Tujuh

104 7 0
                                    

"Karena hari ini adalah hari terakhir kalian MOS, maka gue mau masing masing dari kalian buat surat untuk senior, di dalam surat itu kalian tulis kesan dan pesannya. Gue kasih waktu 30 menit." Rega pun duduk setelah memberikan tugas ke peserta MOS.
Nurul yang baru saja kelihatan, ikut duduk di samping Rega.

"Eh? Nenek gombreng muncul lagi sih?" Riska kaget saat matanya melihat Nurul. Revina langsung mendongak dan melihat Nurul yang lagi ngobrol sama Rega.
"Katanya sih dia  ada acara." kata Putri memberitahu.

Revina mengeluarkan selembar kertas, berpikir untuk siapa surat ini. Namun ketika ia mengingat Arga, kedua sudut bibirnya terangkat ke atas dan menuliskan suatu pesan kesan untuk Arga.
Di depan, Rega memperhatikan Revina yang serius menulis surat. Bertanya pada diri sendiri, untuk siapa surat itu? Rega yakin Revina menuliskan suratnya untuk Arga.

Mustahil jika surat itu ia berikan ke Rega, karena Rega sendiri tahu kalau Revina sangat membencinya. Masa bodoh.
"Waktunya 15 menit." seru Rega membuat peserta MOS protes. Padahal baru saja mulai tapi sudah mau habis lagi. "Makanya jangan banyak ngobrol, manfaatkan waktu 30 menit itu." kata Nurul jutek.

Revina selesai menulis surat tersebut lalu melipatnya kecil. Membayangkan jika Arga akan senang dengan surat yang ia berikan. "Cie kayaknya ada yang lagi jatuh cinta." goda Riska.
Cewek itu melirik sekilas, "siapa yang jatuh cinta?"

"Lo suka ya sama Kak Rega?" tanya Riska sebari terkekeh pelan.

"Hah?" Revina kaget. Kenapa Rega dibawa bawa? "Siapa yang suka sama dia? Gue mah ogah kali ya. Orangnya nyebelin gitu, idih najis."

"Engga boleh ngomong najis, nanti jodoh." celetuk Putri dengan santainya. Revina mendengus kesal, ia benar benar engga menyimpan perasaan ke Rega. Ia hanya berharap bahwa Arga akan menerima dirinya.
"Ayo kumpulkan." Suara Rega mengejutkan Revina dari lamunannya.

"Eh gue nitip kertas nya dong tolong kumpulin ke depan." pinta Revina ke Riska.

"Oke." Riska mengambil kertas itu lalu berjalan ke depan untuk mengumpulkannya. Mata Rega melihat ke arah surat Revina dan tertera ada nama Arga. Cowok itu jadi penasaran isi surat tersebut.
Revina menoleh ke kanan dan ke kiri, Arga tidak terlihat di sekitar. Kemana ia? Ini adalah MOS terakhir dan Arga tidak ada di daerah sini?

Bibir Revina melengkung kebawah karena ia tidak sempat melihat wajah Arga. Padahal cewek itu sangat merindukan seniornya. Hanya senior yang satu itu.

***

Revina melempar ransel besarnya di sofa, lalu duduk. Merasakan telapak kaki nya yang terasa perih. Tangannya mengusap lembut luka tersebut, agar perihnya sedikit hilang.
Mengangkat telapak kakinga, perban luka itu memerah. Rupanya darah luka tersebut masih keluar.

Ia mendengus kesal dan menyenderkan kepalanya di sofa. Tak lama, Rini keluar dari kamarnya. Menghampiri anak bungsunya. "Kaki kamu kenapa?" tanya Rini khawatir.
"Kena paku."

"Darahnya masih keluar?" Revina mengangguk pelan tanpa menoleh ke ibunya. "Bunda pakein perban lagi."

"Engga usah."

"Nanti darahnya kemana mana."

"Ada hansaplast kan? Biar darah nya engga keluar mulu."

"Ada, bentar bunda ambil dulu."

Lagi, Revina mengangguk. Tiba tiba ponselnya bergetar membuat Revina buru buru mengambilnya. Arga mengiriminya pesan untuk Revina!!

Tall boy VS Short girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang