cafe

970 167 79
                                    

ini kali ke empat jaemin pergi ke cafe. diam-diam ia memandang seorang pemuda di kasir sana, jujur. walau jaemin tidak tau siapa namanya namun ia benar-benar tertarik dengan pemuda kasir.

senyuman pemuda itu terlihat sangat menggemaskan, matanya sangat menawan -terlebih jika ia menangkap tatapan jaemin yang sedang memperhatikannya diam-diam. dan bila manik mereka bertemu, si pemuda kasir selalu menggaruk kepalanya -mungkin dia malu.

tubuhnya, ya walaupun ia tidak terlalu tinggi namun ia memiliki dada bidang dan bahu yang luas.

jaemin tersenyum miring, mungkin aku akan cocok untuk membenamkan wajahku disana. batinnya.

jaemin menggeleng sembari menepuk-nepuk kepalanya sendiri. 'ehh... apa coba yang sedang aku pikirkan?'

"jaemin.."

jaemin mendongak, hampir saja ia melupakan sosok pemuda dihadapannya, huang renjun. pemuda tampan -namun orang lain mengganggapnya manis- yang tengah belajar bersama dengan dirinya.

"oh iya, jadi tadi kita sampai mana?"

renjun menunjukkan buku paketnya, mereka kembali berdiskusi. sesekali jaemin mencuri pandang kearah kasir, pemuda itu masih terlihat sibuk dengan pelanggannya. tak lama kemudian pemuda itu pergi menuju ruang staff.

pemuda na mengerucutkan bibir, pemuda kasir itu sudah menghilang dari pandangannya.

tak lama ia mendengar suara pintu terbuka, jaemin melirik ke arah dimana suara itu berasal. mungkin jika renjun tidak bersamanya bibirnya akan menganga karena si pemuda kasir menggunakan kaos vneck dan celana jeans. rambut coklatnya terlihat sedikit berantakan, entah mengapa kalau seperti itu ia benar-benar terlihat seperti---  bule.

sial, aku jadi tidak bisa fokus. umpat jaemin dalam hati.

renjun mendengus, bukunya ditutup dengan kasar -menimbulkan suara pukulan yang membuat orang-orang menoleh pada mereka.

"dari tadi fokusmu itu ke mas kasir, kamu tertarik sama dia?" tanya renjun dengan nada sinis dan wajahnya yang sinis.

"a-apaan sih njun? a-ah lebih baik sekarang kita udahan belajarnya deh." jaemin merapikan buku-buku yang berserakan dimeja.

"yayaya.." renjun ikut merapikan buku, "kita bereskan sekarang lalu mengikutinya, itukan maksudmu?"

renjun tersenyum miring, jaemin -dengan wajah polosnya- tersipu, rona merah sudah memenuhi pipinya, matanya berkedip lucu.

"njun apaan sih." pekiknya.

~~~~~~~~~~

hari ini jaemin kembali mengunjungi cafe itu, namun pemuda kasir itu tidak terlihat -yang ada malah pemuda gembul dengan warna kulit tan dan wajahnya tampan namun manis.

jaemin mencebik, ia menghampiri kasir dengan lesu lalu duduk dipojok ruangan.

sambil menunggu pesanan datang, jaemin mencoret kertas putih dengan tinta hitam.

tak terasa sudah 15 menit berlalu. jaemin tanpa sadar sudah mencoret sekitar 3 kertas.

ia melirik seluruh ruang, mencari sang pemuda kasir namun sang pemuda tak nampak juga.

wajah jaemin semakin ditekuk, ia kecewa dan juga sedih.

"maaf membuat menunggu,  ini pesanannya."

jaemin merinding mendengar suara berat disampingnya, suara itu seperti suara si pemuda kasir. jaemin menoleh, sosok disampinya tersenyum membuat yang manis terpaku, ternyata itu menang si pemuda kasir.

i. parvis litteraeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang