Raras bangun lebih dulu, ini masih pukul empat pagi, dia benar-benar tidur nyenyak semalaman. Raras cukup senang saat Wisnu mulai menampakkan rasa bersahabat padanya dengan menawarkan kasur dan selimut yang sama. Ada hal yang membuat Raras malu, bagaimana bisa tangan tidak tau malunya melingkar erat di pinggang Wisnu, dia berharap kejadian memalukan itu tidak diketahui Wisnu.
Raras bangun perlahan, merapikan selimut itu kembali, Wisnu masih tidur nyenyak, dia sama sekali tidak terganggu dengan gerakan Raras.
Raras berjalan berlahan, mencoba mencari di mana kamar mandi di rumah ini. Baru saja Raras keluar kamar, pemandangan ruang tamu membuatnya terenyuh, Aryo dan Yono bergelung di atas tikar pandan dengan selimut kecil yang memiliki tambalan cukup banyak, mereka adalah anak yang pendiam seperti Wisnu. Aryo duduk di kelas tiga SMA dan Yono kelas dua.
Sedangkan dua adik perempuan Wisnu yang lain tidur di kamar ke dua yang ukurannya lebih besar sedikit dari kamar Wisnu. Namanya Nela dan Mira, sama-sama duduk di bangku SMP kelas tiga, mereka kembar tapi tidak identik.
Raras melanjutkan pencariannya, dia berjalan terus ke arah dapur, melihat gang kecil di sebelah kanan. Raras tersenyum, dugaannya benar, ini adalah kamar mandi darurat, ada keran kecil yang mengalirkan air ke drum bekas, ditutup oleh plastik terpal yang mulai lapuk.
Raras menimbang-nimbang, bagaimana caranya dia untuk mandi di tempat ini. Bahkan kamar mandi darurat ini tidak memiliki daun pintu yang layak, hanya ditutup kain lusuh yang bisa ditarik.
Ini masih jam empat pagi, semua orang tertidur lelap, pasti asik dengan mimpinya masing-masing. Raras berfikir keras, dia butuh mandi, bahkan keringat seharian kemaren masih menempel di tubuhnya.
Di ruangan berbeda, Wisnu berusaha mengangkat dirinya sendiri tanpa kekuatan kakinya untuk naik ke kursi roda. Untung saja dia memiliki otot lengan yang kuat pengganti kakinya, walaupun sedikit kesusahan dia berhasil mengangkat tubuhnya yang berat.
Satu yang dilupakan Wisnu, bahwa dia sudah memiliki istri, dia tidak curiga tidak mendapati Raras dalam kamarnya, kesadarannya belum pulih betul, dia masih menguap berkali-kali, tapi meninggalkan shalat malam hanya akan membuat dirinya menyesal sepanjang hari.
Wisnu menata nafasnya di atas kursi roda, mengangkat badannya sendiri ternyata lebih berat dari pada mengangkat dua karung semen.
*******
Raras mengatupkan bibirnya, air ini lebih dingin dari yang dia kira, dia serasa mandi dengan air es, awalnya dia berhenti sejenak mengguyur badannya, tapi ketika dinikmati malah sensasinya sangat nyaman dan segar.
Raras seakan berada di sebuah tempat liburan, dia tersenyum kecil, mengeluarkan sabun dan shampoonya dari tas kecil berbentuk rajut yang digantungnya di tiang sisi kamat mandi darurat.
Tanpa disadarinya seseorang sedang mendekat ke kamar mandi sambil menguap, tidak menyadari adanya orang di dalam yang asik membilas tubuhnya.
Di rumah ini, ada sebuah budaya yang tidak tertulis, jika seseorang menggunakan kamar mandi, maka orang itu akan menyampirkan handuk di pintu masuk yang hanya ditutup kain. Sekarang tidak ada tanda-tanda orang di dalam, hanya bunyi keran yang tidak pernah ditutup dan air yang mengalir begitu saja.
Raras baru saja membalutkan handuk ke tubuhnya, dia kaget saat suara besar dan kain pintu yang ditutup paksa terdengar ditelinganya.
"Ma... maaf...!"
Raras berjengit kaget, dengan cepat dia memakai bajunya kembali, tidak peduli dengan rambut panjangnya yang belum dikeringkan dan membasahi punggungnya.
"Siapa di sana?" Raras bertanya was- was.
"Aku," jawab suara berat itu kembali.
"Wisnu?" Raras meyakinkan, para lelaki dirumah ini memiliki suara yang mirip.
"Iya."
Raras bernafas lega, setidaknya bukan adik Wisnu yang memergoki acara mandinya.
Baru saja Raras ingin membuka kain penutup pintu kamar mandi darurat itu, suara gedebuk sangat keras dan jerit kesakitan terdengar dari luar.
Raras membuka kain penutup itu tergesa-gesa, matanya terbelalak, melihat Wisnu sudah tersungkur di lantai dengan kursi roda terbalik.
Erangan kesakitan didengar Raras, pasti akan sangat sakit sekali.
Raras membungkuk, membalikkan Wisnu susah payah, tubuh dipenuhi otot itu sangat berat.
"Bergayut ke leherku!" perintah Raras, Wisnu awalnya menatap mata Raras dengan bingung, tapi melihat keyakinan Raras, Wisnu menuruti apa yang diperintahkan Raras.
Raras memusatkan tenaganya di kedua lengannya, dia wanita penakluk alam, biasa melakukan latihan fisik yang berat.
Raras meletakkan lengannya di kedua ketiak Wisnu, membalikkan kursi roda dengan sebelah kakinya. Raras merasa Wisnu masih ragu untuk menumpukan badannya ketubuh Raras.
"Lemaskan badanmu! aku akan mengangkatmu."
Raras memeluk tubuh berotot itu kembali, mengambil nafas lalu sekali angkat Wisnu sudah duduk di atas kursi Roda.
Raras masih mendekap Wisnu, nafasnya terengah-engah, laki-laki itu juga kelihatan lelah dengan perjuangan mereka.
Raras melepaskan Wisnu, menatap laki-laki itu dengan senyum ramah.
"Berapa beratmu? Bahkan kau lebih berat dari besi yang biasa aku angkat." Raras merapikan rambut basahnya yang berantakan. Meletakkan tangannya di pinggang, nafasnya masih sesak.
Wisnu tersenyum kecil, senyum yang hampir tidak terlihat, wajahnya agak memerah malu, kemudian menjawab, "Aku tidak pernah menimbangnya," jawabnya jujur. Raras tersenyum kembali, laki-laki ini begitu polos.
"Kau mau mandi?"
"Tidak, aku mau berwudhuk."
"Aku akan meminta bantuan Yono," jawab Raras.
"Tidak usah, aku bisa sendiri, aku tak ingin merepotkan orang lain." Wisnu mengayuh kursi rodanya masuk ke dalam.
Raras berjalan meninggalkannya. Wisnu melepaskan nafasnya, meraba jantungnya sendiri, semua perlakuan Raras membuat hatinya menghangat dan berbunga-bunga. Aroma wangi tubuh itu dan dekapan hangatnya, tidak akan pernah dilupakan Wisnu.
Bisakah dia bertahan dari pesona Raras? Bahkan di hari pertama setelah menikah, Wisnu sudah mulai tidak bisa mengendalikan hatinya.
Wisnu menggeleng, dia hanya sekedar buih di lautan yang akan terseret di bawa gelombang, gadis itu seperti dewi yang tidak akan pernah menjadi miliknya. Wisnu kembali menasehati dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Yang Hilang
RomancePlagiat dilarang mendekat -------------- " Aku akan lakukan apapun untuk bertanggung jawab, selain mendekam di penjara." Kata sang wanita muda dengan bibir bergetar. Wanita tua yang sekarat itu membalas lemah, "Menikahlah dengan anakku! Takkan ada w...