Sebuah cerita mengungkapkan bahwa ada keluarga kecil dari Desa Sumbama terkenal dengan kemuslimannya. Walaupun budaya di sana Hindu dan Budha, tapi mereka terlihat bersikeras tak ingin mengikuti budayanya. Kepala keluarga tersebut bernama Kyai Hermanta. Beliau adalah pendiri mesjid yang terkenal megah di daerah tersebut.
Hari demi hari, banyak warga yang berpindah agama ke islam. Mereka merasa senang dan damai saat merasakan ada seseorang sholat di mesjid tersebut. Kyai Hermanta merasa bangga karena ia dapat membantu masyarakat menuju jalan yang benar. Namun di beberapa tahun kemudian, dia memperhatikan masyarakat semakin banyak melakukan hal yang tak pantas di tempat itu. Dengan inisiatifnya, dia membuat aturan 'Tempat ini khusus untuk beribadah. Bukan pariwisata!'.
Semua yang direncanakan Kyai Hermanta berjalan lancar. Dia merasa bangga. Tak ada masyarakat yang melanggar. Seiring berjalannya waktu, Kyai Hermanta terkena penyakit. Dia pun meninggal tepat di hari ulang tahun anaknya ke-22.
Masyarakat mendengar bahwa anak Kyai Hermanta dijadikan penerusnya. Anaknya merasa senang karena sudah lama ia menginginkan mesjid ini sejak lama. Dia membuat tempat itu lebih megah lagi. Aturan yang dibuat ayahnya dihapus. Digantikan dengan aturan baru, yakni 'Ingin masuk ke tempat ini? Cukup dengan bayar 20.000'. Dan sampai sekarang tempat yang dikenal sakral itu dijadikan wisata oleh anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Haetami
Short StoryIni adalah sekumpulan karya tulisan yang saya buat. Harapannya, kalian membaca dan berliterasi bersama. Ada pesan-pesan tersirat yang saya sampaikan buat kalian. Silahkan membaca :")