from m to jae
gerimis mulai menyerbu kota seoul, tempat di mana seorang lelaki mengenakan setelan serba hitam dan tas selendang di bahunya tengah berlari menghindari rintik air sampai di halte bus, lalu ia berteduh dan menepuk-nepuk jaketnya. lelaki itu –mark namanya- memasangkan earphone di kedua telinganya. ia memainkan sebuah lagu di playlistnya, dan di sinilah kisahnya dimulai.
***
aku berdiri di depan sebuah cermin panjang di dalam kamarku, lalu menyematkan jaket berwarna hitam dengan garis kemerahan di lengan dengan percaya diri. sentuhan terakhir, aku memakai parfum kesukaanku.
sempurna.
"mark, mana motormu?" tanya ibu saat melihatku hendak keluar pagar tanpa motor kesayanganku.
"ku simpan di garasi. aku akan terlambat jika tidak pergi sekarang, bu! sampai jumpa!" kataku sambil kulambaikan tanganku pada ibu dan segera berlari menuju halte.
bukan tanpa alasan memang, tapi tentu aku tak akan mengatakannya pada ibu. apa aku sudah bilang jika kelasku dimulai dua jam lagi?
akan kuberitahu kalian mengapa aku berdiri di halte saat cuaca dingin sepagi ini.
satu bulan lalu, ketika aku terpaksa pulang mengenakan bus karena ban motorku kempes, aku masih ingat saat itu hujan gerimis dan aku tak membawa payung. berniat menghubungi teman untuk mengantarkanku pulang, tapi niat itu ku urungkan saat melihat sesuatu yang menarik perhatianku di seberang sana. itu pertama kalinya aku mengagumi sesuatu. rambut hitamnya yang basah dan mata besarnya menambah kesan manis padanya. sejak saat itulah, setiap hari aku selalu memperhatikannya dari jauh tanpa berniat untuk menyapanya.
***
saat itu aku dan teman-temanku sedang berada di sebuah tebing tinggi jauh dari keramaian kota. meneliti alam dengan seksama. objek kami adalah bumi, tapi entah mengapa awan lebih menarik perhatianku di kala senja. tebing itu menampilkan berbagai keindahan yang dapat dilihat di bawahnya, tapi sekali lagi, langit lebih menarik perhatianku.
cahaya oranye yang muncul di sela-sela gumpalan awan di kala senja itu sangat indah. mengingatkanku pada seseorang. seseorang yang terlalu indah untuk disandingkan denganku. dalam diam, aku terus memperhatikan awan-awan itu. lalu terpikirkan olehku, ia itu seperti bintang, menjadi sumber cahaya untuk sekitarnya. tidak sebagai matahari, bintang yang membagi cahayanya di tata surya, aku ingin ia menjadi bintang tunggal yang hanya menyinariku.
apa daya......
***
dia bukan orang asing bagiku. dia sudah kukenal sejak lama. namun tak pernah bisa aku mengungkapkan kekagumanku padanya. hanya percakapan formal dan basa basi yang akan keluar dari mulutku. dia tidak jauh, dia akan ada di sekitarku setiap harinya. dia adalah orang yang setiap malamnya pergi ke kamarku hanya untuk memastikan aku tidur. namun saat untuk menikmati keindahannya, hanya di tempat ini, tempat di mana ia menunggu sebuah bus ke suatu tempat, dan aku hanya bisa mengaguminya dari seberang.
tuhan, aku sangat mengaguminya...
***
na jaemin namanya. mahluk yang paling berjasa di hidupku. entah bagaimana, perasaan ini tumbuh, tapi aku benar-benar mengaguminya. aku mengaguminya, sangat. tapi tak bisa mencintainya.
saat ku lihat ia menaiki bus di seberang, aku pun menaiki bus yang berlawanan arah tanpa tahu kemana tujuanku nantinya. ku pasangkan earphone di kedua telingaku dan mulai membuka playlist di handphoneku. playlist yang hanya berisi satu lagu, dengan lirik yang sangat pas dengan apa yang ingin kusampaikan padanya. ku pencet tombol play. saat alunan music mulai terdengar, ku arahkan pandanganku ke luar jedela. aku mulai bergumam dengan pelan mengikuti lirik lagunya sambil menikmati pemandangan kota.
andai saja engkau tahu
resahku karenamu
andai aku di benakmu, alangkah indah dunia
bila ada satu nama kurindu, selalu sebutkan dirimu
seperti bintang indah matamu, andaikan sinarnya untuk aku
seperti ombak debar jantungku menanti jawabanmu
mungkin aku terlalu berharap dan tak tentu adakah aku di hatimu
****
from jae to m
lima tahun lalu, pertama kali aku bertemu dengannya. sosok lelaki yang baru memasuki masa pubernya. saat itu, aku menemuinya sesaat sebelum ia berangkat sekolah. sorot matanya yang mendelik tak suka padaku. aku ingat itu. namun sejak hari itu, aku belajar untuk menyayanginya.
dan perasaan ini, melampaui batas.
***
aku melihatnya mengenakan jaket hitam dengan dua garis merah di lengannya. ia terlihat begitu tampan. aku tersenyum kepadanya dan memberinya segelas susu. umurnya tak lagi muda, tapi aku tetap memanjakannya seperti anak kecil.
ia duduk di hadapanku dan menyantap makanannya. diantara sekian banyak percakapan di pagi itu, tak pernah sekalipun ia menatapku. aku tahu.
"kenapa pagi-pagi sekali kau sudah mendengarkan lagu? tidak baik menggunakannya sering-sering. kupingmu akan rusak,"ujar sosok yang paling dihormati di rumah itu.
ia hanya mengendikkan bahu. aku tahu, ia sangat menyukai lagu-lagu yang dinyanyikan suatu band. ia pernah merekomendasikan beberapa lagu untukku. entah mengapa aku juga mulai mencari tahu band itu dan ikut menikmati lagu-lagunya. dasar anak muda, lagu-lagunya hanya berisi kisah cinta.
***
akhir-akhir ini ia suka sekali pergi dengan bus, motor kesayangannya ia biarkan berdebu di garasi.
aku tahu apa maksudnya.
ia pikir aku ini mahluk yang tidak peka, tapi aku tahu, setiap pagi ia akan berdiam diri di seberang sana menungguku pergi kerja. sesekali aku mengangkapnya tengah memperhatikanku, tapi aku seolah tak peduli dan mengobrol dengan siapapun yang ada di sampingku saat itu.
hal itu terus terjadi, dan aku semakin sadar bahwa sebenarnya perasaanku terbalas. sayangnya tuhan tidak mempertemukan kami lebih awal. jika saat di tempat inilah dia bisa memperhatikanku, aku hanya bisa memperhatikannya di kala malam saat ia terlelap. semakin aku melihatnya, perasaan ini terus tumbuh, namun semakin aku mendekat rasanya semakin jauh.
malam ini, aku akan mencoba untuk mengubur perasaanku, dan untuk terakhir kalinya, aku datang ke kamarnya. ku lihat ia sudah terlelap dengan earphone di kedua telinganya. lagi-lagi, lagu yang sama ia mainkan. mengetahui lirik lagunya membuatku tertawa geli, ia memang sangat manis.
cukup lama aku berdiri di samping kasur dan menatap wajah lelapnya. melihat wajah damainya, langsung mangingatkanku pada sebuah lagu dari band kesukaannya. perlahan aku membuka handphonenya dan mencari apakah lagu itu ada di list musiknya, dan ternyata ada. aku memasukan lagu itu ke dalam suatu playlist baru yang kuberi nama 'j to m', kemudian menyetelnya. kubiarkan malam itu, ia mendengarkan jawaban hatiku lewat sebuah lagu yang liriknya sesuai dengan isi hatiku.
tahukah kamu, hatiku galau
tak tahu harus melangkah
sejak pertama mata jatuh menatap
hatiku tak pernah dusta
bila cintaku ini salah,
hatiku tetap untukmu
namun kenyataannya parah,
dirimu tak pernah untukku
***
fin
an: maaf ini aku pertama mencoba untuk menulis. banyak kekurangan dari segi alur, bahasa, dan lainnya. pokoknya aku salut sama kalian author-author yang sudah banyak berkarya, kalian keren banget pokoknya! mohon bimbingannya yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
i. parvis litterae
Fanfictionparvis litterae ❨ latin ❩ ❨ n; ❩ small letters ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ a markmin's oneshot compilation written in lowercase dedicated to all markmin shipper, proudly present by @amour_leo ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━