8. Tentang Seorang Wanita dan Kekuatan Doa

8 0 0
                                    


Ku kira diriku lah yang paling tak beruntung di dunia ini. Ku pikir hanya kepadaku sajalah Allah menitipkan sejuta masalah tanpa ada sesuatu yang membuatku tersenyum kembali. Ku kira kehidupanku sajalah yang tak memiliki suatu tujuan yang jelas, tak seperti orang. Ku lihat semua orang begitu menikmati kehidupan mereka, tak seperti diriku. Apa yang salah pada diriku sebernarnya? Aku tak mampu menjelaskannya kepada diriku sendiri.

Terdengar seperti manusia yang penuh dengan kalimat keluhan memang, tapi apa yang ku alami hari ini adalah sebuah takdir Allah. Mengapa Allah begitu tega kepadaku? Tak bisakah Ia melihat kemampuanku dalam menghadapi masalah yang Ia titipkan kepadaku? Apakah aku sekuat yang Allah kira? Aku lemah, aku tak setangguh itu, aku tak sekuat itu. Tapi mengapa Allah membebani ku dengan jutaan masalah yang aku sendiri tak mampu untuk menghadapinya. Apakah ini sebuah drama komedi untuk ku lalui. Ketika semua tertawa menyaksikanku menangis, hingga dunia dengan bangganya mengejekku ketika aku tak mampu bangkit dengan kaki tanganku. Sehina itukah harga diriku? Lalu mengapa Allah menciptakan diriku jika hanya untuk dibebani sesuatu yang tak bisa ku hadapi sendiri.

Aku terlalu membenci diriku, inilah alasannya. Banyak hal yang ku takuti malah terjadi dengan kejam. Banyak hal yang ku benci malah terjadi dalam hidupku.

Allah membiarkanku jalan sendiri, tersesat, kehilangan arah, dan tak tahu bagaimana harus bangkit dari ini semua. Ini terlalu berat untuk ku pikul sendirian, setidaknya bisakah Allah memberikanku seseorang untukku membagikan sedikit saja masalah ku?

"Hidup ini penuh dengan kejutan, maka siapkan dirimu." Seseorang semakin menegaskan bahwa dunia ini penuh dengan tanda tanya.

Kejutan apa yang ia maksud? Aku tak paham.

Oh ku tahu, kejutan yang ia maksud adalah ketika aku belum siap untuk menghadapinya, Allah malah menghadirkan itu secara tiba-tiba dalam kehidupanku.

Beberapa kalimat sabar telah memenuhi dadaku. Tak bisakah ku petik buah dari kesabaranku selama ini? Bisakah aku menikmatinya hari ini dan hari-hari selanjutnya?

Beragam kata ikhlas telah ku patri dalam hatiku. Apakah itu tak cukup? Apakah itu belum cukup untuk mengubah garis kehidupanku?

Takdir demi takdir ku lewati dengan beberapa keluhan yang sering muncul dalam lisanku. Cerita demi cerita telah terangkai secara abstrak dalam ingatanku. Beberapa rangkaian pelajaran hidup pun ku ambil secara acak.

Beberapa pelajaran yang mampu ku petik dari semua hal yag pernah ku alami. Ketika masalah yang mampu membuat dirimu lebih dewasa dari yang seharusnya, ketika masalah yang membuat dahimu menempel lebih lama di atas sajadahmu, ketika masalah yang membuat sajadahmu basah karena air mata yang mengiringi setiap doamu, dan karena masalah lah yang membuatmu lebih dekat dengan Rabb-mu.

Masihkah pantas jika diri ini menyalahkan masalah yang Allah titipkan untuk membuatku lebih sabar dan percaya kepada Allah? Masih pantaskah jika diri ini mengeluh dan menyerah jika sesuatu yang Allah berikan adalah sesuatu yang terbaik untuk kita?

Tak semua orang mampu berjalan sendirian, tapi ku dipilih Allah untuk berjalan sendirian, itu tandanya ku mampu untuk menghadapinya. Ketika banyak orang yang tak mampu merangkak di atas jalan bebatuan, tapi Allah memilihkan jalan itu untukku, berarti Allah tahu aku akan mampu untuk melewati jalanan terjal itu.

Lelah langkah kaki yang membawa ku sampai sejauh ini adalah pengorbanan yang tak mudah. Mengapa tak ku hargai pengorbanan diriku? Aku sudah berjalan sejauh ini, melewati beberapa jalan yang tak mudah, melewati badai yang mengamuk, dan berbagai halang rintang yang menghadang. Tidak lain adalah, Allah tahu diriku bisa untuk melewatinya, meskipun dengan meringkih kesakitan, itu hal yang wajar. Ketika banyak air mata yang tumpah di dalam perjalanan, itu hal yang sangat wajar. Orang kuat bukanlah dia yang tak pernah menangis atau meringkih, tapi ia yang mampu bertahan dan bangkit ketika terjatuh.

Ini adalah perjalananku.

Ini adalah usahaku.

Ini adalah kesungguhanku dalam menjalani takdir Allah.

Ini adalah sebuah proses.

Dan ini adalah hadiah dari Allah atas semua kesabaran dan keikhlasanmu kemarin.

Jika banyak ku temukan kekecewaan dalam diriku, bisakah aku mengingat semua ini untuk membangkitkan ku lagi?

"Hargailah perjuanganmu sendiri, jika dirimu sendiri tak menghargainya, bagaimana orang lain bisa menghargaimu." Hati nuraniku mulai mendebat.

Mungkin hari ini akan terasa pahit, bahkan sangat pahit. Lebih pahit dari kopi yang kau suguhkan malam itu. Tapi aku akan bangga menceritakan semua kisah-kisahku hari ini suatu hari nanti.

Allah memang membiarkanku jalan sendiri karena Ia ingin membuktikan bahwa Allah akan selalu berada di sampingku. Doa-lah yang mampu menjadi jembatan ku dengan Allah.

Tak peduli seberapa kecil langkah yang ku buat hari ini, yang terpenting adalah seberapa besar doa yang ku langitkan kepada Allah. Ku percaya itu.

"TENTANG"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang