16. TENTANG SEORANG WANITA DAN SEBUAH MASALAH

4 1 0
                                    


Hatiku, otak ku, bahkan seluruh diriku telah banyak beradaptasi terhadap sesuatu yang menyakitkan. Banyak sekali hal yang menyakitkan dan membuat semua nampak membosankan. Rasa sakit akibat sayatan-sayatan yang pernah aku rasakan seolah tak ku rasakan lagi. Terlalu sering Allah memberikan ku luka tanpa tawa disela-selanya. Aku sempat kecewa terhadap takdir Allah yang begitu tidak adil terhadap seorang wanita lemah seperti diriku.

Allah pernah meletakkan ku diatas lautan yang bergelombang tanpa memberikan ku pelampung untukku tetap berada diatas permukaan. Allah juga pernah menempatkan ku di tepian tebing yang curam tanpa memberikan jalan untuk turun. Bahkan Allah pernah menaruh ku di dasar kegelapan jurang tanpa memberikan sedikit cahaya untukku melihat. Rasa pahit itu seakan menjadi hambar karena terlalu sering aku merasakan hal yang serupa. Memang benar jika semua itu adalah cara Allah untuk mendewasakan ku dengan cara-Nya. Namun tidakkah Allah melihat apakah aku akan sanggup untuk melaluinya?

Allah pernah memberikan tawa yang hanya sekejap, lalu dengan cepat Allah ganti menjadi sebuah rasa kecewa yang teramat. Pertanyaan yang sering terulang didalam pikiran ku adalah "apakah Allah sangat membenci ku, sehingga tak satupun kebahagiaan itu singgah lebih lama didalam kehidupan ku?"

Aku lelah dengan semua hal yang berkaitan dengan kisah hidupku. "mengapa Allah bisa membuat orang lain bahagia, lalu tidak dengaan ku?". Bahkan aku sempat berpikir, "untuk apa Allah menghadirkan ku di dunia jika hanya luka dan kecewa yang ku dapat?"

Aku bukanlah sesosok gadis yang memiliki bahu tangguh untuk ditimpa banyak masalah. Aku juga bukan seorang gadis yang pandai untuk menemukan cahaya diantara kegelapan yang aku rasakan. Aku hanyalah seorang gadis lemah yang menggantungkan dirinya pada permohonan takdir baik disetiap harinya.

Yah, semua akan kembali lagi kepada Sang Penentu Takdir. Tapi bisakah aku meminta agar takdir ku sedikit diubah menjadi sesuatu yang penuh dengan tawa?

Jika mencintai takdir adalah hal yang bisa dilakukan oleh banyak orang, namun sedikit berbeda dengan diriku. Aku membenci takdir ku. Bagaimana bisa aku mencintai jika semua hanya bisa memberi luka? Bagaimana bisa aku mencintai sesuatu yang membuatku terporosok jatuh tanpa tahu cara kembali bangkit? Bahkan aku sendiri tak tahu bagian takdir manakah yang harus aku cintai? Andaikan takdir ku tidak dipenuhi oleh berbagi masalah, mungkin aku bisa belajar untuk mencintai takdir ku.

Seolah Allah selalu menempatkan banyak masalah diatas pundak rapuh ku. Aku lelah untuk memikul semuanya sendirian. Aku lelah untuk berjalan berdampingan dengan berbagai jenis masalah yang Allah gariskan untukku.

Bahkan aku sempat putus asa untuk menyelesaikan semua masalah ku sendirian. Aku tak sanggup jika harus berperang sendiri melawan masalah-masalah yang menghadang didepan ku. Aku tak cukup tangguh untuk melawan mereka. Berulang kali ku coba untuk lari dan pergi dari masalah-masalah yang menghadang didepan ku, namun mereka malah lari dibelakang ku dan mengikuti kemana pun aku lari. Sejauh apapun aku menghindar dari masalah-masalah tersebut, yang kudapat hanyalah rasa resah dan penuh dengan kekhawatiran.

Berulang kali aku memutar doa ku untuk diberikan bahu yang kuat untuk memikul semuanya. Jika Allah tetap bersikeras untuk meletakkan semua masalah itu diatas pundak ku, maka pinta ku adalah 'izinkanlah aku memiliki bahu yang kokoh untuk memikul semuanya'. Setelah lama ku jalani berbagai jenis masalah, kini aku mulai paham mengapa Allah memberikan semua masalah itu dalam kehidupan ku. Dulu aku memang dibenturkan oleh berbagai masalah oleh Allah, agar hari ini aku bisa terbentuk menjadi seorang gadis yang memiliki bahu yang kokoh.

Sebenarnya mudahnya begini, Allah tak meminta ku untuk memikul semuanya sendirian. Tapi bodohnya diriku yang terlalu sok kuat untuk memikul itu sendirian, sehingga aku beranggapan bahwa akulah satu-satunya manusia paling menyedihkan di dunia. Allah menimpakan banyak masalah agar aku menyerahkan semua masalah tersebut kepada Allah dengan cara lebih memperlama sujud ku, mengulang-ulang doaku, mengangkat tangan lebih tinggi untuk meminta, dan lebih merendahkan hati dihadapan-Nya. Allah yang memberikan masalah, namun Allah meminta agar masalah itu dikembalikan kepada-Nya, dan biar Allah yang menyelesaikan semuanya satu persatu.

Allah menitipkan masalah bukan karena Ia benci, namun ingin aku menjadi seorang gadis tangguh dan mau bersujud lebih lama dan mengulang doa-doa kepada-Nya. 

"TENTANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang