1. Tentang Seorang Wanita

81 5 1
                                    


Allah pernah menitipkan sebuah rasa kecewa yang mampir dalam kehidupanku kala itu. Menandakan bahwa Allah cemburu. Ya, memang ini salahku. Aku melabuhkan harapan pada makhluk Allah. Tempat yang seharusnya tak menjadi dermaga berlabuh dari sebuah harapan, meskipun hanya secuil. Allah mematahkan harapanku kala itu. Allah membuat beberapa rencana hebatku hancur dan berserakan tanpa jejak seketika. Rasa marah membuatku tenggelam pada rasa kekecewaan yang teramat. Seolah dunia tak berpihak padaku, seolah Allah enggan melihatku tersenyum barang sedetik. Itu yang ku rasakan. Ah, bodohnya aku kala itu. Akulah yang menyebabkan kekecewaan itu tapi aku terlalu marah pada Allah. Seolah pikiranku menganggap Allah-lah yang menciptakan kekecewaan ini.

Ditahun yang sama ketika Allah menitipkan rasa kekecewaan itu, Allah juga memberikan sebuah kabar yang mampu menarik lengkuk senyum di wajahku. Sebuah kabar yang membuatku melupakan kekecewaan yang pernah ku alami sebelumnya.

Dengan sebuah pengumuman di tanganku, ku berlari mencari keberadaan mama yang tengah memasak di dapur.

"Maaaa.... Aku lulusss...!!!" teriakku tanpa peduli dengan air mata yang belum sempat mengering di pipiku.

Dengan bangga ku tunjukan sebuah lembar pengumuman itu kepada mama. Sejurus kemudian, mama pun memelukku dengan bangga.

"Tuhkan, Allah gak bakal biarin air matamu mengalir tanpa ada senyum setelahnya." Tutur mama, yang cukup menghiburku.

Ku persiapkan semuanya dengan sangat baik, seolah tak ingin melewatkan kesempatan untuk mencicipi dunia perkuliahan. Kakiku akan melangkah jauh dan mencoba menjajal terjalnya dunia untuk pertama kali.

Tahun ini akan menjadi sebuah saksi bahwa aku akan mencoba menaklukkan dunia dengan caraku. Aku akan mencoba untuk melangkah dengan kakiku sendiri. membayangkan betapa nikmatnya hidup tanpa aturan rumah lagi, betapa nikmatnya hidup dengan menentukan pilihan sendiri. Banyak ekspektasi indah dalam bayanganku. Banyak rangkaian cerita indah yang memenuhi otakku.

Dengan langkah ragu, ku coba untuk melangkah. Seketika bayangan indah yang pernah ku rangkai hilang seketika, berganti dengan sebuah bayangan gelap dan buram. Dengan pandangan tertunduk ku tatap sesuatu yang baru menurutku.

Aku tak pandai dalam beradabtasi dengan hal yang baru untukku, terlebih aku harus melakukannya hanya dengan diriku sendiri. Takkan ada yang menolongku saat tergelincir di ujung jurang, takkan ada rangkulan yang membuatku lebih tenang. Aku harus melakukannya seorang diri.

"TENTANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang