Hari kelulusan yang begitu dinantikan Kyungsoo akhirnya terlaksana. Setelah penantian selama empat tahun yang penuh dengan perjuangan, akhirnya Kyungsoo sampai pada titik di mana gadis itu bisa menikmati dari hasil perjuangannya.
"Jongin tidak datang?" Tanya ibu Kyungsoo ketika Kyungsoo dan kedua orang tuanya sampai di tempat wisuda Kyungsoo.
Kyungsoo menggeleng. "Tidak, eomma. Jongin oppa tidak bisa meninggalkan perkerjaaannya di Busan, tapi Jongin oppa sudah menelponku tadi."
"Aigoo, sudah-sudah. Ini hari bahagiamu, kau harus bahagia. Jongin bekerja untuk masa depan kalian juga, bukan? Calon menantu appa itu sangat hebat dan pekerja keras." Ayah Kyungsoo segera mengalihkan pembicaraan yang sedang berlangsung antara ibu dan anak ketika dirasa aura yang mengelilingi istri dan putrinya itu menggelap dan perkataannya sukses membuat pipi Kyungsoo memerah. Membayangkan bagaimana kehidupan pernikahannya nanti bersama Jongin.
***
"Kau tidak kembali ke Seoul?"
Jongin yang tengah fokus dengan meja gambar di depannya menoleh ketika seseorang memasuki ruangan yang sama dengannya sambil membawa dua cup kopi.
Pria itu berjalan mendekat pada Jongin dan menyerahkan satu cup kopi pada Jongin. "Bukankah kekasihmu wisuda hari ini?"
"Iya, hyung. Kyungsoo wisuda hari ini." Jongin menerima cup kopi yang diberikan lelaki itu. "Gomawo, hyung."
Pria itu hanya mengangguk sambil menyeruput kopinya dan mengamati desain bagunan yang telah dibuat Jongin di atas meja gambar.
"Kurasa aku akan melamarnya, hyung." Jongin kembali berucap sambil memandang lurus ke arah desainnya. "Sepulang dari sini, aku akan melamarnya."
Lain halnya dengan lelaki yang tengah berdiri di sampingnya. Lelaki itu lantas mengalihkan pandangannya pada Jongin dengan memperlihatkan ekspresi terkejutnya. "Kau sedang bergurau?"
"Apa aku terlihat sedang bergurau, Kim Jongdae-ssi?" Jongin balas menatap lelaki di sampingnya.
Jongdae menghela napas lelah. Entah apa yang ada dipikiran rekan kerja sekaligus sahabatnya semasa kuliah itu.
"Kau jangan macam-macam, Jongin. Ini berkaitan dengan masa depan seseorang!" Jongdae menatap Jongin tajam. "Aku tau betul, kau bahkan belum bisa melupakan mantan kekasih sialanmu itu. Apa yang kau pikirkan hingga kau ingin melamar Kyungsoo?"
Jongin menggeleng lesu membalas perkataan Jongdae. Entah apa yang membuatnya ingin melamar Kyungsoo. Jongin rasa ini sudah saatnya ia melanjutkan hubungan lima tahunnya bersama Kyungsoo ke arah yang lebih serius, seperti pernikahan. Jongin yakin jika Kyungsoo juga menginginkannya.
"Kau tidak bisa seperti ini, Jongin. Apa hatimu sudah tidak berfungsi karena mantan kekasih sialanmu itu? Kau tau bagaimana perasaan Kyungsoo nantinya jika ia tau?"
"Kyungsoo mungkin sudah tau, hyung." Jongin berucap dengan lirih."Kyungsoo mungkin sudah tau jika aku tidak mencintainya. Bahkan jika ia mengatakan ia mencintaiku, aku tidak pernah membalasnya."
Jongdae memandang Jongin tidak percaya. Bagaimana bisa mereka menjalin sebuah hubungan selama lima tahun, tapi kata-kata cinta hanya terlontar dari bibir Kyungsoo.
"Kau sudah gila, Jongin. Kau sudah terlalu banyak melukai Kyungsoo." Jongdae berjalan menjauh dari Jongin dan menghempaskan tubuhnya pada kursi kerjanya yang berada tepat di hadapan meja kerja Jongin. "Ke mana Jongin si pria kutu buku yang pandai nan tampan? Jongin yang bisa menyelesaikan kalkulus secepat kilat? Kenapa kini hanya ada Jongin yang bodoh, terjebak masa lalu hingga mengorbankan wanita yang jauh lebih baik dari wanita masa lalunya?"
Jongin hanya diam mendengar perkataan Jongdae. Jongin membenarkan semua perkataan Jongdae, Jongin tidak menampik bahwa dirinya kini menjadi pria yang tidak tau diri. Mendapatkan hati Kyungsoo, tapi tidak memberikan balasan pada wanita itu. Kyungsoo yang dengan sabarnya menemani Jongin dan merawat Jongin ketika pria itu jatuh sakit. Kyungsoo telah begitu banyak memberi perhatian yang terselip rasa cinta di dalamnya, tapi Jongin tidak membalasnya dengan setimpal. Jongin hanya melimpahkan perhatian tanpa ada cinta pada Kyungsoo.
"Kau tidak bisa membiarkan ego menguasai dirimu, Jongin. Kau tidak lihat betapa besar cinta yang Kyungsoo berikan padamu?" Jongdae kembali memberi petuah pada Jongin karena menurutnya Jongin sudah sangat keterlaluan, menyakiti Kyungsoo tanpa rasa manusiawi. "Jika kau tidak bisa memberikan cinta padanya, maka lepaskan Kyungsoo. Biarkan Kyungsoo mencari cintanya yang lain, jangan menjadi penghambat untuk Kyungsoo menemukan cintanya."
"Tapi aku tidak bisa, hyung." Jongin memandang sendu pada Jongdae.
"Apa yang tidak kau bisa?!" Jongdae sedikit menaikkan intonasi suaranya. Jongdae sudah terlalu jengah dengan tingkah Jongin yang menurutnya jauh dari kata tegas. "Melepaskan Kyungsoo kau tidak bisa? Apa yang menjadi alasanmu untuk tidak bisa melepaskannya? Kau juga tidak mencintainya, untuk apa ia mencintaimu seorang diri jika di luar sana banyak pria yang bisa melimpahkan rasa cintanya pada Kyungsoo."
Jongdae memijat pelipisnya, berbicara dengan Jongin sama saja dengan berbicara tentang kalkulus pada anak umur lima tahun. Jongin terlalu bodoh untuk masalah percintaan. Lebih tepatnya telah dibodohi oleh masa lalunya yang sialnya Jongin malah semakin dalam terjebak dalam kebodohannya hingga secara tak sadar Jongin justru melukai Kyungsoo.
"Entahlah, hyung. Aku hanya tidak ingin melepaskannya." Benar kata Jongdae, apa alasaan Jongin tidak ingin melepaskan Kyungsoo.
Mencintai Kyungsoo saja tidak. Bukankah harusnya mudah bagi Jongin untuk melepaskan Kyungsoo?
"Kau egois, Jongin. Sangat egois dan kau juga brengsek. Tidak ada bedanya kau dengan mantan kekasih sialanmu itu. Kalian akan berjodoh pastinya, jika saja dia tidak meninggalkanmu di hari pernikahan kalian. Ah, dia bahkan meninggalkanmu tepat di depan altar ketika pemberkatan hampir dimulai."
Entah sudah berapa kali Jongin membenarkan perkataan Jongdae. Nyataya perkataan yang dilontarkan pria yang sudah menjadi sahabatnya sejak kuliah itu memang benar adanya. Perkataan Jongdae seakan menusuk tepat pada ulu hatinya, membuatnya merasa sesak ketika Jongdae dengan sengaja membawa kejadian masa lalunya dalam pembicaraan sengit mereka.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/180798854-288-k575990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Be Along [Kaisoo]
Fanfiction"Aku tidak mencintaimu, mungkin kau sudah tau itu. Bahkan saat kau menangis, hatiku tidak merasa sakit." -Kim Jongin "Aku akan tetap bertahan. Bisakah kau mempersingkatnya lagi, sudah terlalu lama. Tapi aku mencintaimu." -Do Kyungsoo Inspired by a s...