L P

☘☘☘

Seharusnya Fatih bersikap biasa saja dengan kedatangan Nuril yang tiba-tiba. Mengingat bahwa antara Nuril dan Shofi tak ada yang tahu bagaimana perasaannya. Tunggu, perasaan apa? Entahlah. Untuk mendefinisikan perasaannya ia butuh waktu lebih lama. Ia masih perlu waktu untuk menyadari semuanya. Tentang bagaimana perasaannya pada Nuril, dan bagaimana respon hatinya terhadap Shofi.

Fatih berdiri dari tempat duduknya. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah bros yang kemarin ia temukan di depan gedung tahfidz Qur'an. Ia menyerahkannya pada Nuril.

Shofi memperhatikan interaksi antara keduanya dengan biasa saja. Ia meredam rasa yang ada dalam hatinya. Entah perasaan apa.

Cemburu? Berhakkah ia cemburu pada Fatih? Sedang dirinya saja tak ada hubungan apa-apa dengan Fatih. Nuril hanya masa lalu Fatih. Meski masa lalu, Nuril juga pernah mengisi hati Fatih 'kan?

"Terimakasih, Fatih," ucap Nuril. Sebuah senyum tersungging di kedua ujung bibirnya, meski canggung.

"Buat?" tanya Fatih. Ia meminta penjelasan dari Nuril. Ia tak tahu untuk apa Nuril berterimakasih padanya.

"Ini ... Udah mulangin brosku. Maaf ganggu waktu kalian. Aku pulang ke pondok dulu ya, assalamu'alaikum," pamit Nuril.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Fatih.

Setelah Nuril menerima bros itu, ia segera pulang ke pondok pesantrennya. Hatinya mati-matian meredam rasa cemburu yang berkecamuk di hatinya melihat kedekatan Fatih dengan Shofi. Tak dapat dipungkiri jika Nuril sudah jatuh cinta lagi pada Fatih. Namun ia tidak tahu apakah Fatih juga merasakan hal yang sama dengannya? Atau Fatih sudah jatuh hati pada Shofi? Pertanyaan tersebut terus terngiang dalam benak Nuril.

"Kok Nuril ngomong gitu sih, Fat? Dia kira kita apaan?" tanya Shofi tak enak hati melihat kepergian Nuril.

"Nggak tahu, dia orangnya emang gitu," jawab Fatih.

"Gitu gimana?"

"Ya gitu."

"Lah iya gitu gimana, Fat?" Shofi memperjelas pertanyaan yang ia tujukan kepada Fatih.

Behind The Post [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang