Untuk pelajaran dan sosial aku mungkin harus mengangkat kedua jempolku. Pelajaran disini sangat ringan dipahami untuk seukuran siswa seperti aku.
Dan untuk sosial, teman teman mau menerima dan berteman denganku. Mereka baik dan ramah, tapi hanya untuk orang orang normal.
Untuk orang penyandang disabilitas semacam Jaehyun, mereka malah menindas nya.
Bukannya mau merendahkan, tapi bukankah orang disabilitas harusnya mendapatkan perilaku yang lebih?.
Dari dulu orang tuaku selalu mengajar kan ku untuk memperlakukan orang bukan dari seberapa hebatnya dia, tapi lihat dari hatinya, kebaikannya.
Mereka hidup dibumi lalu diciptakan dengan berbeda beda oleh tuhan.
Lalu diberikan kekurangan dan kelebihan masing masing bukan? Jaehyun juga seperti itu.
Aku tidak sama seperti teman kelasku, aku tidak menindas Jaehyun.
Sejak menjadi teman sebangku kami mulai berteman. Yah, walaupun untuk berteman dengan Jaehyun bukanlah hal yang mudah.
Terkadang teman teman kelas maupun kelas tetangga sering berusaha untuk memisahkan ku dengan Jaehyun.
Ngomong ngomong bel istirahat sudah berbunyi sekitar 2 menit yang lalu, dan aku masih menunggu Jaehyun yang tak kunjung datang.
Saat jam pelajaran bahasa, Jaehyun izin ke toilet dan sampai sekarang pun dia masih belum menunjukan batang hidungnya.
"Aster"
Aku menengok ke arah sumber suara.
"Eh Yeom, ada apa?" tanyaku pada Yugyeom.
"Tumben gak ke kantin?" Yugyeom menaikan satu alisnya.
"Lagi nunggu Jaehyun ya?" kini teman Yugyeom yang bertanya padaku, Hyunbin namanya.
"Iya nih" jawabku sambil memasukan tangan ke dalam blazer kuningku.
"Tau gak kenapa dia dari tadi gak balik balik?" Junhoe bertanya sambil sesekali tertawa kecil.
Aku mengendikkan bahuku, "Gak tau"
"Tadi pagi kita bertiga ngasih dia sandwich yang udah dikasih obat pencuci perut, dan bodohnya dia makan dong" ucap Yugyeom yang berhasil membuatku melotot.
Dan parahnya, kini mereka tengah tertawa lepas seolah olah itu adalah hal yang lucu.
"Kok kalian jahat banget sih!" ucapku marah lalu segera keluar kelas, menuju ke toilet laki laki.
Kaki ku melambai dengan cepat, membiarkan mereka yang terus menerus meneriaki namaku.
Obat pencuci perut bukan obat sembarang, dan mungkin berbahaya. Aku khawatir, tentu saja.
Bagaimana pun dia adalah temanku.
Langkah kakiku terhenti saat melihat orang dengan rambut coklat nya tengah berdiri di salah satu koridor.
Aku segera berlari menuju dirinya. Jantungku benar benar berdegup sangat kencang, saat melihat tangannya tengah memegangi perut dan muka putihnya agak merah.
"Jaehyun, kamu gak papa?" tanyaku agak panik.
"Heah?"
Panik ku semakin menjadi, masalah nya Jaehyun tidak tahu kalo dia sakit perut karna sandwich yang tadi pagi ia makan.
Aku meremas kepalaku saat Jaehyun memberi aba aba dengan tangannya untuk tenang.
"Tadi, pagi, kamu, makan, sandwich, yang, dikasih, Yugyeom, kan" tanyaku dengan penuh jeda dan sedikit keras, takut jika Jaehyun tak dengar.
Mulutnya membentuk huruf O. Lalu dengan secepat kilat ia menganggukkan kepalanya.
Tanganku menepuk kepalaku. Perutnya sudah tercuci bersih, sarapan yang ia makan tadi pagi terbuang sia sia karena sandwich sialan dari Yugyeom.
Tanganku mengeluarkan buku kecil dari blazer ku, lalu mulai menulis sesuatu di dalamnya.
"Perut kamu masih sakit?"
Kulihat Jaehyun menggeleng, dan berhasil membuat ku sedikit agak tenang.
Mataku tiba tiba menangkap seorang lelaki yang tengah menatapku sambil tersenyum.
"Eh? Maaf ya, tadi aku khawatir banget sama Jaehyun, sampe lupa kalo ada orang disini" ucapku sambil membungkukan badan.
Tapi tiba tiba otakku berfikir,
"LOH TEMENNYA JAEHYUN?" ucapku sedikit berteriak.
"Eunwoo, Cha eunwoo, mungkin kamu jarang lihat aku, abisnya kelasku diatas" katanya sambil menyodorkan sebelah tangannya.
Aku membalas jabatan tangannya "Kim Aster, murid pindahan dari kelas Ipa1"
"Kamu beneran temen nya Jaehyun?, maaf ya tadi aku teriak, kaget, soalnya gak ada yang mau temenan sama dia" ucapku yang dibalas dengan kekehan Eunwoo.
"Aku kenal dia dari kelas 1 karena kita sekelas, waktu itu juga kita lumayan deket, tapi awal kelas 2 kita udah beda kelas, dan aku ada ikut organisasi, jadi sibuk, tapi kita tetep temenan kok" jelasnya panjang lebar.
Aku tersenyum senang "Makasih ya Eunwoo, udah mau jadi temen nya Jaehyun"
"Ga perlu berterimakasih, Jaehyun berhak untuk dapet temen" katanya masih setia dengan senyum yang membuat matanya menyipit.
Kaget ku semakin menjadi jadi, "Wah pemikiran kita sama ya"
"Kamu baru sekitaran seminggu an ya disini? Tapi kayakmya udah akrab banget sama Jaehyun"
Aku tertawa ringan, "Iya"
Dia tersenyum memperlihatkan gigi gigi putihnya yang tersusun dengan rapih.
Tiba tiba arah mata nya menatap buku kecil yang tengah ku pegang.
"Kamu komunikasi sama Jaehyun pake buku itu ya?" tanya Eunwoo sambil menunjuk buku yang ada di genggaman ku.
Buku yang tempo hari lalu aku beli di pusat perbelanjaan. Kupikir jika aku memiliki nya akan membantuku berkomunikasi dengan Jaehyun.
Maka dari itu ku beli 2, yang satu berwarna ungu, dan yang satu berwarna biru, karena setahuku, Jaehyun menyukai warna biru.
Aku mengangguk antusias, "iya, abis nya masih belum bisa bahasa isyarat."
"Oh, kalo gitu kapan kapan belajar bahasa isyarat bareng mau?" tanya nya sambil menatap mataku.
Aku mengangguk "Boleh"
Jaehyun tiba tiba menepuk pundak kiri ku.
"Heeh" katanya sambil menunjuk arlojinya.
Aku melihat dengan seksama, ternyata 5 menit lagi bel akan berbunyi.
"Eunwoo, seneng ketemu sama kamu, tapi bentar lagi kita masuk kelas. Aku sama Jaehyun ke kelas dulu ya" kataku sambil melambaikan tanganku.
Eunwoo membalas lambaian ku "Dah"
Saat aku dan Jaehyun hendak pergi, tiba tiba ada yang menarik tanganku.
Kudapati Eunwoo tengah tersenyum tipis "Aster, boleh minta nomer ponsel?"
Alisku mengernyit.
"Untuk mengajarimu bahasa isyarat"
Aku tersenyum lebar "boleh".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.