Dua

195 12 1
                                    

"Rere pulang." Seru Revina lesu. Syahdan, kakanya Revina. Menghampiri adikknya yang memasang tampang cemberutnya.
"Eh bocil, gimana MOSnya? Seru? Banyak cogan? Cecan ada engga? Cecannya pada body goals engga?" Tanya Syahdan bertubi tubi.

"Udah diem deh, gue engga mau diajak ngobrol dulu." ucap Revina kesal.

"Yaelah kenapa si? Wajah lo kusut banget. Mau gue ambilin setrika?"

"Garing." Revina menaruh tasnya di atas sofa, berjalan ke dapur dan membuka kulkasnya, mengambil botol minum dan meminumnya sampai setengah.
"Eh cerita dong gimana MOS pertama." Lagi, Syahdan memaksa Revina buat cerita.

"Bunda mana?"

"Keluar tadi sama temennya."

Revina mengangguk pelan, lalu berjalan ke arah kamarnya. Ternyata Syahdan masih mengikutinya di belakang. "Woy kampret gue malah di kacangin. Kacang mahal!"

"Bang! Pokoknya gue nyesel milih sekolah disitu!!!" teriak Revina sebari memukul tembok.

"Nyesel kenapa? Kan lo yang maksa buat masuk sekolah itu."

"Seniornya pada sadis! Lo tau engga? Baru pertama masuk aja gue langsung di hukum hanya karena engga bawa Name Tag?! Ya allah ya rab.. Emang itu sekolah kumpulan murid iblis ya! Gue disuruh berdiri di lapangan sampai acara selesai, mana panas!!" jelas Revina bener bener kesal kalau ngebayangin kejadian tadi di sekolah barunya itu.

"Yah itu mah DL." ujar Syahdan santai membuat Revina tambah kesal.

"Ihh sialan lo kontet! Percuma gue curhat sama lo!! Sana ih jauh jauh dari gue sialan!" Revina memukul Syahdan berkali kali membuat abangnya itu meringis kesakitan. "Aduh ampun tante! Dede khilaf! Aw! Sakit anjir."

"Bodo amat rasain!" Revina masih terus aja mukulin Syahdan, terus ngambil sapu buat mukul abangnya. Tapi buru buru Syahdan kabur daripada babak belur di pukulin sama adek nya yang gila kalau udah marah. "ABANG!!!" teriak Revina.

Dadanya naik turun, berusaha mengontrol emosinya. Menghela nafas kasar lalu membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan cara di banting. Revina melempar tubuhnya ke atas kasur, kakinya bener bener pegel karena berdiri lama di lapangan.

Wajah Rega pun muncul di dalam bayangannya. Kok ada ya cowok seganteng dia yang tengilnya dan kasarnya minta ampun? Revina menggeleng pelan dan kini pikirannya tertuju ke arah Arga.
Ganteng, tinggi, lemah lembut. Pokoknya Revina bener bener seneng sama Arga. Coba kalau engga ada Arga, mungkin dia udah pingsan.

Revina bangun dari tidur nya dan duduk di tengah kasur. Berpikir bahwa Arga menyukainya? Itu artinya Arga gebetan baru Revina?
Revina tersenyum engga jelas, dan menarik rambutnya ke belakang.
Matanya melirik ke arah jam, jarum pendek mengarah ke angka 2.

Revina bangun dari ranjang, dan masuk ke dalam kamar mandi berniat ingin membersihkan badannya yang lengket karena keringat.

***

Revina mengambil switer birunya di sofa kecilnya, lalu memakainya. Cewek itu bercermin memperhatikan penampilan dirinya.
Mengambil kunci motor lalu keluar dari kamarnya.

Kakinya menuruni tangga cepat, matanya melirik ke arah abangnya yang lagi fokus memainkan ponselnya. Engga mau berlama lama lagi, Revina melanjutkan jalannya keluar rumah. "Mau kemana jam segini?" Tanya Syahdan, matanya masih fokus ke ponsel.

"Bukan urusan lo." jawab Revina cuek.

"Jangan balik malem malem, pokoknya lo harus ada di rumah sebelum bunda nyampe rumah. Ngerti?"

Tall boy VS Short girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang