sepuluh

145 6 1
                                    

Revina berjalan santai di bawah remang nya lampu sekolah, cahaya di koridor kelas 10 memang aga kurang terang. Revina mengusap kedua tangannya karena merasakan tiba tiba saja hawa nya jadi sedikit menyeramkan. Revina menunduk saat ada kaka hits yang bernama Sabrina. Ia sudah tau tentang kakak kelas itu, suka membully ade kelas intinya. "Heh adek kelas!" panggil Sabrina. Revina terus berjalan seolah tidak mendengar. Sabrina menggeram kesal, dan menarik tas Revina. "Gue manggil lo,budeg!" sentak Sabrina.

Oh ya ampun kenapa harus Revina yang di panggil?

"Iya kak." gumam Revina takut. Sabrina tersenyum puas, dia suka jika ada seseorang yang tunduk lagi padanya. "Tolong bawain tas gue ke kelas 12 IPS 4 buru!" perintah Sabrina. Sungguh ia ingin melawannya tapi apa daya? Dia hanya adek kelas. Yang muda harus hormat sama yang tua. Namun tiba tiba saja ada yang menarik tas Sabrina dari tangan Revina dan melempar tas Sabrina sembarang arah. "Apa apaan lo?!" kata Sabrina ke Rega.

"Lo yang apa apaan? Engga usah jadi sok hits, udah sana!" usir Rega.

"Lo engga usah peduli sama adek kelas, lo yang sana!" Sabrina menatap Revina tajam. "Ambil tas gue buru." perintahnya lagi.

"Gue anter lo ke kelas." Rega menarik pelan tangan Revina, menyeret cewe itu ke kelasnya sedangkan Sabrina melihat hal itu dengan mulut yang sedikit terbuka.

***

Revina's POV

Tanganku masih ditarik oleh Rega, cowo yang satu itu engga sabaran melangkah ke arah kelasku. Padahal aku bisa sendiri, kenapa dia musti nganterin segala?beberapa murid yang seangkatan denganku, menatapku aneh. Oh ayolah ini bukan seperti yang kalian pikirkan! "Stop." aku berhenti, melepaskan tanganku darinya. "Engga perlu anterin gue segala, gue bukan anak kecil." kataku ketus.

"Lo mau di samperin sama nenek lampir itu lagi?kalau mau ya engga apa apa, lo dijadiin babu palingan." kata Rega seraya membuang muka.

"Ya terus kenapa kalau di jadiin babu?lo engga suka?" tanyaku songong. Dia berdecih.

"Dih?gue sih seneng seneng aja kalau misalnya lo dijadiin babu sama dia ya karena lo emang pantes." katanya dengan jari telunjuknya menunjuk wajahku. Apa apaan dia?!

Kedua tanganku mengepal kuat, omongan nya yang keluar dari mulut membuatku darah tinggi. "Kalau misalnya lo seneng seneng aja gue jadi babu ngapain lo musti nolongin gue tadi pas disamperin sama Sabrina?aneh banget ya ini orang sumpah gue engga paham harus ngadepinnya gimana." ucapku menyimpan nada meremehkan. Dia hanya terdiam menatapku dingin. Tanpa pamit ia pergi dari hadapanku juga. Lah?giliran di tanya gitu malah menghindar. Emang ya cowo engga ada yang bisa di pahamin sedikitpun.

masuk ke dalam kelas, duduk dengan wajah murung, sesekali melirik ke arah Riska yang sedang asik bercanda sama teman lainnya. huh, kadang suka sirik sama dia. kok dia cepat banget gitu ya akrab sama orang lain? aku menopang dagu, pandangan kosong, tapi pikiran ke arah Rega.

ah cowo sialan yang satu itu.

menyelamatkanku dari si nenek lampir.

sok peduli.

marah marah engga jelas.

aku bergidik ngeri karena sifat Rega yang selalu berubah. kadang baik, kadang manis, kadang jahat. intinya selalu berubah! aku curiga kalau dia punya kelainan mental. "WOY!" aku tersentak pas Riska memukul meja. "pagi pagi udah bengong, naber ya?"

Tall boy VS Short girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang