knock knock
teng... teng.... teng....
suara lonceng yang berasal dari gereja pusat di sebuah desa terdengar begitu nyaring di telinga. seorang pemuda tengah memejamkan mata, berdoa kepada yang maha kuasa. lonceng berhenti, pemuda itu masih memejamkan matanya. hanya ada dia, duduk seorang diri di salah satu deretan kursi panjang yang terbuat dari kayu.
namun seketika semua sunyi senyap, bagaikan tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. tak ada suara angin yang menyentuh dedaunan, tak ada langkah kaki yang terdengar berlalu-lalang, seperti tanpa kehidupan. pemuda itu masih saja memejamkan matanya.
tok.. tok.. tok..
terdengar suara ketukan di telinganya. bukan ketukan dari pintu, bukan dari jendela, suaranya terdengar sangat dekat, seolah sumber ketukan itu berasal dari sampingnya. lagi-lagi, pemuda itu masih memejamkan matanya.
tok.. tok..tok..
'enam,' pemuda itu berujar di dalam hati, matanya masih terpejam.
tok.. tok.. tok..
'sembilan,'
hening.
tok! tok! tok! kali ini suara ketukan itu terdengar begitu kencang dan cepat. pemuda itu berhenti menghitung.
tok!
ketukan terakhir, pemuda itu dalam sekejap membuka matanya. menatap lurus ke depan. ia terkejut, namun dengan cepat ia segera mengatur napasnya. kali ini ia tidak sendiri, tanpa menoleh pun sudut matanya dapat melihat ada seseorang duduk di sampingnya. seorang pemuda, tanpa rambut, dan mengenakan setelan jas serba hitam.
ia harus keluar, pikir sang pemuda. setelah beberapa saat terdiam, pemuda itu bangkit dari kursi. ia tidak menoleh kemanapun, hanya menatap lurus ke depan. ia dapat merasakan seseorang di sampingnya ikut berdiri dengan posisi yang sama sepertinya, seolah orang itu adalah pantulan bayangannya di sebuah cermin. pemuda itu menghela napas kemudian berjalan perlahan menuju pintu keluar. ia berjalan dengan sangat pelan, hingga tak terdengar bunyi sepatunya melangkah. jantungnya berdegup sangat kencang, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. orang itu juga melakukan hal yang sama dengannya, dan mengikutinya di belakang.
pintu keluar sudah sangat dekat. hanya beberapa langkah lagi, tapi sang pemuda tidak bisa menenangkan dirinya sendiri. ia berlari menuju pintu, begitupula orang yang mengikutinya.
orang itu terlihat normal, jika saja kulitnya tidak hitam segelap langit malam dan tidak menyeringai lebar menunjukkan gigi-gigi merahnya. jika sang pemuda harus mendeskripsikannya, orang itu mempunyai muka tanpa hidung, tanpa rambut, hitam legam, dan hanya terlihat bola mata normal seperti manusia serta seringai lebar yang seakan dapat merobek mulutnya. air liur nampak menetes keluar dari mulutnya. itu yang sang pemuda lihat dari ujung matanya, entah kalau ia menoleh ke arahnya.
***
mark lee adalah seorang mahasiswa yang sedang melakukan pengabdian di sebuah desa yang rakyatnya cukup ramah. desa ini menyuguhkan pemandangan indah, dan banyak sumber mata pencaharian untuk masyarakatnya, sungguh tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali. tapi ternyata, desa yang damai seperti ini pun menyimpan sisi gelap di dalamnya.
ada sebuah mitos, mark menyebutnya itu mitos, jika terdengar suara ketukan sebanyak tiga belas kali, tidak sekaligus, akan ada seseorang yang menjemputmu pada kematian yang sangat mengerikan. jika kalian mendengar suara ketukkan yang terdengar sangat dekat, segeralah melarikan diri dengan tenang. jika kalian mendengarnya hingga tiga belas kali, maka ia akan segera dijemput oleh sosok yang tak pernah diketahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
i. parvis litterae
Fanfictionparvis litterae ❨ latin ❩ ❨ n; ❩ small letters ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ a markmin's oneshot compilation written in lowercase dedicated to all markmin shipper, proudly present by @amour_leo ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━