Sembilan

120 7 1
                                    

"Gue duluan ya!" seru Riska, Revina mengangguk pelan dan mengambil ranselnya lalu berjalan keluar kelas. Murid yang lain sudah pada pulang, kecuali Revina. Dia penasaran sama ruang musik. Dia ingin mencoba memainkan piano yang Rega mainkan.

Revina membuka pintu ruang musik, masuk ke dalamnya. Sempat melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang sama sekali. Setelah meyakinkan, barulah ia duduk di bangku dan dihadapannya pula ada piano besar. "Gue bisa engga ya?" tanya Revina pada diri sendiri. Satu persatu jarinya mulai memainkan note nya. Sedikit pusing, tapi ia menikmatinya.

"Kalau engga bisa main piano, engga usah maksain."

Suara itu...

Revina langsung berhenti, cewek itu tahu suara yang berasal dari belakangnya. Rega berjalan menghampiri Revina yang terdiam, lalu satu jarinya menekan note. "Mau gue ajarin?" tawar Rega. Revina menggelengkan kepala cepat, mengambil tas nya lalu buru buru keluar dari ruangan. "Mau kemana?" tanya Rega sebari mengejar Revina

"Balik."

"Sendiri?"

"Ya."

"Oke."

Kedua alis Revina bertautan, ia kira Rega bakalan mengajaknya pulang bareng. Cowok itu emang engga bisa di mengerti, hujan pun turun. Membuat Revina bingung bagaimana pulangnya.
Terpaksa ia kembali lagi ke ruang musik, dan bersemayam disana. Rupanya Rega masih ada di ruangan itu.

"Kenapa balik lagi?"

"Hujan."

"Kalau hujan kenapa? Takut basah?" Revina mengangguk pelan me respon ucapan Rega. "Dih, alay amat takut basah."

"Kalau gue keujanan nanti sakit."

"Ya itu sih bukan urusan gue lo sakit atau engga nya." ucap Rega santai bikin Revina darah tinggi.

"Banyak bacot lo!" sentak Revina

"Etdah, santai dong engga usah nge gas."

"Ya lagi lo selalu cari masalah sama gue! Bisa engga? Sehari aja kalau ketemu engga usah bikin gue darah tinggi!" jelas Revina kesal. Rega berjalan mendekati Revina membuat cewek itu menjauh. "Sifat dasar gue emang begini, kenapa? Engga suka? Kalau lo engga mau ketemu gue ya engga usah sekolah disini. Gampang kan?" ujar Rega dengan tatapannya yang tajam. Revina mendengus kesal lalu keluar ruangan. Dia pengen buru buru pulang daripada harus berdebat sama Rega.

Masa bodo jika ia kehujanan, engga peduli ia akan sakit. Revina berjalan santai di bawah air hujan menuju halte sekolah. Bajunya basah kuyup, pasti bakalan masuk angin setelahnya.
Bibir nya pucat karena dia masih kedinginan, kedua tangannya diusapkan ke bahu agar mengurangi suhu tubuh nya yang dingin.

"Revina?"

Gadis itu menoleh ke samping, mendapati sosok Arga yang sedang berdiri tak jauh darinya. Revina tersenyum kecil, dan kembali fokus ke depan. Arga buru buru berjalan cepat ke Revina dan menggenggam tangan mungil Revina, cewe itu terkejut saat merasakan tangan Arga.

"Tangan lo dingin." kata Arga khawatir.

"Gue engga apa apa." kata Revina gemetar. Arga membuka jaketnya dan menyampirkannya di bahu Revina. Jantung Revina sontak langsung berdesir aneh, ditambah Arga terus menggenggam tangan Revina. "Udah tau ujan, kenapa malah keluar sekolah? Harusnya lo diem dulu di dalem sekolah sampai ujannya reda." oceh Arga sedikit ada rasa kesal karena gadis ini keras kepala.

Dalam hati Revina tersenyum kecil, cowo yang berada di sampingnya ini begitu perhatian. Mungkinkah Arga menyukai Revina? Apakah Revina akan menyimpan harapan kepada Arga?

Arga mendongak kebawah, memastikan keadaan Revina. Arga khawatir jika Revina akan jatuh sakit. Batinnya bertanya tanya, kenapa dia melakukan ini?  Arga menautkan kedua alisnya, mengeratkan genggamannya di tangan Revina.

"Kadang gue suka inget sama masalah hidup disaat keadaan seperti ini." ucap Arga tiba tiba memecahkan keheningan. Revina terdiam tidak merespon perkataan Arga. "Me too." respon Revina membuat Arga melirik ke arah gadis tersebut. Arga tersenyum, merangkul bahu Revina akrab. "Tapi kalau gue sama lo di keadaan kaya gini, berasa ada di dalam drama korea." kata Arga, Revina tertawa mendengarnya.

Revina membayangkan jika kini ia dan Arga sedang syuting drama korea, itu pasti sangat konyol. Tanpa sadar Revina tertawa sendiri karena merasa tidak masuk akal apa yang ia bayangkan.

"Lah ko ketawa sih? Engga ada yang ngelucu juga." kata Arga heran. Tapi tawa Revina lagi lagi meledak, tidak bisa ditahan. "Re, lo sehat kan?" Arga menatap Revina horror.

"Apaan sih orang gue cuman ngekhayal." ujar Revina sebari tersenyum.

"Ngekhayal apaan tuh?"

"Kepo."

"Apaan eh? Kasih tau dong gue penasaran banget ni."

"Cuman ngebayangin kita lagi syuting di drama korea." kata Revina, Arga tertawa dan menggelengkan kepala pelan. "Aduh Rere.. Rere... Mimpi lo ketinggian awas jatuhnya ntar sakit."

"Eh ujannya udah reda sih? Pulang yuk?" kata Arga. Sontak Revina menatap awan, benar hujan sudah berhenti.

"Oke gue balik dulu ya."

"Gue anter."  Revina terdiam sebentar,"ayo gue anter." paksa Arga. Akhirnya Revina mengangguk pelan lalu berjalan beriringan ke arah parkiran. Di samping itu, Rega menatap mereka dari jauh dengan tatapan yang sulit di artikan. Namun ujungnya cowo itu tergelak remeh merendahkan. "Dramatis." gumam Rega lalu pergi dari tempatnya.


Lnjut ga y?:(


Tall boy VS Short girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang